Mama Ghufron: Pancasila adalah Paku Kejayaan Indonesia

ASKARA – KH. M. Abdul Ghufron Al Bantan, atau yang lebih dikenal sebagai Mama Ghufron, adalah pendiri dan pengasuh Pesantren UNIQ Nusantara Pancasila di Desa Pamotan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Ia dikenal sebagai sosok yang membela Pancasila dan mengedepankan kerukunan beragama.
Meski pernah menuai kontroversi karena mengaku bisa berbahasa dengan semut, cacing, dan jin, Mama Ghufron tetap aktif dalam dakwah dan kajian kenegaraan. Ia telah menulis beberapa buku, termasuk Kitab Al Basith (Yang Maha Melapangkan), yang membahas konsep kenegaraan dan konstitusi dari perspektif syariat dan haqiqat.
Menurutnya, Pancasila merupakan roh kerukunan beragama sekaligus simbol pemersatu bangsa. “Lingkungan kita harus berpancasila. Dasarnya, rakyat dengan negara harus bersatu dalam lintas agama, lintas budaya, dan lintas iman,” ujarnya dalam keterangan, Kamis (13/3).
Mama Ghufron juga menekankan pentingnya setiap daerah memiliki tugu Pancasila. Ia menilai pemerintahan saat ini di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo sudah berada di jalur yang tepat.
“08 + 8 (Presiden ke-8) = 16, 1+6 = 7, jadi satu tujuan. Dalam satu minggu ada tujuh hari, komplit. Yang penting, sebangsa setanah air, marilah kita jaga Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, agama, dan budaya. Jangan takut, Pancasila harus terdepan,” ungkapnya.
Dalam Kitab Al Basith, Mama Ghufron menjelaskan bahwa nilai-nilai dalam Pancasila, dari sila pertama hingga kelima, dapat ditemukan dalam Al-Qur'an.
Ia juga berpesan kepada generasi muda agar menjadi tokoh teladan dalam menjaga Pancasila. “Pancasila adalah paku. Pakunya kejayaan Indonesia sekaligus paku menuju Indonesia Emas,” tegasnya.
Selain itu, Mama Ghufron mendukung program makan gratis yang digagas Presiden Prabowo dan menginginkan Indonesia yang bersih serta berjiwa Pancasila.
Pesantren UNIQ yang diasuhnya juga dikenal unik karena tidak memungut biaya dari santri. “Pondok pesantren saya ini gratis, karena saya ingin membantu pemerintah dan masyarakat dalam menyatukan Bhineka Tunggal Ika,” tutupnya.
Komentar