ASKARA - Salah satu tahanan politik (tapol) Diko Nugraha mengungkapkan bahwa pergelaran “Persaudaraan Tapol dan Napol” baru-baru ini terjadi karena adanya proses yang salah prosedur, seperti yang terjadi pada kasus pembunuhan Vina Cirebon. Meskipun kesalahan ini berpengaruh pada masa depan, namun Diko menyerukan kepada para aktivis untuk berbesar hati demi mewujudkan Indonesia yang lebih maju.

Pernyataan ini disampaikan oleh Diko usai mengikuti acara “Persaudaraan Tapol & Napol” yang digelar di Pulau Dua Resto, Jakarta Selatan, pada Sabtu, 17 Agustus 2024. Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah aktivis nasional, termasuk Syahganda Nainggolan, Ratna Sarumpaet, Egy Sudjana, dan Hatta Taliwang, yang semuanya pernah berperkara politik di era Presiden Jokowi.

Di forum ini, Diko menyampaikan bahwa momen tersebut digunakan untuk bersilaturahmi, berdiskusi, dan membahas berbagai isu perkembangan situasi nasional. Diko, yang menjadi tahanan politik karena peristiwa Makar 313, menyambut positif acara tersebut sebagai ajang bertukar gagasan dan membangun Indonesia ke arah yang lebih baik.

Namun, Diko juga menekankan bahwa status sebagai tahanan politik sangat berpengaruh pada masa depan mereka. Ia menegaskan bahwa dirinya dan rekan-rekan aktivis lainnya dianggap melakukan tindakan makar, namun menurutnya, hal ini adalah kesalahan prosedur semata. Diko menyamakan situasi ini dengan kasus salah tangkap pada pembunuhan Vina Cirebon, di mana tersangka akhirnya dinyatakan tidak bersalah setelah proses hukum yang panjang.

Diko berharap pemerintah segera mengakhiri kesalahan prosedural yang menimpa para tapol dan napol, karena hal tersebut menghambat pembangunan bangsa. "Saya siap bersama-sama membangun Indonesia yang lebih baik, tanpa marah, tanpa dendam, tanpa kecewa," tegasnya. Ia optimis bahwa sikap positif para aktivis tapol dan napol akan memberikan dampak positif pada kemajuan bangsa.