Jumat, 10 Mei 2024 | 18:01
COMMUNITY

Inspirasi Jumat Prof Rokhmin Dahuri: Mencari Kebahagiaan Hakiki

Inspirasi Jumat Prof Rokhmin Dahuri: Mencari Kebahagiaan Hakiki
Prof. Rokhmin Dahuri saat silaturrahim ke Ponpes Tahfidz Bina Insan Qurani Cirebon

ASKARA - Kebahagiaan, tentu sudah banyak orang dalam kurun sejarah yang panjang mencoba untuk mengurai dan menjabarkan. Kadang sebagian orang menerjemahkan, kekuasaan besar adalah kebahagiaan. Kadang ada juga yang mengartikan, kekayaan adalah sumber kebahagiaan. Ada pula yang meletakkan kebahagiaan pada tingkat popularitas sebuah nama. Tapi rupanya, sejarah juga memberi contoh kepada kita, bahwa tiga hal di atas, bukan pula sumber utama rasa bahagia.

Jika memungkinkan, kita bisa bertanya kepada mantan presiden Korea Selatan, tentang alasan mengapa dia membunuh dirinya sendiri pada Sabtu, 23 Mei 2009. Bukankah dia telah dan pernah berada pada puncak kebahagiaan sebuah negara besar? Atau tentang popularitas. Kita bisa mengumpulkan nama mulai dari Michael Jackson, Elvis Presley, Marlyn Monroe, nama yang popularitasnya nyaris tak pernah kurang dan luntur. Atau nama seperti Svend Fri, pebulutangkis dunia yang mati gantung diri di apartemen mewahnya di kota Kopenhagen, Denmark pada tahun 2003. Bahkan yang terakhir adalah Whitney Houston, ditemukan meninggal di bak kamar mandinya sendiri di dalam sebuah hotel, kemungkinan besar dia tenggelam akibat narkoba yang dikonsumsinya.

Kurang apa? Semua dimilikinya, ketenaran, popularitas yang hampir tak terbatas, akses pada banyak hal yang diinginkan, uang dan kekayaan. Semua mereka miliki. Lalu apa yang membuat mereka memutuskan untuk mengakhiri nyawa? Bukankah mereka telah memiliki segalanya? Ada satu yang tak mereka miliki, kebahagiaan sejati!

Problem dan kehidupan adalah dua hal yang sudah menjadi seperti sebuah koin. Tak terpisahkan. Karena itu kita memiliki sebuah kalimat yang menggambarkan keduanya tak terpisahkan: Masalah Kehidupan! Setiap kehidupan, selalu memiliki masalah. Dan masalah, akan selalu mengantarkan manusia pada kehidupan yang lebih baik jika mampu mengatasinya. Mencintai hidup, berarti siap menghadapi masalah. Takut menghadapi masalah, maka sama artinya dengan kesulitan menghadapi hidup.

Melepaskan hidup untuk menghindari masalah, artinya mati tanpa hasil sempurna. Menghindari masalah dan melanjutkan hidup, juga sama dengan lari dari kenyataan yang sesungguhnya. Maka, hadapilah masalah dan teruskan hidup kita dengan baik dan benar.

Hampir semua orang mencintai hidup. Tapi tak semua orang menyukai masalah. Bermacam sikap manusia menghadapi masalah. Ada yang tenang dan penuh senyuman. Bahkan orang di sekelilingnya tak mengetahui masalah apa yang sedang menimpanya. Ada pula yang menghadapi masalah dengan kalang kabut, penuh ratap, merugikan orang lain, dan membuat orang-orang di sekelilingnya sibuk untuk terlibat dengan masalahnya. Ada pula orang yang lari dari masalahnya, sibuk mencari kambing hitam, atau mengakhiri hidupnya ketika masalah datang menyapanya seperti contoh di atas yang terjadi pada orang-orang besar dalam sejarah.

Sikap orang dalam menghadapi ujian, bukan ditentukan oleh besar kecilnya ujian. Banyak orang diberi ujian oleh Allah dengan masalah sepele, tapi bersikap sangat kacau dan berlebihan. Ada pula orang yang diberikan beban besar namun bersikap tenang. Sikap orang dalam menghadapi ujian sangat ditentukan oleh keyakinan, prinsip hidup, dan kualitas diri. Semakin cerdas mengambil pelajaran, maka ia akan semakin siap menghadapi masalah.

Tidak akan ada persoalan tanpa jawaban. Tidak ada masalah tanpa solusi. Jika kita meyakini hal ini, maka masalah apapun tidak menggoyahkan kita. Setiap saat, setiap detik, setiap peristiwa dalam hidup ini mengajarkan banyak hal kepada kita. Dalam helaan nafas, kita mendapatkan pelajaran bahwa kita tidak mampu menghentikan nikmat-Nya.

Ketika angin berhembus, kita mendapatkan pelajaran bahwa serbuk sari yang tertiup bisa menjadi pohon yang berbuah. Ketika hujan turun, kita mendapatkan pelajaran bahwa Allah berkuasa menghidupkan apapun di planet bumi ini. Ketika apa yang kita dapatkan tidak sesuai keinginan, kita mendapat pelajaran bahwa Allah memiliki otoritas atas kuasa-Nya.

Dan sungguh, segala perbuatan baik yang kita lakukan, bukan untuk yang lain, dan jelas bukan untuk Allah, karena Allah tidak memerlukan apapun dari dan oleh kita. Tapi perbuatan baik itu, untuk diri kita sendiri, untuk kebaikan kita sendiri dan akan kembali untuk kita semua. “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri…,” (QS. Al Israa:7)

Suara-suara yang ada di alam menjadi pelajaran dan inspirasi bagi komposer musik, pembuat mainan anakanak, ilmuwan, dan banyak orang lagi. Seperti halnya Qabil yang belajar dari burung tentang cara mengubur manusia. Setiap peristiwa dalam kehidupan, maka tidak akan sulit menghadapi ujian. Seperti halnya seorang murid yang menyimak pelajaran sang guru, maka saat ujian tiba dia tidak akan kesulitan menjawab pertanyaan yang diajukan. Namun jika lalai, pasti akan kebingungan di saat ujian tiba.

Sudah selayaknya seorang murid yang akan menghadapi ujian melakukan persiapan. Kadang kala dia memiliki waktu yang cukup, tapi seringkali waktunya sangat sempit. Jika sudah demikian, ia akan kesulitan jika harus membaca, mempelajari, dan memahami seluruh materi dari awal sampai akhir.

Di sekolah, tentu kita diberi tahu kapan jadwal ujian tiba. Namun, tidak demikian dalam kehidupan. Allah Swt, telah membuat jadwal ujian untuk kita, namun Dia tak pernah memberitahu kapan jadwal ujian datang. Maka kita harus selalu bersiap. Pertanyaannya adalah, apakah kita selalu siap menghadapi ujian yang mungkin datang tiba-tiba?

Penulis sebagai salah seorang murid dalam universitas kehidupan mencoba berbagi apa saja yang telah penulis lalui. Seorang murid yang telah melalui dan melewati bermacam lapisan dalam kehidupan; mulai dari masyarakat kelas bawah sampai di kalangan elit dan konglomerat, mulai dari komunitas tak terdidik sampai pada kalangan akademik, bahkan melalui periode diangkat dan dijatuhkan sendiri oleh kekuasaan.

Penulis berasal dari kampung nelayan di Desa Gebang Ilir, Cirebon. Menjadi nelayan sambil sekolah sejak SD kelas V hingga SMP kelas III; dan mendapat amanah sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan yang mendapat banyak apresiasi dari publik. Kebijakan dan prestasinya banyak membantu komunitas nelayan, pembudidaya ikan, dan masyarakat pesisir keluar dari jeratan kemiskinan. Lalu di periode lain ia dizalimi, difitnah oleh mereka yang cemburu dan ketakutan terhadap prestasi dan dedikasinya untuk negeri yang ia sangat cintai.

Pertanyaan akhirnya, dari semua yang telah dilalui penulis, pelajaran apa yang terpenting, yang telah diambil? Selamat menikmati dan menyimpulkan, pelajaran apa yang telah didapatkan penulis dari periode hidup yang tidak ringan, yang telah dilaluinya.

Dikutip dari buku Rokhmin Dahuri: The Quest for Happiness (Mencari Kebahagiaan Hakiki)

Komentar