Senin, 06 Mei 2024 | 05:24
NEWS

Nama Ustaz Felix Siauw Kembali Masuk Daftar Penceramah Radikal, Reaksinya Mengejutkan

Nama Ustaz Felix Siauw Kembali Masuk Daftar Penceramah Radikal, Reaksinya Mengejutkan
Ustaz Felix Siauw (Dok Facebook)

ASKARA - Nama Ustaz Felix Siauw kembali masuk dalam daftar penceramah radikal. Hal itu diungkapkan sang ustaz melalui unggahan di akun Instagram miliknya berupa tangkapan layar berisi chat via WhatsApp yang tertulis daftar penceramah terindikasi intoleran dan radikal. 

"Beredar viral 180-an nama penceramah radikal dan disarankan nggak boleh diundang dan didengar," tulis Felix Siauw belum lama ini tanpa menyebut sumber yang merilis daftar tersebut. 

Menurut Ustaz Felix Siauw, bukan kali ini saja namanya masuk dalam daftar penceramah radikal.

"Tahun 2017, saya jadi tokoh radikal nomor dua setelah HRS (Habib Rizieq Shihab), sekarang jadi nomor dua lagi," ungkapnya.

Sembari mencantumkan emoji tertawa, Felix Siauw malah mempertanyakan kapan namanya bisa berada di nomor satu dalam daftar penceramah radikal. 

"Tapi Alhamdulillah, bisa bertahan di list sejak 2017," ujarnya.

Sementara, Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Ahmad Nurwakhid menyebutkan persoalan radikalisme harus menjadi perhatian sejak dini. Sebab, sejatinya radikalisme adalah paham yang menjiwai aksi terorisme.

“Radikalisme merupakan sebuah proses tahapan menuju terorisme yang selalu memanipulasi dan politisasi agama,” tegas Nurwakhid dalam siaran pers, Sabtu (5/3).

Ahmad Nurwakhid menyatakan, soal penceramah radikal yang disampaikan Presiden Joko Widodo sebagai peringatan kuat untuk meningkatkan kewaspadaan nasional. 

Pernyataan presiden pada Rapat Pimpinan TNI-Polri di Mabes TNI, Jakarta, Selasa (1/3) itu harus ditanggapi serius oleh seluruh kementerian, lembaga pemerintah dan masyarakat pada umumnya tentang bahaya radikalisme. 

Untuk mengetahui penceramah radikal, Nurwakhid mengurai beberapa indikator yang bisa dilihat dari isi materi yang disampaikan bukan tampilan penceramah.

Setidaknya ada lima indikator yang disampaikannya. Pertama, mengajarkan ajaran yang anti-Pancasila dan proidieologi khilafah transnasional. Kedua, mengajarkan paham takfiri yang mengafirkan pihak lain yang berbeda paham maupun berbeda agama. 

Ketiga, menanamkan sikap anti-pemimpin atau pemerintahan yang sah, dengan sikap membenci dan membangun ketidak percayaan (distrust) masyarakat terhadap pemerintahan maupun negara melalui propaganda fitnah, adu domba, hate speech, dan sebaran hoaks. 

Keempat, memiliki sikap eksklusif terhadap lingkungan maupun perubahan serta intoleransi terhadap perbedaan maupun keragaman (pluralitas).

Kelima, biasanya memiliki pandangan anti-budaya ataupun anti-kearifaan lokal keagamaan. 

“Mengenali ciri-ciri penceramah jangan terjebak pada tampilan, tetapi isi ceramah dan cara pandang mereka dalam melihat persoalan keagamaan yang selalu dibenturkan dengan wawasan kebangsaan, kebudayaan dan keragaman,” kata dia. 

Sejalan dengan itu, Nurwakhid juga menegaskan strategi kelompok radikalisme memang bertujuan untuk menghancurkan Indonesia melalui berbagai strategi yang menanamkan doktrin dan narasi ke tengah masyarakat.

“Ada tiga strategi yang dilakukan oleh kelompok radikalisme,” ucapnya.

Pertama, mengaburkan, menghilang bahkan menyesatkan sejarah bangsa. Kedua, menghancurkan budaya dan kearifan lokal bangsa Indonesia. 

“Ketiga, mengadu domba di antara anak bangsa dengan pandangan intoleransi dan isu SARA,” urai Nurwakhid. 

Strategi ini dilakukan dengan politisasi agama yang digunakan untuk membenturkan agama dengan nasionalisme dan agama dengan kebudayaan luhur bangsa.

Dia menyebut proses penanamanya dilakukan secara masif di berbagai sektor kehidupan masyarakat, termasuk melalui penceramah radikal tersebut. 

“Inilah yang harus menjadi kewaspadaan kita bersama dan sejak awal untuk memutus penyebaran infiltrasi radikalisme ini salah satunya adalah jangan asal pilih undang penceramah radikal ke ruang-ruang edukasi keagamaan masyarakat,” kata dia. (jpnn)

Komentar