Jumat, 03 Mei 2024 | 00:56
TRAVELLING

Mengenal Lebih Dekat Kearifan Lokal di Kampung Bareto

Mengenal Lebih Dekat Kearifan Lokal di Kampung Bareto
Para pelajar foto bersama di Kampung Bareto (Dok Andy)

ASKARA - Kampung Bareto merupakan sebuah obyek wisata budaya dan edukasi yang terletak pada lahan seluas 3 hektar, dengan kemiringan sekitar 45 derajat di tepi kiri Jalan Raya Garut-Cisurupan, di bawah kaki Gunung Cikuray. Secara administratif Kampung Bareto berada di lingkup Kampung Tambakbaya, m Cisurupan, kabupaten Garut. 

Di obyek wisata budaya ini, pihak pengelola menyediakan beberapa cottage dengan arsitektur tradisional Sunda, mushola, museum, dan fasilitas lainnya, membuat para wisatawan betah untuk berlama-lama, dengan pemandangan alam dan gugusan Gunung Cikuray yang terlihat jelas disaat cuaca sedang cerah. 

Tidak hanya itu, di Kampung Bareto pengunjung juga akan diperkenalkan dengan beberapa permainan tradisional "baheula". Seperti dam-daman, sondah/engklek, sorodot gaplok, galah sodor, panggal/gasing, congklak, juga olahraga tradisional ketapel dan panahan. 

Ide tersebut berawal dari kepedulian dan keprihatinannya terhadap budaya leluhur Sunda yang dikhawatirkan tidak dikenali lagi oleh generasi mendatang.

Demikian dikatakan Rd. Cepy Kusumah salah satu pendiri sekaligus pengelola Kampung Bareto dalam keterangan yang diterima, Senin (22/1).

Kang Cepy panggilan akrabnya, berinisiatif mendirikan sebuah kawasan pelestarian budaya dan alam, yang dikemas ke dalam segmen kepariwisataan. Konsep dimaksud berbentuk destinasi wisata berbasiskan budaya dan alam, yang dapat dijadikan obyek edukasi, terutama oleh para pelajar.

"Secara umum, pariwisata berbasis budaya (culture tourism). Merupakan jenis kegiatan pariwisata yang memanfaatkan kebudayaan sebagai obyek wisata yang dapat dikunjungi para wisatawan," kata kang Cepy, pemerhati budaya dan budayawan Sunda.

Dia berharap para pelajar dapat lebih mengenali warisan budaya leluhur yang sarat dengan nilai-nilai budaya (kearifan lokal), serta alam lingkungan secara langsung melihat dan mengenalinya.

"Disamping sebagai upaya pelestarian, juga sekaligus dapat mendukung perkembangan pariwisata," katanya. 

Sejalan dengan itu, lanjutnya, tepat sekali karena kepariwisataan semestinya berbanding lurus dengan konsep pelestarian kebudayaan dan alam itu sendiri.

"Dalam hal ini sudah seharusnya adanya timbal-balik, di mana budaya dan alam menjadi obyek daya tarik wisata yang sejatinya disukai dan diminati para wisatawan," ujar pria kalem yang dikenal ramah dan santun oleh warga sekitar. 

Budaya yang ditumbuh kembangkan menjadi produk baru, didasari hal itu bagaimana kearifan kearifan lokal atau nilai-nilai budaya tersebut menjadi kesatuan utuh. Seperti tata-cara atau perilaku hidup, peralatan dan perkakas hidup dahulu, permainan tradisional, tata cara bercocok tanam, berternak ikan dan unggas dan lain-lain. 

"Bagaimana nilai-nilai budaya atau kearifan lokal itu dapat diperkenalkan lagi kepada para generasi muda, khususnya pelajar di kawasan utuh yakni Kampung Bareto," tukasnya. 

 

Komentar