Rabu, 24 April 2024 | 11:56
NEWS

Dari Sampah Mereka Sekolahkan Anaknya

Dari Sampah Mereka Sekolahkan Anaknya
Ibu rumah tangga bernama Nurlaili, biasa disapa Bu Lely sedang menyetorkan sampahnya ke Bank Sampah Berkah, Belawan (Dok Dedy)

ASKARA - Kisah orang miskin yang mengakali hidupnya sehingga bisa terlepas dari satu dua persoalan yang membelit keluarganya selalu menarik untuk didengar. 

Seperti kisah Lely (44 tahun) dan Irmadani (42 tahun), dua ibu rumah tangga di Belawan, Sumatera Utara.

Dua perempuan hebat ini berhasil mengatasi persoalan keuangan terkait biaya sekolah anak-anak mereka. 

Sebagai keluarga pemulung, tentu saja kedua perempuan ini tidak boleh bergantung sepenuhnya kepada suami mereka. Mereka sadar diri bahwa ekonomi keliarga begitu sulit. Ada anak yang harus dinafkahi dan disekolahkan, yang otomatis setiap hari pengeluaran pasti ada sementara pemasukan belum tentu. Belum lagi kekurangan gizi dan ketiadaan asuransi kesehatan.

Namun, bagi kedua perempuan ini, masa depan anak-anak mereka jauh lebih prioritas dari segala hal. Karena itu, keduanya berjuang keras mencari duit. Ketika banyak orang menyepelekan sampah, dua ibu rumah tangga ini justru memanfaatkannya untuk membiayai sekolah anak-anak mereka. 

"Sampah inilah penyelamat kami. Darinyalah anak-anakku bisa sekolah," ungkap Lely, ketika ditemui di kediamannya di Belawan, Sumut, baru-baru ini.

Selain untuk biaya sekolah, tabungan dari bank sampah juga mereka pakai untuk kebutuhan sehari-hari, seperti biaya berobat dan bayar sewa rumah. 

Lely dan Irmadani menceritakan, selain sampah dari dapurnya, mereka juga menganulir sampah-sampah tetangga. Sampah-sampah itu kemudian mereka antarkan ke Bank Sampah Berkah untuk ditukarkan menjadi duit dalam bentuk saldo di buku rekening. 

"Kadang kalau (air) pasang kan, banyak membawa sampah. Sampah-sampah itu kami pilah untuk kami tabung. Makin banyak sampah, makin banyak duit kami. Semogalah Bank Sampah ini tidak berakhir. Karena sampah sangat berarti bagi kami," tutur Lely.

Data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan menyebut produksi sampah di Kota Medan mencapai 2.000 ton per hari. Dengan estimasi jumlah penduduk 2,3 juta jiwa, diperkirakan satu warga menghasilkan antara 0,7 - 0,9 kilogram sampah per hari di Medan. 

"Dari sisi lingkungan sampah sebanyak itu jelas menjadi sumber masalah kesehatan. Namun, hadirnya Bank Sampah telah menolong ekonomi masyarakat. Sampah bisa disulap jadi uang," kata Project Manajer Yayasan Gugah Nurani Indonesia (GNI) Medan Deli Serdang Anwar Suhut.

Bank Sampah Berkah merupakan binaan GNI. Bank Sampah Berkah telah meraih banyak penghargaan bergengsi karena kiprahnya menyelamatkan lingkungan dan meningkatkan perekonomian masyarakat miskin serta mendorong keterlibatan ibu-ibu menjaga kebersihan sekitar.

Tidak hanya soal kebersihan dan membantu ekonomi warga. Kontribusi Bank Sampah juga nyata dalam upaya penyelamatan masa depan anak. Bank Sampah Berkah sendiri menyumbang 10 persen dari keuntungannya untuk pendidikan anak-anak putus sekolah. Program ini sudah berjalan sejak 2020. Dari 400 nasabahnya, Bank Sampah Berkah menampung sekitar 1 sampai 1,5 ton sampah siap daur ulang setiap bulan. Dan 10 persen dari laba penjuala dialokasikan menolong anak-anak putus sekolah. 

"Memang angkanya kecil, tetapi ini soal partisipasi masyarakat. Masyarakat yang menabung, masyarakat juga yang menolong anak putus sekolah," jelas Anwar.

Lurah Belawan 2 Ferry Yose mengatakan, saat ini Pemko Medan mencanangkan gerakan kebersihan. Kota Medan dicanangkan bersih dari sampah. 

"Kami dari pemerintahan kelurahan Belawan 2, mendukung apa yang dilakukan Bank Sampah Berkah ini," tuturnya. 

 

 

Komentar