Selasa, 21 Mei 2024 | 04:41
NEWS

Soal Kenaikan Harga Pertalite dan Gas 3 Kg, Airlangga: Akan Kami Umumkan

Soal Kenaikan Harga Pertalite dan Gas 3 Kg, Airlangga: Akan Kami Umumkan
Airlangga Hartarto (Dok Istimewa)

ASKARA - Pemerintah disebut sedang mengkaji kenaikan harga Pertalite menyusul melonjaknya harga minyak mentah dunia dalam beberapa waktu terakhir.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah juga tengah mengkaji kenaikan harga LPG 3 kilogram (kg). 

Namun demikian, Ketua Umum Partai Golkar itu belum dapat menjelaskan lebih lanjut kapan pastinya harga akan naik.

"Saat sekarang kami masih mengkaji. Nanti sesudah kaji, akan kami umumkan," kata Airlangga dalam konferensi pers, Selasa (5/4).

Sebelumnya diberitakan, pemerintah bakal menaikkan harga Pertalite dan gas LPG 3 kilogram. 

Pemerintah telah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak jenis Pertamax sebesar Rp 3.500 per liter menjadi Rp 12.500 per liter mulai Jumat (1/4) pukul 00.00 WIB. 

"Overall (secara keseluruhan) akan terjadi (kenaikan) nanti Pertamax, Pertalite, kalau premium belum. Juga gas yang 3 kg (akan naik). Jadi bertahap, 1 April, nanti Juli, bulan September, itu nanti bertahap akan dilakukan oleh pemerintah," ungkap Luhut, di Jatimulya, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (1/4). 

Dikatakan Luhut, pemerintah akan melakukan penghitungan dengan cermat dan melakukan sosialisasi terkait rencana kenaikan tersebut. 

Namun demikian, Luhut tak menjelaskan lebih lanjut soal rencana tersebut. Namun terkait kenaikan Pertamax, Luhut mengatakan banyak negara sudah menaikkan harga BBM mereka lebih dulu.

Hal itu terjadi akibat kelangkaan minyak mentah karena konflik Rusia-Ukraina serta kelangkaan minyak nabati. 

Menurut Luhut, Indonesia masih beruntung karena bisa mengelola ekonomi dengan lebih baik. Sehingga dampak konflik kedua negara tersebut tidak terlalu besar.

Kenaikan harga Pertamax yang diberlakukan per 1 April 2022 pun, menurutnya, dilakukan lantaran asumsi harga minyak dunia dalam APBN sudah sangat jauh dengan harga minyak di lapangan. 

"Kalau ditahan terus, jebol nanti Pertamina. Jadi terpaksa kita harus lepas," kata Luhut.

Komentar