Minggu, 28 April 2024 | 15:04
COMMUNITY

Viral! Guru Besar UGM Prof. Sarijiya Menangis, Minta Maaf ke Adiknya

 Viral!  Guru Besar UGM Prof. Sarijiya Menangis, Minta Maaf ke Adiknya
Prof. Sarjiya , S.T., M.T., Ph.D., IPU., pada acara pengukuhan sebagai Guru Besar Fakultas Teknik UGM (ist)

ASKARA – Momen haru menyertai acara pengukuhan Prof. Sarjiya , S.T., M.T., Ph.D., IPU., sebagai Guru Besar Fakultas Teknik UGM di ruang Balai Senat UGM, pada 2 Januari 2024 lalu. Di tengah pembacaan pidato, dalam video yang tersebar di medsos, suaranya terdengar bergetar dan matanya berkaca-kaca saat membacakan pidato pengukuhan.

Dosen Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik UGM ini beberapa kali harus berhenti sejenak membacakan teks pidato untuk menyeka air matanya yang mengalir deras. Sesekali ia menyeka air matanya yang tumpah. Sarjiya tak sanggup menahan tangis ketika nama-nama keluarganya disebut.

Guru besar UGM ii sampaikan permintaan maaf untuk sang adik yang rela berkorban putus sekolah demi dirinya. “Secara khusus saya mohon maaf kepada adikku, Suparsih, yang waktu itu terpaksa tidak bisa melanjutkan ke bangku SMA,” kata Prof. Sajiya, dikutip dari Laman UGM, Minggu (18/2).

Meskipun dengan nilai ujian SMP yang sangat baik, anak keempat dari lima bersaudara ini mengungkapkan, karena kondisi ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan untuk membiayai sekolah kita berdua secara bersamaan.

“Semoga pengorbanan kakak-kakak dan adikku mendapatkan imbalan kebaikan yang lebih banyak dari Allah,” ujar Pria kelahiran Kulon Progo 51 tahun silam terlahir dari keluarga sederhana di Lendah, Kulonprogo itu.

Sarjiya menceritakan kedua orang tuanya tidak memiliki kemampuan baca dan tulis karena tidak pernah merasakan duduk di bangku sekolah. Meski begitu, keduanya tetap gigih menyekolahkan dirinya meski keputusan itu harus mengorbankan pendidikan adik perempuannya. Ia tak pernah menyangka bisa berada di posisinya saat ini.

Ayahnya, Pujidiyono, sehari-hari bekerja sebagai buruh tobong labor atau pengrajin gamping. Sedangkan sang ibu, Sumirah, pedagang gula jawa yang setiap harinya berkeliling menyusuri jalan di kota Yogyakarta untuk menjajakan dagangannya. “Bapak dan Ibu waktu itu berani membuat keputusan untuk mengizinkan dan membiayai saya melanjutkan sekolah,” katanya.

Usai menyampaikan pidato, Sarjiya langsung mendatangi sang ibunda  sambil bersujud. Ia memeluk ibundanya dengan erat. Selanjutnya ia menyalami empat saudari perempuannya. Sayang, sang Ayah tidak hadir di momen pengukuhan dirinya karena sudah berpulang. “Maturnuwun Bu,” kata Sarjiya terbata-bata.

Dalam pidato pengukuhan yang berjudul Integrsi Variable Renewable Energy dalam Perencanaan dan Operasi Sistem Tenaga Listrik Menuju Transisi Energi Berkelanjutan, Sarjiya mengatakan untuk menuju transisi energi yang berkelanjutan di Indonesia diperlukan dalam rangka pemanfataan secara optimal seluruh potensi energi baik terbarukan maupun non terbarukan.

Dengan karakterisitik intermitensinya, integrase potensi variable renewable energy ke dalam grid untuk memenuhi kebutuhan energi nasional menghadapi banyak tantangan.

“Oleh kerena itu diperlukan inovasi dalam perencanaan dan operasi sistem tenaga untuk memastikan layanan energi listrik yang handal, aman, berkualitas dapat diberikan kepada konsumen dengan biaya penyediaan yang ekonomis,” paparnya.

Sarjiya menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Pengkol, Kulon Progo tahun 1987, lalu menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Brosot tahun 1990. Selanjutnya, pendidikan sekolah menengah diselesaikan di SMAN 1 Teladan Kota Yogyakarta  tahun 1993 dan di tahun yang sama melanjutkan kuliah di S1 Teknik Elektro UGM.

Lalu pendidikan S2 dilanjutkan di Magister Teknik Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, lulus tahun 20021. Pendidikan doktor diselesaikan di prodi Electrical Enggineering, Chulalongkorn University, Thailand.

Komentar