Gunung Semeru Meletus 6 Kali di Hari Minggu, Total 1220 Letusan Sepanjang 2025

ASKARA – Aktivitas vulkanik Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kembali meningkat. Pada hari Minggu, 6 April 2025, tercatat enam kali erupsi terjadi hanya dalam rentang waktu kurang dari 24 jam. Erupsi-erupsi ini menambah panjang daftar letusan Gunung Semeru sepanjang tahun 2025, yang telah mencapai 1.220 kali hingga awal April ini.
Erupsi pertama terjadi pada pukul 00:42 WIB dengan tinggi kolom abu teramati ± 500 meter di atas puncak atau sekitar 4.176 meter di atas permukaan laut. Kolom abu berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal mengarah ke utara. Letusan ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 187 detik.
Erupsi kedua menyusul pukul 02:20 WIB dengan karakteristik serupa: kolom abu setinggi ± 500 meter dan arah sebaran ke utara. Seismograf mencatat amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 175 detik.
Letusan ketiga terjadi pada pukul 07:43 WIB, kali ini dengan kolom abu lebih tinggi, sekitar ± 600 meter di atas puncak (± 4.276 meter di atas permukaan laut). Warna dan arah kolom masih sama dengan dua erupsi sebelumnya, dan tercatat durasi 114 detik dengan amplitudo 23 mm.
Sementara itu, tiga letusan lainnya yang terjadi pada pukul 11:05 WIB, 11:51 WIB, dan 15:00 WIB tidak memperlihatkan visual kolom abu karena tertutup kabut. Namun, aktivitas tersebut tetap terekam jelas di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi bervariasi antara 118 hingga 150 detik.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau masyarakat, terutama yang berada di sekitar daerah aliran sungai yang berhulu di Gunung Semeru, agar tetap waspada terhadap potensi awan panas guguran dan lahar, terutama di musim hujan.
Gunung Semeru saat ini berstatus Level III (Siaga). Warga diimbau tidak beraktivitas di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 km dari puncak (Jonggring Seloko), serta tidak beraktivitas di luar jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar.
Komentar