ASKARA - Ketua Majelis Ulama Indonesia Bidang Seni Budaya, dan Peradaban Islam, KH Jeje Zaenudin menyebut Buya Hamka sebagai sosok mujahid sekaligus mujtahid. Sosok seperti Buya Hamka itu, seperti dilansir muidigital, Minggu (26/3), jarang ditemui dari ulama atau tokoh bangsa yang lain.

“Ini yang saya rasa sulit ditemukan dari ulama yang lain bagaimana memadukan sebagai mujtahid sekaligus mujahid dan mujtahid dalam berbagai dimensi ilmu,” ujar Kiai Jeje dalam Talkshow dan Tausiyah Film Buya Hamka, Jumat (24/03) di Masjid Raya Sumatera Barat, Padang.

Perpaduan sebagai mujahid dan mujtahid, menurut Kiai Jeje, terlihat saat Buya Hamka menjabat sebagai Ketua MUI 1977-1981. Buya Hamka dengan objektif dan berani mengeluarkan fatwa tentang Muslim Ikut Memperingati Hari Natal.

“Dengan semangat mujtahid dan mujahid, beliau mampu merumuskan keputusan-keputusan fatwa MUI yang sangat objektif, sanga lugas, sangat jelas yang tidak bisa diintervensi dan ditekan oleh kepentingan-kepentingan lain di luar hukum Islam,” lanjut dia.

Dalam acara itu, Kiai Jeje juga menjelaskan sosok Buya Hamka sebagai mujahid multidimensi yang sejak dini tumbuh sebagai seorang pelajar.

Sebagai mujahid, Buya Hamka sangat gigih dalam menunut ilmu pengetahuan, terlibat dalam perang revolusi mempertahankan kemerdekaan, dan jihad menghadapi situasi politik di dalam negeri dari rejim pemerintahan.

“Semangat jihad beliau sebagai mujahid itu tumbuh sejak menjadi pelajar hingga akhir hayatnya, ” ujarnya.

Sebagai sosok mujtahid, Buya Hamka juga telah melahirkan karya tafsir dengan corak penfasiran Al-Quran yang khas, konsisten dengan ijtihad fikih, di bidang kesustraan, termasuk ijtihad yang melahirkan rumusan tasawuf modern.

Kiai Jeje menyampaikan, melalui Film Buya Hamka ini, sosok mujahid dan mujtahid Buya Hamki semakin terjiwai lagi.

“Insyallah melalui film ini, anak-anak kita, ulama kita, dan pemimpin kita akan menjiwai langsung bagaimana dan seperti apa ruh mujahid dalam segala situasi, ” ungkap Ketua Umum PP PERSIS itu.