Sabtu, 27 April 2024 | 11:08
OPINI

Cacat Itu Aib Yang Sangat Memalukan !

Cacat Itu Aib Yang Sangat Memalukan !

Oleh: Mang Ucup *)

"Huuu....uuura!" . Teriakan gembira dari seorang Ibu yang menerima Telegram dari anaknya yang telah bertahun-tahun menghilang. Apalagi ia adalah anak satu-satunya. Maklumlah anak tersebut pergi ditugaskan perang ke Vietnam sejak empat tahun yang lampau.

Sejak tiga tahun yang terakhir, orang tuanya tidak pernah menerima kabar lagi dari putera tunggalnya.  Sehingga diduga bahwa anaknya Gugur dimedan perang.

Anda bisa membayangkan betapa bahagianya perasaan Ibu tersebut. Dalam Telegram tersebut tercantum bahwa anaknya akan pulang dan tiba besok!

Esok harinya telah disiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan putera tunggal kesayangannya. Pada malam harinya akan diadakan pesta khusus untuk dia.

Seluruh anggota keluarga maupun rekan-rekan bisnis dari suaminya akan diundang.Maklumlah suaminya adalah Direktur Utama Bank Besar yang terkenal diseluruh ibukota.

Siang harinya si Ibu menerima telepon dari anaknya yang sudah berada di airport.

Si Anak: "Bu bolehkah saya membawa kawan baik saya?"

Ibu: "Oh sudah tentu, rumah kita cuma besar dan kamarpun cukup banyak, bawa saja, jangan segan-segan bawalah!"

Si Anak: "Tetapi kawan saya adalah seorang cacat, karena korban perang di Vietnam?"

Ibu: "......oooh tidak jadi masalah, bolehkah saya tahu, bagian mana yang cacat?" - nada suaranya sudah agak menurun.

Si Anak: "Ia kehilangan tangan kanan dan kedua kakinya!"

Si Ibu dengan nada agak terpaksa, karena si Ibu tidak mau mengecewakan anaknya: "Asal hanya untuk beberapa hari saja, saya kira tidak jadi masalah?"

Si Anak: "...tetapi masih ada satu hal lagi yang harus saya ceritakan sama Ibu.”

Zz’Kawan saya itu wajahnya juga turut rusak begitu juga kulitnya. Maklum pada saat ia mau menolong kawannya,  ia menginjak Ranjau.  Bukan tangan dan kakinya saja yang hancur melainkan seluruh wajah dan tubuhnya juga turut terbakar!"

Si Ibu dengan nada kecewa dan kesal: "Na...ak lain kali saja kawanmu itu diundang kerumah kita. Untuk sementara suruh saja ia tinggal di hotel. Kalau perlu biar saya yang bayar nanti biaya penginapannya!"

Si Anak: "...tetap ia adalah kawan baik saya Bu! Saya tidak ingin pisah dari dia!"

Si Ibu: "Cobalah renungkan olehmu nak! Ayah kamu adalah seorang konglomerat yang ternama dan kita sering kedatangan tamu. Misalnya para pejabat tinggi maupun orang-orang penting yang berkunjung kerumah kita. Apalagi nanti malam kita akan mengadakan Diner perjamuan malam. Bahkan akan dihadiri oleh seorang menteri.”

“Apa kata mereka apabila mereka nanti melihat tubuh yang Cacat dan Wajah yang Rusak ke Bakar.Bagaimana pandangan umum dan bagaimana lingkungan bisa menerima kita nanti? Apakah hal ini tidak akan menurunkan martabat kita bahkan jangan-jangan nanti bisa merusak Citra Binis Usaha dari ayahmu nanti."

Tanpa ada jawaban lebih lanjut dari anaknya telepon diputuskan dan ditutup! Orang tua dari kedua anak tersebut maupun para tamu menunggu hingga jauh malam. Ternyata anak tersebut tak kunjung tiba pulang.

Ibunya mengira anaknya marah, karena tersinggung. Disebabkan temannya tidak boleh turut datang berkunjung kerumah mereka. Jam tiga subuh pagi, mereka mendapat telepon dari rumah sakit. Agar mereka segera datang kesana.

Mereka harus mengidetifitaskan mayat dari orang yang bunuh diri. Mayat dari seorang pemuda bekas tentara Vietnam. Pemuda yang telah kehilangan tangan dan kedua kakinya dan wajahnyapun telah rusak karena kebakar.

Tadinya mereka mengira bahwa itu adalah tubuh dari teman anaknya, tetapi kenyataannya pemuda tersebut adalah anaknya sendiri! Hanya sekedar untuk membela nama dan status saja;  akhirnya mereka kehilangan Putera Tunggalnya!

Mungkin kita akan menilai bahwa orang tua dari anak tersebut kejam dan hanya mementingkan nama dan status mereka saja. Cobalah renungkan bagaimana dengan diri kita sendiri? Apakah kita lain dari mereka?

Apakah Anda masih tetap mau berkawan  dengan orang cacat yang bukan karena cacat tubuh saja? Tetapi cacat mental atau cacat Status atau cacat Nama atau cacat latar belakang kehidupannya?

Apakah Anda masih tetap mau berkawan dengan orang yang jatuh miskin? Yang kena penyakit AIDS? yang bekas Pelacur? Yang tidak punya rumah lagi?  Yang pemabuk? Yang pencandu? Yang berlainan agama?

Renungkanlah jawabannya hanya Anda dan Sang Pencipta saja yang mengetahunya.

*) Menetap di Amsterdam, Belanda

Komentar