Kamis, 16 Mei 2024 | 19:52
OPINI

KRH Gus Ripno Waluyo: Sunan Kalijaga Dalam Penyebaran Agama Islam Melalui Seni Budaya Jawa

KRH Gus Ripno Waluyo: Sunan Kalijaga Dalam Penyebaran Agama Islam Melalui Seni Budaya Jawa
KRH Gus Ripno Waluyo, SE., SP.d., S.H., C.NSP., C.CL

Oleh : KRH Gus Ripno Waluyo, SE., SP.d., S.H., C.NSP., C.CL *)

ASKARA - Wayang kulit sendiri sudah tercatat ada sejak tahun 1.500 sebelum Masehi. Tentu, jauh sebelum cerita Mahabarata dan Ramayana masuk ke Indonesia.

Awalnya, wayang kulit digunakan sebagai medium untuk memanggil arwah leluhur dan melakukan pemujaan.  Pemujaan ini dilakukan melalui pagelaran wayang. "Dikenal dengan nama Sunan Kalijaga, konon ia adalah pencipta wayang kulit, pengarang cerita-cerita wayang yang berjiwa Islam," tulis Sri Mulyati.

Sunan Kalijaga dengan nama asli Raden Said dilahirkan pada tahun 1450 Masehi. Ia adalah salah satu wali songo yang menyebarkan siar Islam di wilayah Jawa Tengah.

Peranan Sunan Kalijaga Dalam Penyebaran Agama Islam Melalui Seni Budaya Jawa (Wayang Kulit Dan Suluk) Abad 15 – 16 Masehi. Adapun wayang kulit tertua yang pernah ditemukan diperkirakan berasal dari abad ke-2 Masehi.

Wayang dikategorikan sebagai warisan kebudayaan masa lampau di Nusantara. Ia merupakan seni pertunjukkan yang identik dengan budaya Jawa dan memang berkembang di wilayah Jawa, tepatnya Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Pendapat pertama menyatakan bahwa asal usul wayang adalah Pulau Jawa (Indonesia) yang diyakini oleh JLA Brandes, GAJ Hazeu, J Kats, Anker Rentse, dan beberapa peneliti lainnya. Pendapat kedua menyatakan bahwa wayang berasal dari India yang diyakini oleh penelitian R Pichel, Poensen, Goslings, dan Rassers.

Fungsi wayang kulit dalam kehidupan masyarakat Demak adalah sebagai media hiburan, pendidikan, penerangan, seni, pemahaman filsafat, media dakwah dan lain-lain. Dengan demikian, wayang kulit banyak fungsinya, tidak tetap dan akan terus berkembang.

Proses penyebaran agama Islam di Pulau Jawa yang dilakukan oleh Walisongo. Salah satu anggota Walisongo yang terkenal akan dakwah nya adalah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga terkenal karena model dan media dakwah yang dipakai berbeda dengan model dan media dakwah anggota Walisongo lainnya.

Sunan Kalijaga memakai model dakwah kultural yang berkaitan erat dengan kebudayaan rakyat setempat. Alasan Sunan Kalijaga memakai model dakwah kultural sebagai jalan dakwahnya karena beranggapan bahwa lebih mudah menyebarkan agama Islam dengan cara memadukan dengan unsur kebudayaan masyarakat setempat yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Pelaksanaan dakwah kultural ini diharapkan dapat segera menarik hati masyarakat setempat yang masih banyak memeluk agama lama yaitu Hindu dan Buddha. Selain itu diharapkan masyarakat setempat bersedia memeluk agama Islam dengan senang hati dan tanpa adanya paksaan.

faktor yang melatar belakangi Raden Sahid (Sunan Kalijaga) dalam menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa adalah ingin meraih kesejatian hidup dan ingin membebaskan masyarakat dari kesengsaraan yang diakibatkan oleh pemerintah yang lalai pada saat itu.

Berfikir dan memecahkan masalah secara kritis dan logis memperdalam pengetahuan tentang peranan Raden Sahid (Sunan Kalijaga) dalam penyebaran agama Islam melalui seni budaya wayang kulit dan suluk.

Sedangkan tindakan Raden Sahid (Sunan Kalijaga) dalam menyebarkan agama Islam melalui media wayang kulit dan suluk adalah dengan menjadi penanggung jawab perubahan segala aspek tentang pertunjukkan wayang sehingga tidak bertentangan dengan agama Islam.

Selain itu pada budaya suluk, Raden Sahid (Sunan Kalijaga) membuat beberapa suluk yang ditujukan untuk menambah keimananan dan ketakwaan masyarakat yang telah memeluk Islam. Salah satu suluk ciptaan Raden Sahid (Sunan Kalijaga) yang paling terkenal adalah Suluk Linglung.

Warisan sang Sunan kalijaga dibilang Haram dll,  ngajinya belajar agama di mana itu, suruh belajar lagi agama dan waris sang sunan kenapa memakai media dakwah dengan wayang kulit, heran aja masih ada ustadz yang ceramah nya bikin gaduh dikalangan masyarakat kita ini.

*) Tokoh Spiritualis Kota Malang, Budayawan , Advokad

Komentar