Jumat, 10 Mei 2024 | 00:00
NEWS

Akui Faskes RI Belum Maksimal Sebabkan Warga Berobat Keluar Negeri, Menkes Jamin Melakukan Transformasi dalam Waktu Dekat

Akui Faskes RI Belum Maksimal Sebabkan Warga Berobat Keluar Negeri, Menkes Jamin Melakukan Transformasi dalam Waktu Dekat
Menkes Budi Gunadi Sadikin (Dok Sehat Negeriku)

ASKARA - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengakui layanan fasilitas kesehatan (faskes) di Indonesia belum maksimal dan menyebabkan penuhnya antrean layanan rujukan pasien. 

Kata Budi, kondisi itu pula yang menjadi salah satu penyebab utama masyarakat Indonesia memilih berobat ke luar negeri.

Menurut Budi, pelayanan kesehatan terutama terkait penyakit degeneratif yang menjadi penyumbang kematian tertinggi di Indonesia seperti jantung, stroke dan kanker masih belum merata dan maksimal di Indonesia. 

Padahal, Penyakit Tidak Menular (PTM) itu membutuhkan waktu penanganan yang cepat.

"Kasus PTM di Indonesia setiap tahunnya bertambah. Karena layanan rujukannya sedikit, antreannya jadi makin panjang. PTM itu kan butuh perawatan yang cepat, kalau waktu tunggunya lama, pantas saja orang pergi ke luar. Makanya kita akan segera bereskan," ungkap Budi menukil situs resmi Kemenkes, Selasa (19/4).

Budi menyontohkan, ada daerah yang dokter spesialisnya cuma satu atau orang saja dan jumlah itu sangat jauh dari kata memadai untuk melayani jumlah populasi di wilayah masing-masing. 

Budi memberikan jaminan, dalam waktu dekat Kemenkes akan melakukan transformasi layanan primer yang dimulai dengan memperluas infrastruktur kesehatan hingga level rumah atau masyarakat. 

Selanjutnya, Kemenkes akan meningkatkan program promotif preventif, menurunkan angka stunting, dan menekan Angka Kematian Ibu (AKI).

Pihaknya, kata Budi, telah berdiskusi dengan diaspora kesehatan Indonesia yang berkarir di Amerika dan Eropa pada Minggu (17/4) lalu. Diharapkan, para diaspora itu dapat membantu memberikan kritik dan saran serta memperkuat peta jalan untuk mewujudkan keberhasilan transformasi sistem kesehatan di Indonesia.

Budi mengungkapkan, tenaga kesehatan menjadi tantangan khusus dalam upaya pembangunan kesehatan di Indonesia. Saat ini jumlah tenaga kesehatan di Indonesia masih sangat kurang.

Berdasarkan standar batas dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), rasio ideal antara dokter dan masyarakat adalah 1:1000 orang. Artinya satu dokter dipersiapkan untuk melayani 1,000 penduduk di satu wilayah.

Namun demikian, ketersediaan dokter di Indonesia saat ini hanya 101.476 dokter, dengan jumlah populasi sekitar 273.984.400 jiwa. Dengan demikian, Indonesia masih kekurangan sekitar 172.508 dokter.

"Dengan tingkat kelulusan dokter sebanyak 12 ribu orang per tahun, setidaknya butuh waktu sekitar 10 tahun untuk memenuhi rasio dokter di Indonesia. Kita harus percepat kerjanya, karena kalau tidak akan semakin banyak masyarakat yang tidak tertolong," kata dia.

Untuk memenuhi rasio dokter itu, Kemenkes diklaim sedang menjajaki kerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menambah jumlah fakultas kedokteran dan meningkatkan produksi tenaga kesehatan. Penambahan ini sebagai upaya pemenuhan dan pemerataan tenaga kesehatan di Indonesia.

Masing-masing fakultas kedokteran dan RS akan menampung fakultas kedokteran dan RS lain di seluruh Indonesia. Untuk itu, jumlah dokter, dosen dan RS akan ditambah tanpa mengurangi kualitas layanan. Ditargetkan penyediaan dokter ini akan tercapai dalam 10 tahun.

"Prodi-prodinya aku minta dibuka lebih banyak, terutama penyebab kematian yang lebih besar di Indonesia, kanker, stroke dan jantung. Itu butuhnya spesialisnya apa saja, prodinya harus ada," pungkasnya.

Komentar