Sabtu, 27 April 2024 | 18:16
NEWS

Prof. Rokhmin Dahuri: Seorang Muslim Jalankan Islam Secara Kaffah, Menjadi Pribadi Luhur dan Berakhlak Mulia

Prof. Rokhmin Dahuri: Seorang Muslim Jalankan Islam Secara Kaffah, Menjadi Pribadi Luhur dan Berakhlak Mulia
Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS

ASKARA – Jika seorang muslim dan muslimah menjalankan Islam secara Kaffah dan iman takwanya tinggi  dan ittiba pasti dia akan bermanfaat bukan hanya untuk dirinya, bukan hanya untuk muslim bahkan untuk nonmuslim, juga untuk flora dan fauna.

Demikian disampaikan Cendikiawan Muslim yang juga Pakar Ekonomi Kelautan, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS saat menjadi narasumber  pada program Bincang Inspirasi bertema “Cara Meningkatkan Ekonomi Umat Islam”, Youtube Channel Rasil TV, dikutip Rabu (20/3).

“Karena misi Islam yang diturunkan oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi alam semesta. sebagaimana firman Allah dalam Surat al-Anbiya' ayat 107: Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (rahmatan lilalamin). Itu Allah yang membuat pernyataan dalam Alquran,” ujar Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University itu.

Maka, sambungnya, efek bagi seorang muslim dan muslimah yang menjalankan secara kaffah dan itiba, dia pasti memiliki pribadi yang luhur dan berakhlak mulia. Karena bagi seorang muslim dan muslimah yang beriman dan takwa pasti dia akan mengutamakan kehidupan akhirat.

Karena ada Hadits, Rasulullah SAW bahwa ketika ditanya oleh sahabatnya sesungguhnya gambaran dunia seperti apa? Nabi membuat perbandingan antara dunia dan akhirat. Perbandingan antara keduanya bagaikan seseorang yang mencelupkan jarinya ke dalam lautan, maka dunia bagaikan setetes air yang melekat pada jari-jarinya itu.

“Demi Allâh, tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang dari kamu yang mencelupkan jari tangannya ini ke lautan, lalu hendaklah dia perhatikan apa yang didapat pada jari tangannya”. (HR Muslim)

Lalu ada hadits lainnya kenikmatan atau barokah Allah yang ditumpahkan di dunia hanya satu persen. 99 persen di Surga nanti. “Allah telah menciptakan rahmat yang terbagi atas 100 bagian. Di akhirat ada 99 dan Allah menahannya hingga hari akhir.  Sedangkan satu bagian Allah turunkan di dunia. Maka dengan satu bagian di dunia setiap makhluk seluruh alam semesta berkasih sayang saling mencintai. Sehingga seekor kuda pun atas rahmat Allah seketikamengangkat kakinya karena khawatir dirinya menginjak sang anak kuda ketika berada di bawahnya.” (HR Bukhari dari Abu Hurairah RA) 

Jadi, seorang pribadi yang muslim seperti Rasulullah SAW menjadi teladan yang terbaik. Seperti disampaikan Michael Hart di Buku The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History, menempatkan di urutan pertama tokoh yang paling berpengaruh di dunia itu adalah Nabi Muhammad SAW sosok yang sangat dimuliakan.

“Itulah Nabi yang menjadi suri teladan seperti termaktub dalam salah satunya pada surat Al Ahzab ayat 21 yang artinya, sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah," terangnya.

Menurutnya,  seorang muslim dan muslimah yang beriman dan bertakwa pasti akhlaknya mulia karena mengutakaman kehidupan akhirat.  “Kalau dia jadi pemimpin tidak menjadi pemimpin yang bohong, tidak menjadi pemimpin yang pencitraan, tapi dia akan benar-benar kerja cerdas, keras, ikhlas dan berkolaborasi dengan masyarakat dan stake holder lainnya untuk membangun bangsanya,” terangnya.

Selain itu, kata Prof. Rokhmin Dahuri, bagi muslim yang beriman dan bertakwa dengan benar pasti dia akan menyayangi umat yang lain, karena Islam itu rahmatan lil alamin. Seperti tercermin pada Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Affan, dan Umar bin Khattab.

“Ini tiga konglomerat yang soleh dan takwa tidak seperti Qarun yang menganggap hartanya seolah-olah hasil dari kerja keras dia saja. Kalau orang muslim yang beriman dan bertakwa pasti menjadikan harta itu sebagai titipan dari Allah SWT.  Maka orang muslim maupun muslimah akan berinfak.,” terangnya.

Manusia berikan cobaan oleh Allah dengan dua jenis cobaan yaitu kesengsaraan dan keberkahan. Ada orang yang tidak tahan dengan godaan kemiskinan, dia menjadi maksiat . sebaliknya ada yang miskin taat tapi ketika kaya bermaksiat.

Solusinya, kata Prof. Rokhmin Dahuri, berdasarkan Alquran dan Alhadits pasti selama ini tidak akan sombong, tidak hedonis. Karena harta itu harus dikeluarkan mensucikan diri supaya di akhirat tidak masuk neraka. Karena selain itu dengan berinfak kita juga untuk membantu yang lain. “arena kefakiran itu mendekatkan orang ke dalam kekufuran,” katanya.

Makanya dalam Islam, jelasnya, paling utama pemerintahan Islam menciptakan lapangan kerja dan pastikan rakyatnya sejahtera dalam prime keadilan. Menurutnya, ada empat pilar utama untuk meningkatkan kualitas pembangunan. Pertama, bidang kesehatan. Kedua, bidang pendidikan.

“Karena untuk meningkatkan kualitas diri sebagai manusia dengan badannya jiwa yang sehat ditambah pendidikan, kompetensi, skill pasti dia bisa bekerja dan menciptakan lapangan kerja,” terang ketua umum Masyarakat Akuakultur Indonesia itu.

Ketiga, bidang ekonomi. Kalau sumber daya manusia berkualitas lalu pemerintah leadernya yang baik, tata kelola yang baik maka bisa memanfaatkan sumber daya alam maupun sumber  daya manusia, infrastruktur untuk kemajuan bangsa.

Keempat, bidang hukum. “Jika proses hukumnya beribawa pasti rakyat akan hidup nyaman dan tentram tidak perlu cemas. Kalau hukumnya seperti dikita compang camping, nauzubillah, hukum tidak berazas keadilan,” tandasnya.

Problemanya, kata Prof. Rokhmin Dahuri, orang-orang yang berintegritas tidak punya kekuasaan. Justru yang menentang Allah, yang zalim tidak punya kemampuan yang punya otoritas. Menurutnya, itu kelemahan demokrasi liberal karena semua harus pakai uang. Maka orang yang terpilih adalah orang yang mengucurkan uang tanpa ada kapasitas berakhlak mulia.

Dalam kesempatan itu, Prof. Rokhmin Dahuri mengingatkan dalam bulan Ramadhan ini untuk menunaikan ibadah puasa dengan menjalankan juga yang sunah, seperti shalat tarawih, shalat tahajud, infaq. Supaya tujuan puasa yang di firmankan Allah dalam QS Al Baqarah ayat 183 yang menjelaskan ibadah puasa untuk menjadi yang muttaqin,. “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

“Takwa menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Karena perintah Allah pasti hal-hal yang mashlahat dan baik, sedangkan larangan pasti maksiat dan mungkar yang berbahaya untuk manusia,” katanya.

Lalu, Prof. Rokhmin Dahuri mengajak umat Islam untuk ikhlas dalam menjalani hidup. Tujuan agar kita bersemangat untuk menuju akhirat. Sehingga kita tidak akan bersikap hedonis, kita hidup enak tapi masyarakat kita menganggur dan miskin. “Kalau umat Islam menjalankan ibadah puasa sesuai dengan yang dijalankan Rasulullah SAW maka bangsa Indonesia tidak akan menyedihkan. Ini menjadi intropeksi,” ucapnya.

Prof. Rokhmin Dahuri menjelaskan, bahwa semua permasalah dunia solusinya ada di Alquran dan Alhadits. Contohnya, masalah ketimpangan, Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah beriman kepadaku orang yang kenyang semalaman sedangkan tetangganya kelaparan di sampingnya, padahal ia mengetahuinya." (HR At-Thabrani).

Dia menegaskan, Indonesia menduduki peringkat ke-3 sebagai negara dengan tingkat kesenjangan ekonomi tertinggi (terburuk) di dunia, setelah Rusia dan Thailand. “Berarti para pemimpin Islam, para ulama, pemerintah kita belum mampu menciptakan kehidupan supaya umat Islam menjalankan ajarannya secara kaffah. Kalau umat Islam yang notabene 87 persen dari penduduk Indonesia beriman dan takwa tidak ada kemiskinan, kesenjangan ,” terangnya.

Paradoks lainnya yang melanda Umat Islam dan bangsa Indonesia adalah di bidang literasi. Riset yang dilakukan di 61 negara, bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked, oleh Central Connecticut State University pada 2016, mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan negara terburuk kedua dalam hal kemampuan literasi, hanya satu tingkat diatas Boswana yang terburuk. Finlandia, Norwegia, Islandia, Amerika Serikat, dan Australia secara berurutan menempati peringkat-1,2,3,4, dan 5. 

“Ini sangat paradok dan ironi buat Indonesia, karena ayat Alquran yang pertama turun kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Zibril as, yaitu Iqro. Sebagai penduduk Muslim terbesar nomor satu di dunia tapi kemampuan literasinya terburuk kedua di dunia. Dimana salahnya,” katanya.

Prof. Rokhmin lalu memaparkan Masa Kejayaan Umat Islam (Golden Age), yakni potret kehidupan masyarakat dunia yang maju, adil-makmur di zaman kejayaan umat Islam pada abad-7 sampai abad-18. Ketika umat  Islam menjalankan secara kaffah terbukti umat Islam mencapai kejayaan. Waktu umat Islam jaya sangat adil sejahtera, nonmuslim pun dilindungi, Negara lain mendapat berkah dari zakat dan infaq.

“Lingkungan hidup juga menjadi terpelihara karena di dalam ayat Alquran kita tidak boleh merusak lingkungan hidup atau bumi yang sudah diciptakan oleh Allah SWT  dalam keadaan baik dan seimbang,” tandas Menteri Kelautan dan Perikanan 2001 - 2004 itu.

Soal ekonomi pada zaman Khulafa Rasyidin, zaman Umar bin Abdul Aziz, Zaman Harun Ar Rasyid, Muhammad Al Fatih, hingga masa Kejayaan Umat Islam (Golden Age) pada abad ke 7 ketika umat Islam menguasai dunia, sains dan teknologi berkembang, ada Ibnu Sina (ahli kedokteran), Ibnu Khaldun (ahli tata Negara), Ibnu Alkawarizmi (ahli kimia, ahli  matematika dan digital).

Bahkan, kata Prof. Rokhmin Dahuri, CEO Facebook Mark Zuckerberg Mengagumi Ilmuwan Muslim. “Saya heran ada orang-orang yang terlalu mengidolakan saya, padahal saya sangat mengidolakan ilmuwan Muslim Al-Khawarizmi karena tanpa Algoritma dan Aljabar, maka jangan pernah bermimpi ada Facebook, Whats App, BBM, Line, games bahkan komputer,” tutur Prof. Rokhmin Dahuri mengutip Mark Zuckerberg.

Menurutnya, itulah orang yang jujur bahwa ketika umat Islam menerapkan ajarannya secara kaffah dan menyeluruh bukan sekuler umat Islam Berjaya. Hasilnya, pada masa Kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz, Harun Al-Rasyid, Muhammad Al-Fatih dan lainnya, tidak ada satu penduduk Khilafah (Negara) Islam yang mikin. Bahkan, zakat, infak, sedekah dan IPTEK pun diekspor ke seluruh penjuru dunia,” ujar Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI Pusat itu.

Ketika umat  Islam menjalankan secara kaffah dan itiba terbukti umat Islam mencapai kejayaan. Waktu umat Islam jaya sangat adil sejahtera, non muslim pun dilindungi, Negara lain mendapat berkah dari zakat dan infaq. Lingkungan hidup juga menjadi terpelihara karena di dalam ayat Alquran kita tidak boleh merusak lingkungan hidup atau bumi yang sudah diciptakan oleh Allah SWT  dalam keadaan baik dan seimbang.

Kembali ke Pancasila

Prof. Rokmin Dahuri memaparkan sudah saatnya bangsa Indonesia untuk kembali kepada sistem Pancasila dan detailnya diserahkan kepada umat dengan agama masing-masing. “Kalau kami di Muslim, izinkanlah kami menerapkan Alquran sebagai the living guide, contoh kehidupan yang sempurna yang diturunkan oleh Allah SWT untuk manusia. Kami yang Muslim jangan dibilang kalau Muslim yang berupaya menjalankan Islam secara kaffah, lalu dibilang radikal, intoleran,” katanya.

Kondisi Indonesia saat ini, kata Prof. Rokhmin Dahuri, merupakan cerminan dari kondisi global. Dalam 250 tahun terakhir, ekonomi dunia tumbuh sangat tidak merata. Mengutip data Bank Dunia, Prof. Rokhmin Dahuri mengungkapkan, sebelum covid ada 700 juta orang yang kelaparan, tidak bisa membeli makanan yang memadai.

Kemudian sekitar 3 miliar orang yang tergolong miskin atau sekitar 39 persen dari penduduk dunia. Sekarang 2.3 miliar orang hidup dalam keadaan langka air, 2 miliar orang tidak memiliki akses untuk air bersih, 3,6 miliar orang tidak punya WC di rumah nya, 2,3 miliar orang jauh dari sanitasi.

Sejak 1924 dengan berakhirnya Khilafah Islam di Turki diberangus oleh Kemal Ataturk praktis di dunia ini sebagai pedoman yaitu komuisme atau sosialisme dan kapitalisme. Sejak 1989 komunisme sudah mati berbarengan dengan munculnya glasnost dan perestroika di Soviet. Praktis sejak 1989 sampai sekarang dunia itu berpedoman oleh kapitalism .

Lalu, Prof. Rokhmin Dahuri mengakui dalam segi teknolgi maju, bahkan dalam makro ekonomi pun cukup menggembirakan karena waktu tahun 1750, produk domestik dunia baru 0,45 triliun dolar AS. Kemudian pada tahun 2022 sudah 100 Triliun Dolar AS. Tetapi dalam perspektif reel kehidupan umat manusia di dunia sesungguhnya gagal. 300 miliar orang miskin, 700 juta orang kelaparan. “Yang lebih mengerikan kesenjangan antara kaya dan miskin, bukan semakin menyempit tapi makin melebar,” kata Duta Besar Kehormatan Kepulauan Jeju dan Kota Metropolitan Busan, Korea Selatan itu.

“Mengapa Industry 4.0 gagal? Prof. Rokhmin Dahuri mengungkapkan, karena tidak mencakup dimensi kemanusiaan dan spiritual (akhirat, Tuhan). Society 5.0 pun bakal gagal, karena memperbaiki Industry 4.0 hanya dari aspek jasmani dan duniawi.  “Padahal, sejatinya (faktanya), manusia itu tersusun atas unsur jasmani (fisik) dan ruhani; dan kehidupan itu, bukan hanya di dunia fana ini, tetapi juga alam akhirat yang kekal dan abadi,’’ tuturnya.

Jelasnya, jika berbicara kinerja suatu Negara indikator kerja utamanya disepakati , harusnya Negara yang maju, makmur dan berdaulat tidak ada lagi yang miskin, tidak ada lagi pengangguran bagi penduduk yang berusia kerja, antara 15 – 64 tahun.

“Mengacu pada Bank Dunia  yang dimaksud negara makmur atau berpendapatan tinggi kalau gross national income per kapitanya atau pendapatan kotor perkapita di atas 13.205 dolar AS per orang/tahun. Kita sudah 77 tahun merdeka pendapatan per kapita kotor rakyat Indonesia baru 4.140 dolar. Masih jauh panggang dari api,” ujar Prof. Rokhmin Dahuri

Berikutnya, indikator kedaulatan pangan yang menjadi kebutuhan dasar manusia yang nomor satu. Lalu sandang, rumah, kesehatan , dan pendidikan. Di dalam dunia modern sekarang ada ahli pembangunan ekonomi Prof. Paul Steven dari Boston University menambahkan kebutuhan manusia yaitu transportasi.

“Pangan kita kedodoran, kita masih impor. Sementara banyak petani, nelayan dan peternak kita masih miskin. Hal ini sangat ironi dari sebuah Negara yang gemah ripah loh jinawi. Tanah air yang subur dan sumber daya alamnya yang melimpah kalau faktanya indeks pembangunan manusia kita tergolong masih rendah,” sebutnya.

Mengutip penilitian Litbang Kompas tanggal 9 Desember 2022, katanya menyentak hati. Dalam penelitiannya kalau manusia Indonesia ingin makan bergizi minimal harus mengeluarkan uang 22.200 Rupiah per hari. Sedangkan ada 1.87 juta orang Indonesia atau 67 persen tidak mampu dengan uang tersebut. “Apa yang bisa kita banggakan ,” tandasnya.

Menurutnya, ada kesalahan besar dari pemerintah maupun rakyat. Negara yang oleh Allah SWT diberikan potensi yang luar biasa di laut dan di darat, bahkan SDM terbesar ke empat di dunia. Lalu kinerja sosial ekonomi kita juga sangat menyedihkan. “Zolim sekali orang-orang yang punya otority atau diberikan mandat oleh rakyat tidak mampu menolong saudara-saudara kita hanya mampu mengeluarkan uang 22.200 Rupiah per hari,” katanya.

Mengutip  Oxfam International, 2019, Prof. Rokhmin Dahuri menerangkan,  270 tahun kapitalisme berjaya ternyata pada tahun 2010 sebanyak 338 orang terkaya di dunia kekayaan nya sama dengan 50 persen penduduk dunia. Tahun 2017 kekayaan 50 persen penduduk dunia itu sama dengan 8 orang terkaya . “Ini ironi. Yang lapar dan miskin makin banyak, sementara harta itu terkonsentrasi di segilintir orang saja. Ini kan biadab, mereka poya-poya hidupnya,” tegasnya.

Selanjutnya, Prof. Rokhmin Dahuri yang juga anggota Dewan Penasihat Ilmiah Internasional Pusat Pengembangan Pesisir dan Lautan, Universitas Bremen, Jerman itu, membeberkan tiga krisis ekologi yang bisa mematikan dunia. Yakni polusi, menipisnya keaneka ragaman hayati, dan global warming.

Satu persen penduduk Indonesia terkaya itu kekayaannya sama dengan 49 persen kekayaan Indonesia. Kemudian 0,2 persen penduduk Indonesia itu memiliki lahan usaha sekitar 66 persen. Jadi, lahan Indonesia sudah dikuasai oleh hanya 0,2 persen penduduk Indonesia yang konglomerat.

“Sementara itu, petani di Jawa menurut data Kementerian Pertanian, lahan garapannya hanya 0,3 hektar per petani. Ini ada orang Indonesia yang punya 2 juta hektar lahan dan keuntungan mereka di simpan di luar negeri, kongkalikong dengan pejabat yang nakal,” terangnya.

 

 

Komentar