Selasa, 21 Mei 2024 | 15:56
NEWS

Prof Rokhmin Dahuri Berharap Waterfront City Jadi Pusat Kemajuan dan Kemakmuran Kota Kendari

Prof Rokhmin Dahuri Berharap Waterfront City Jadi Pusat Kemajuan dan Kemakmuran Kota Kendari
Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS

ASKARA – Indonesia yang sudah 76 tahun merdeka dibandingkan tahun 1945 dengan sekarang hampir semua aspek kehidupan sudah membaik. Tetapi kalau Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2021 menurut Bank Dunia sudah mencapai 1,1 Triliun Dollar AS dibagi dengan jumlah penduduk sebesar 274 Juta maka pendapatan perkapita orang Indonesia atau Gross National Income (GNI) tahun lalu hanya mencapai 3.870 Dollar AS per orang/tahun.

Demikian dikatakan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS saat menjadi nara sumber pada Musrembang RKPD “Optimalisasi Pengembangan Potensi Wilayah Pesisir  Teluk Kendari Sebagai Upaya Memberdayakan Keunggulan Daerah Kota Kendari” Pemerintah Daerah Kota Kendari secara daring, pada Selasa, 22 Maret 2022.

Artinya, kata Prof Rokhmin Dahuri, status kemakmuran bangsa Indonesia setelah 76 tahun merdeka, baru mencapai di kelas menengah kebawah. Padahal prasa didalam pembukaan UUD 45 yang dimaksud negara maju dan makmur menurut Bank Dunia kalau pendapatan kotor per kapita atau GNI (Gross National Income) di atas 12.695.

”Jadi dalam kriteria ini kita masih jauh panggang dari api,” ujar Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan-RI 2020 – 2024 dalam paparannya berjudul “Pengembangan Wilayah Pesisir Teluk Kendari Sebagai ‘Waterfront City’ Yang Ramah Lingkungan Untuk Peningkatan Daya Saing, Pertumbuhan Ekonomi Inklusif, Dan Kesejahteraan  Masyarakat Kota Kendari Secara Berkelanjutan.”

Lalu bagaimana dengan Kendari? Data yang diperoleh pada 2021 bahwa pendapatan Kota Kendari perkapitanya lebih tinggi dari nasional karena 4.827 Dollar AS per orang/tahun. “Jadi, Musrenbang yang merupakan foruk untuk pembangunan, bagaimana mentransformasi kondisi Kendari yang sekarang dengan 8 indikator kinerja utamanya menjadi Kota Kendari yang kita dambakan pada 2030 pendapatan perkapita harus diatas 12.695 Dollar AS, sekarang baru 4.827,” katanya.

Lebih lanjut, Prof Rokhmin menjelaskan, hingga September 2021, jumlah penduduk miskin Kota Kendari mencapai 19,46 ribu jiwa dengan tingkat kemiskinan 4,87% (terendah di Prov. Sulawesi Tenggara). Kemudian, pengangguran terbuka (TPT) Kota Kendari sebesar 5,19% (tertinggi ke-2 di Prov. Sultra). Selanjutnya, Rasio gini (alat mengukur derajat ketidakmerataan distribusi penduduk) Kota Kendari sebesar 0,36 (Urutan ke-6 di Prov. Sulawesi Tenggara).

Kemudian indikator kinerja utama yang keenam, harusnya kita berdaulat pangan, energi, farmasi dan air. Tapi Kota Kendari masih impor. “Yang mengembirakan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang menjadi syarat suatu wilayah atau negara dikatakan maju di atas 80. Alhamdulillah Kota Kendari sudah mencapai 84,15 (tertinggi di Prov. Sulawesi Tenggara). Bahkan lebih tinggi dari rata-rata nasional,” sebut Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu.

Soal lingkungan hidup, lanjutnya, Kota Kendari menurut perhitungan Kementerian LHK masih buruk dan sedang.  Maka, untuk mentransformasi ada empat kebijakan utama yaitu dibidang ekonomi, bidang budaya, bidang polhukam, dan bidang lingkungan hidup.

Dalam kesempatan yang sama, Prof. Rokhmin menerangkan rumus baku dari ekonomi kalau suatu wilayah ingin keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah atau Negara Middle-Income menjadi Negara (wilayah) Maju, Adil-Makmur dan Berdaulat, syaratnya ada empat.

Pertama pertumbuhan ekonomi yang berkualitas diatas 7 persen/tahun, investasi plus ekspor harus lebih besar dari pada konsumsi dan impor. Kemudian upaya berkeadilan  Koefisien Gini < 0,3 (inklusif), dan seluruh kegiatan ekonomi, pembangunan Kota Kendari itu harus bersifat ramah lingkungan dan sustainable.

Lebih lanjut, Prof Rokhmin berharap Teluk Kendari dijadikan sebagai pusat kehidupan kemandirian dan kemakmuran Kota Kendari. “Fakta, Teluk Kendari sebagai pusat kawasan perkantoran (Gubernur, Walikota), industri, perdagangan, dan pariwisata,” sebutnya.

Kedua, kata Prof. Rokhmin, lokasi yang sangat strategis, dimana sekitar 85% transportasi komoditas dan produk yang keluar dan masuk Kota Kendari/Provinsi Sultra melalui Teluk Kendari. Ketiga, baik-buruknya kualitas lingkungan, terutama kualitas perairan, Teluk Kendari mencerminkan status pembangunan berkelanjutan (sustainable development) Kota Kendari.

“Jadi, kalau Teluk Kendari itu kotor banyak sampah, logam berat itu tanda-tanda bahaya. Berarti hampir seluruh kehidupan atau pembangunan ekonomi di Kota Kendari bersifat merusak lingkungan,” tuturnya.

Prof Rokhmin menyayangkan, Teluk Kendari sebagai sumber kemajuan, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan belum dikembangkan secara optimal.  Alih-alih, kerusakan lingkungan dan kemiskinan justru makin menggejala di sekitar wilayah Teluk Kendari,” kata Ketua Dewan Pakar MPN (Masyarakat Perikanan Nusantara) itu.

Padahal, sambungnya, di negara-negara dan daerah Indonesia lain, Waterfront City menjadi pusat kemajuan dan kesejahteraan wilayah. Hampir seluruh kota-kota dunia basisnya adalah perairan, contohnya: Singapura, Tokyo, S. Han Seoul, Sidney Harbor, Auckland, London Docklands, San Francisco Bay, Boston, dan Cape Town. Contoh di dalam negeri kemajuan pun tercermin dari Waterfront city, seperti: Pantai Losari (Makassar), Manado, Kota Padang Pariaman, dan Kuta (Bali).

Menurutnya, inilah masalah yang serius menghantui dari Teluk Kendari, degradasi Teluk Kendari terutama sampah, sedimentasi mencapai titik kritis. “Kebetulah saya tahun 1996 bersama Dr. Ilala Damai (Staf Ahli Pemprov Kendari) membuat simulasi bagaimana tutupan hutan di sepanjang DAS yang mengalir ke Teluk Kendari sangat menentukan laju sedimentasi sungai-sungai yang masuk ke Teluk Kendari,” terangnya.

Untuk itu, Prof Rokhmin menjelaskan, Teluk Kendari terhindar dari bahaya sedimentasi maka tutupan sepanjang DAS seluruh sungai yang masuk harus dipertahan minimal 60 persen. Artinya, memenej Kota Kendari tidak hanya di dalam Kota Kendarinya, tetapi juga di area di hulu.

Menurutnya, Kota pesisir atau waterfront city merupakan suatu kawasan yang terletak berbatasan dengan air dan menghadap ke laut, sungai, danau dan sejenisnya (Ditjen. Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, 2006).

 “Pengertian 'waterfront'  dalam Bahasa Indonesia secara harfiah adalah daerah tepi laut, bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah pelabuhan (Echols, 2003). Penerapan waterfront city di Indonesia telah dimulai pada zaman penjajahan Belanda di tahun 1620,” tutur Menteri Perikanan dan Kelautan Kabinet Gotong Royong ini.

Ia menambahkan, waterfront city  juga dapat diartikan suatu proses dari hasil pembangunan yang memiliki kontak visual dan fisik dengan air dan bagian dari upaya pengembangan wilayah perkotaan yang secara fisik alamnya berada dekat dengan air di mana bentuk pengembangan pembangunan wajah kota yang terjadi berorientasi ke arah perairan.

Bagaimana membangun Kota Kendari sebagai Waterfront city? Pertama yang harus dilakukan adalah kita membuat rencana RTRW Pesisir Wilayah Teluk Kendari dari garis pantai sampai 6 kilometer ke arah hulu, dan dari garis pantai sampai 6 kilometer ke arah tengah perairan teluk/laut.

Hal ini untuk: (1) Perkantoran; (2) pusat kota dan kawasan bisnis; (3) pemukiman; (4) industri manufakturing; (5) PPS. Kendari dan kawasan industri perikanan; (6) PPI Sodohoa dan kawasan industri perikanan dan pasar ikan; (7) pusat kuliner dan restoran; (8) destinasi pariwisata bahari (banana boat, glass bottom boat, water scooter, snorkling, diving, wisata mangrove, dll); (9) Mesjid Al-Alam; (10) jembatan T. Kendari, dll.

Semua kegiatan ekonomi dan manusia haruslah zero-waste dan zero-emission, dengan menggunakan: teknologi 3 R, ekonomi sirkular, energi terbarukan (seperti matahari, angin, dan biofuel), dan teknologi ramah lingkungan lainnya.

“Bahwa semua kegiatan desain, konstruksi, dan modifikasi bentang alam (landscape) harus dikerjakan sesuai dengan kondisi, struktur, karakteristik, dan dinamika lingkungan alam setempat (design and construction with nature),” papar Honorary Ambassador of Jeju Islands dan Busan Metropolitan City, South Korea.

Oleh karena itu, Prof. Rokhmin menekankan, gerakan pembersihan Teluk Kendari dari sampah padat secara reguler (seminggu sekali) dan berkesinambungan. Kemudian melakukan penghijauan di sekeliling Teluk Kendari dengan landscape yang indah, ikonik, dan menawan.

Selanjutnya, mencegah dan menurunkan laju sedimentasi, pencemaran, dan banjir ke Teluk Kendari, dengan melakukan: perbaikan Upland Management di sepanjang DAS yang bermuara ke Teluk  Kendari.

Pastikan bahwa pemilik dan/atau penikmat keuntungan ekonomi pembangunan waterfront city ini sebagian besar adalah masyarakat Kota Kendari. “Karena masih banyak ada pabrik manufakturing kelas dunia tapi rakyatnya miskin. Saya tidak ingin kemajuan Teluk Kendari lalu masyarakat di sekitarnya tetap miskin,” katanya.

Berikutnya, untuk mengawal kita harus menyiapkan Waterfront city diperlukn Pengembangan kualitas SDM Kota Kendari. Selain itu, penciptaan iklim investasi, ease of doing business, dan kebijakan politik ekonomi kondusif.

“Dengan perencanaan yang matang, kota dengan konsep waterfront city tentunya akan mendatangkan keuntungan pariwisata bagi kotanya. Kota waterfront city yang tersusun apik, rapih, dan bersih tanpa melupakan keseimbangan ekosistem sekitar dapat memberikan hasil lebih bagi potensi wisata daerah,” pungkas Member of International Scientific Advisory Board of Center for Coastal and Ocean Development, University of Bremen, Germany itu.

 

 

Komentar