Sabtu, 18 Mei 2024 | 17:07
OPINI

Jalan Spiritual Yang Sehat Untuk Bathin dan Jiwa

Jalan Spiritual Yang Sehat Untuk Bathin dan Jiwa
Jacob Ereste

Oleh: Jacob Ereste

ASKARA - Kebersamaan dalam perjalanan spiritual dapat dinikmati dengan kedamaian bersama seluruh umat beragama. Karenanya, sikap toleransi tidak lagi perlu  menjadi topik yang merepotkan. Apalagi hendak dipolitisir dan dipelintir oleh pihak-pihak yang ingin meraih keuntungan, entah politik, atau sekedar untuk menghabiskan aggaran yang tidak perlu atas nama toleransi dan kebebasan beragama yang sudah dapat dijaga bersama.

Jalan spiritual pasti hening dan nyaman untuk mendekatkan diri kepada Tuhan sebagai pemberi berkah atas segala nikmat berikut alam yang kaya raya untuk tetap dijaga bersama agar asri dan indah memberi banyak manfaat yang cuma tinggal disyukuri dengan setulus dan sepenuh hati.

Suasana hati yang bersih, suci dan damai pun menjadi bagian utama dalam laku spiritual yang wajib mematuhi rambu etik profetik tanpa pamrih, kecuali ridha Allah semata dengan ikhlas, sadar, dan tawadduq bahwa egosentris yang angkuh dalam pikiran dengan sendirinya harus dijinakkan, sekiranya pun tak bisa sama sekali dipadamkan.

Jalan spiritual adalah olah batin yang segar untuk senantiasa ingat kepada Tuhan. Apa pun agama yang menjadi pilihan dan keyakinan, semua bisa berjalan santai bersama tanpa perlu risau dan mengusik keyakinan maupun kepercayaan orang lain. Sebab etik profetik jelas dan terang dapat memberi garansi bagi semua umat beragama untuk menekuni dan menghayati keyalinannya masing-masing untuk sampai pada tujuan yang sama -- mengekspresikan rasa syukur atas rachmat dan karunia Allah -- yang telah memberi atas rasa kasih dan sayang-Nya yang tidak terhingga di dunia dan yang juga dijanjikan kelak di akherat.

Berjalan santai dalam laku spiritual ini lebih rilex dan asyik, meski keringat yang mengucur dan mengalir sifatnya pun tidak kasat mata, karena menetes  dari dalam batin dan sukma yang penuh kegembiraan seperti keriuhan hati saat hendak berjumpa dengan kekasih tercinta.

Begitulah keriangan hati kaum sufi yang tak jelas bedanya dengan para pelaku spiritual. Hatinya sama selalu bertazbih merayu Tuhan untuk memberi maaf atas segala khehilafan dan kealfaan. Dan semua manusia terlihat cantik dan tampan dalam  pandangan mata-hati mereka yang penuh serius mengekspresikan kesempurnaan Sang Pencipta dalam karys ciptaan-Nya. Begitulah olah  batin -- spiritual -- dalam wujud berjalan santai guna meraih kesegaran jiwa yang bersih dari beragam macam kotoran yang berterbangan bebas di alam bebas. Seperti keriuhan di jalan raya, mungkin saja  kita tidak menabrak, tapi mungkin pula kita yang ketabrak. Hingga sumpah serapah termuntah tanpa sengaja, atau patut dilakukan untuk sekedar meredakan degub jantung yang bergolak.

Jalan sehat spiritual serupa ini demi dan untuk ketenangan hati, jiwa dan batin -- agar dapat  mengendalikan segenap nafsu duniawi yang tak akan pernah cukup dan habis. Ibarat mengejar layang-layang putus, entah ke mana rimba kelak jatuhnya. Dan kita yang sedang kalap memburunya pun bisa terjerembab entah di mana.

Maka jalanlah secara santai di jalur spiritual, seperti oleh raga pagi yang rutin bisa memberi  garansi kesehatan jiwa dan batin supaya tidak silau pada materi yang dijajajan di sepanjang jalan. Sebab dengan pola hidup yang sederhana, segala soal pun bida menjasi sederhana. Dan dengan serba kesederhanaan itu pula cara pandang banyak hal yang dijajakan itu mampu menekan nafsu dan keserakahan pun bisa dijinakkan hingga tak liar dan rakus serta tamak untuk memborong semua keinginan yang mau dibawa pulang. Padahal, dari beragam jajanan yang berlebihan itulah penyakit bermula dan mendera kesehatan kita.

Komentar