Jumat, 19 April 2024 | 06:41
NEWS

Pertama Kalinya dalam Sejarah, Gereja Katedral Jakarta 'Nanggap Wayang' Semalam Suntuk

Pertama Kalinya dalam Sejarah, Gereja Katedral Jakarta 'Nanggap Wayang' Semalam Suntuk
Pertunjukan Wayang Kulit Semalam Suntuk di Gereja Katedral Jakarta (Dok tangkapan layar)

ASKARA - Gereja Katedral Jakarta menyelenggarakan Pergelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk untuk masyarakat umum, Sabtu (20/8).

Acara yang dimulai pukul 21.00 WIB hingga 04.00 WIB itu dipimpin Dalang Ki Radyo Harsono dengan lakon Wiratha Parwa. 

Gereja Katedral dalam keterangan tertulisnya mengatakan, pilihan wayang kulit klasik diambil berawal dari niat jika pandemi Covid-19 semakin terkendali, maka akan diselenggarakan syukuran bersama yaitu 'Nanggap Wayang'. 

Dalam sejarah berdirinya Gereja Katedral Jakarta selama 121 tahun, untuk pertama kalinya diselenggarakan Pergelaran Wayang Kulit Klasik Semalam Suntuk di halaman Gereja Katedral. 

Sebelumnya pada tahun 2019 lalu, Gereja Katedral Jakarta telah mengadakan pertama kalinya juga video mapping dengan menggunakan kemajuan teknologi/IT dan dengan narasi Sumpah Pemuda dan Kebangsaan. 

"Setelah memperoleh pesan dari Kardinal Ignatius Suharyo untuk mencari lakon yang menunjukkan dan menggugah semangat kepedulian dan cinta tanah air dan dipilihnya wayang kulit klasik (Maraman/gaya Jogja)," tulis Gereja Katedral, dikutip Minggu (21/8).

"Waktu penyelenggaraan ditentukan berdekatan dengan Perayaan Syukur 25 tahun Tahbisan Episkopal Uskup Ignatius Suharyo yang jatuh pada tanggal 22 Agustus 2022," lanjut Gereja Katedral.

Sementara, Dalang Ki Radyo Harsono yang mendapat gelar dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Ki Mas Lurah Cerma Radyo Harsono merupakan keturunan Tionghoa yang dulu bernama Tee Yhiam Wauw.

Menurut Gereja Katedral, tontonan rakyat yang terbuka untuk umum ini dapat menggugah semangat cinta tanah air sekaligus sesuai dengan suasana dan semangat 17 Agustus yang baru saja dirayakan.

"Kisah lakon yang sarat dengan pesan terkait komitmen, pergumulan batin dan semangat lari dari kenyataan ini adalah cerminan sikap yang mungkin ada dalam diri kita semua, merupakan bahan refleksi kita bersama apakah semangat cinta tanah air dan untuk terlibat demi kepentingan bangsa dan negara," kata Gereja Katedral. 

"Bersyukur dalam pandemi ini tumbuh solidaritas, kepedulian dan semangat gotong royong dan bersatu sebagai modal besar bangsa kita untuk menghadapi tantangan bersama."

"Dengan Bersatu dan peduli kita bisa tegak berdiri sebagaimana terkandung dalam semangat "Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat" yang bisa mendukung dalam rangka tema Kemerdekaan ke-77," tandasnya.

  

Komentar