Jumat, 19 April 2024 | 19:50
TRAVELLING

Karel Albert Rudolf Bosscha,Raja Teh yang Peduli dengan Pribumi

Karel Albert Rudolf Bosscha,Raja Teh yang Peduli dengan Pribumi
Penulis foto bersama mantan juru kunci makam Bosscha (Dok Graece)

ASKARA - Siapa yang tak kenal dengan Karel Albert Rudolf atau yang biasa dikenal dengan nama Bosscha? Beliau adalah seorang warga negara Belanda keturunan Jerman yang memberikan banyak jasa bagi Indonesia khususnya bidang astronomi dan perkebunan teh Malabar di daerah Pengalengan, Bandung dan sekitar Jawa Barat.

Sejarah mencatat pada tahun 1887 Bosscha berlayar ke Pulau Jawa untuk bekerja di perkebunan teh milik pamannya yang bernama  Edward Julius Kerkhoven  di Sukabumi Jawa Barat.

Seiring dengan perkembangan, tahun 1896 Bosscha membangun perkebunan teh Malabar secara luas dan juga membangun pabriknya.

Bosscha yang menurut penuturan mantan juru kunci makam Bosscha, Upir mempunyai 5 sifat yang luar biasa yaitu : Pintar, baik hati, dermawan, penyayang binatang dan pencinta tanaman, mempekerjakan pribumi dengan sangat manusiawi dan membuat sejahtera warganya.

Penulis di depan makam Bosscha yang bergaya arsitektur Eropa.

Cerita tentang sifat dari seorang Bosscha adalah fakta dan dirasakan oleh Alm. Ayah Upir yang pernah menjadi pekerja juragan Bosscha itu.

Lewat sifat yang dimilikinya, Bosscha yang menguasai ilmu astronomi  memberikan sumbangan  besar bagi bangsa Indonesia dengan merintis dan membangun Observatorium Bosscha di Lembang.

Lewat kedermawan dan kepeduliannya dia juga memberikan kontribusi untuk dunia pendidikan dengan mendirikan mendirikan sekolah dasar bernama Vervoloog Malabar (1901) dan menjadi salah satu yang berkontribusi sebagai donatur dalam pembangunan Sekolah  Technische Hoogeschool te Bandoeng atau yang saat ini dikenal dengan sebutan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Bukan itu saja, lewat kepedulian dan  keberhasilan pabrik teh yang didirikannya sehingga bisa menembus pasar Eropa dan Afrika, Bosscha juga menjadi donatur dalam pembangunan Gedung Merdeka atau Societeit Concordia, Sekolah Luar Biasa Cicendo.Sungguh kedermawanan yang patut diacungi jempol.

26 November 1928, saat hendak melihat perkebunan, Bosscha  terjatuh dari kuda yang dikendarainya. Disinyalir luka akibat insiden itu menimbulkan penyakit tetanus.

Hal tersebut lantaran, dia terkena kotoran kuda. Bosscha meninggal dengan menyisakan kesedihan bagi para pekerja. Kecintaan Bosscha terhadap perkebunan teh, membuatnya ingin dikubur di kebun teh miliknya yang lokasinya tidak jauh dari kediamannya.

Hingga kini makam Bosscha yang cukup megah dengan pusaranya yang ditutup dengan kubah putih bergaya arsitektur Eropa, masih terawat dengan baik.

Terima kasih Bosscha, Juragan Teh Priangan yang banyak mengajarkan kebaikan hidup. Secara pribadi, saya yakin jasadmu sudah damai dalam keabadian.

Komentar