Minggu, 05 Mei 2024 | 01:59
NEWS

DPR: Penurunan Target Bauran Kebijakan Energi Nasional Hanya Sekedar Kamuflase

DPR: Penurunan Target Bauran Kebijakan Energi Nasional Hanya Sekedar Kamuflase
Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto

ASKARA – Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mengkritik langkah pemerintah yang merevisi Kebijakan Energi Nasional (KEN) tentang target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) menjadi kecil dari sebelumnya. 

"Dalam revisi terbaru, target EBT tahun 2025 hanya 17-19 persen, tahun 2030 sebesar 19-21 persen dan tahun 2035 sebesar 25-25 persen," kata Mulyanto kepada para wartawan, Jumat (19/1).

Mulyanto menyebut pemerintah pesimistis dan tidak siap dengan program yang seharusnya dilaksanakan.

"Target baru yang dicantumkan di KEN tidak sejalan dengan Program Net Zero Emision (NZE) yang ingin dilaksanakan," ujar Wakil Ketua F-PKS Bidang Industri dan Pembangunan ini.

Menurut Mulyanto, target tersebut jauh dari angka yang semestinya bisa direalisasikan. 

"Penurunan target bauran EBT ini hanya sekedar kamuflase agar capaian kinerja Pemerintah terkesan berhasil atau setidaknya capaian yang diperoleh tidak terlalu jauh terpaut dengan targetnya," tutur Mulyanto.

"Ini kan serupa dengan penurunan target sambungan jargas rumah tangga dari 4 juta sambungan (SR) menjadi 2.5 juta SR. Langkah mudah “exit strategy” mencapai target adalah dengan menurunkan targetnya," sambung Mulyanto.

Mulyanto menilai, hal itu hanya upaya artifisial saja bukan substansial, tidak mencerminkan upaya kerja keras pemerintah. Jelas kami tidak setuju dengan hal-hal seperti ini.  

Ini upaya yang tidak menarik dan Tidak mendidik," sesal Anggota Baleg DPR RI ini. 

Mulyanto pun mendesak pemerintah mempertahankan target sebelumnya. 

Legislator asal Dapil Banten 3 ini meyakini pemerintah dapat merealisasikan target tersebut bila melaksanakan program secara profesional dan tidak bias kepentingan. 

"Letak geografis dan sumber daya alam Indonesia sangat potensial untuk mengembangkan EBT, sehingga tidak ada alasan untuk mengurangi target yang sudah dibuat sebelumnya," pungkas Mulyanto.

Komentar