Cita-Cita Mulia Prof. Rokhmin Dahuri, Ingin Memajukan Cirebon dan Indramayu
ASKARA – Seorang anak nelayan dengan mimpi besarnya berharap mampu menjadi tulang punggung keluarga pun menjadi cerita indah Prof.Dr.Ir.Rokhmin Dahuri.MS.
Hidup dengan kesederhanaan namun sudah luar biasa karena harta yang berharga saat ini adalah keluarga dan kampung halamannya di pesisir Cirebon dan Indramayu.
Prof. Rokhmin Dahuri yang pernah menduduki jabatan strategis, mulai dari dosen IPB hingga menjadi menteri KKP 2001-2004, seperti dilansir akun Youtube RekamKabar, ingin memajukan tanah leluhurnya Cirebon Kota, Kabupaten dan Indramayu.
Saat hadir di Podcast Kopi Pahit, Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu tersebut mengaku sedih IPM (Indeks Prestasi Manusia) dan pengangguran terbuka di 3 wilayah itu. Untuk itu, Prof. Rokhmin Dahuri memohon restu mewujudkan ikhtiarnya untuk ke-3 daerahnya melalui Caleg DPR RI PDIP di 2024.
Bagi Prof. Rokhmin Dahuri, untuk sekadar ekonomi, Insya Allah ia sudah selesai. “Berikhtiar, maksimal dan berdoa minta dukungan dari seluruh warga Cirebon dan Indramayu,” ujar Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University itu.
Silaturahim dan halal bi halal Peguyuban Dulur Cirebonan Ciayumajakuning (dok askara)
Dalam kesempatan lain, Ketum Dulur Cirebonan tersebut, mendukung aspirasi dari bawah dalam mengajukan terbentuknya Provinsi Cirebon Raya. “Sebagai tokoh, saya menyarankan untuk mengikuti semua , persyaratan,” ujar Prof. Rokhmin Dahuri.
Daerah yang dikenal dengan sebutan Ciayumajakuning (Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) dianggap sudah layak untuk mandiri dan berdirinya DOB (Daerah Otonomi Baru).
Menurutnya, kalau itu aspirasi dari bawah dan semua persyaratan ekonomi, politik, pendapatan asli daerah supaya tidak ada ketergantungan dari pusat. “Saya meyakini pemerintah pusat dengan senang hati akan merestui. Faktanya Provinsi Jawa Barat terlalu besar,” ujarnya.
Prof. Rokhmin Dahuri yang juga Ketua Umum Gerakan Nelayan Tani Indonesia (GNTI), mengaku prihatin dengan masalah kesejahteraan nelayan. Apalagi, ia adalah bagian dari nelayan itu sendiri. Sebab, ia terlahir dari keluarga nelayan.
Karenanya, seperti dikutip Kabar Cirebon, saat bertemu dengan nelayan. Prof. Rokhmin Dahuri membuka dialog. Salah satu aspirasi yang disampaikan nelayan adalah tentang minimnya perhatian pemerintah kepada nelayan. Seperti yang disampaikan nelayan Desa Waruduwur, Wacita. Menurutnya, mayoritas bahkan sudah 100 persen nelayan di wilayahnya menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan.
Mereka juga mengeluhkan soal sulitnya mencari ikan, udang dan rajungan di laut dan hal itu luput dari perhatian pemerintah. Aspirasi-aspirasi itu diserap Prof. Rokhmin Dahuri sebagai bahan yang akan ia perjuangkan di DPR RI.
Disisi lain, Prof. Rokhmin Dahuri juga mengaku prihatin dengan masalah kesejahteraan nelayan. Karena rumus sejahtera adalah pendapatan harus lebih besar dari pengeluaran. "Nah untuk meningkatkan pendapatan nelayan maka hasil tangkapannya harus lebih besar, ini yang harus diperjuangkan bagaimana hasil tangkapan nelayan banyak," tambah politisi kelahiran Gebang, Kabupaten Cirebon itu.
Prof Rokhmin Dahuri memaparkan strategi pengembangan kolaborasi Pentahelix untuk mewujudkan kedaulatan pangan di wilayah Ciayumajakuning sebagai berikut: Pertama, membangun korporasi bisnis pangan terintegrasi (pasca produksi – produksi on-farm – industri pengolahan – pemasaran) yang menggabungkan sejumlah UMKM produksi on-farm berbasis satu jenis komoditas (seperti beras, jagung, bawang, buah, sayur, udang, ikan, dan ayam) di dalam satu kawasan;
Kedua, mengundang investor besar (korporasi), seperti BUMN, BUMD, swasta nasional, atau MNC (Multi National Corporation) untuk membangun industri pengolahan pangan di daerah (kabupaten atau kota) dan bermitra secara win-win dengan UMKM produsen pangan (petani dan nelayan).
“Core business korporasi: pembelian komoditas pangan dari petani dan nelayan, penjualan sarana produksi, pengolahan komoditas pangan, dan pemasaran. Korporasi bisa berusaha di on-farm, tetapi dengan volume produksi < 50% kapasitas pengolahan industri (pabrik)-nya,” ujar Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan 2020 – Sekarang.
Ketiga, mengundang investor besar (korporasi), seperti BUMN, BUMD, swasta nasional, atau MNC (Multi National Corporation) untuk membangun industri pengolahan pangan terintegrasi, yang dari hulu sampai hilir dikerjakan sendiri, di daerah (kabupaten atau kota).
Penduduk setempat sebagai pegawai (direksi, manager, atau staf) dan pekerja di on-farm maupun off-farm, dengan gaji atau upah yang menyejahterakan mereka secara berkelanjutan. “Upah Minimum = US$ 375 (Rp 5,6 juta)/bulan, ditambah tunjangan-tunjangan lainnya,” ujar Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Maritim dan Kelautan itu.
Konsep pentahelix atau multipihak adalah konsep di mana unsur pemerintah, akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas, dan media bersatu padu berkoordinasi serta berkomitmen untuk mengembangkan potensi lokal desa atau wilayah.
Belum lama ini, Prof. Rokhmin Dahuri saat memberikan Kuliah Umum “Blue Economy sebagai Pondasi Bangsa” kepada mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad di Auditorium Bale Santika, mengatakan bahwa dari perspektif ekonomi, menggapai Indonesia Emas 2045 dapat dilakukan melalui dua hal, yaitu memiliki daya saing dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi.
“Kita harus menghasilkan pertumbuhan ekonomi dengan tiga syarat. Pertama adalah harus lebih besar dari 7 persen per tahun. Kedua, harus berkualitas, artinya harus bisa menerap tenaga kerja lebih banyak. Ketiga, dia harus inklusif, pertumbuhan ekonominya tidak hanya dinikmati oleh segelintir orang tetapi oleh seluruh rakyat Indonesia secara berkeadilan,” ujar ketua Dewan Pakar MPN (Masyarakat Perikanan Nusantara) itu.
Bahkan Calon presiden (capres) yang diusung PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo menyampaikan kekagumannya terhadap sosok Prof. Rokhmin Dahuri.
Dalam konsolidasi pemenangan calon presiden yang berlangsung di Cirebon pada Sabtu (3/6) di Stadion Bima, Ganjar menyebut Prof. Rokhmin sebagai figur yang luar biasa.
"Prof. Rokhmin adalah putra asli Cirebon, wong ndeso. Beliau sama dengan saya, berasal dari keluarga biasa-biasa saja. Tapi, karier dan prestasinya sangat luar biasa. Sebagai anak nelayan, Pak Rokhmin meraih gelar profesor. Beliau pernah menjadi menteri," ujar Ganjar.
Menurut Ganjar, Prof. Rokhmin merupakan putra daerah Cirebon yang berasal dari desa tetapi kiprahnya sampai tingkat nasional. “Bahkan, Prof. Rokhmin sering menjadi pembicara di tingkat internasional,” kata Gubernur Jawa Tengah itu.
Komentar