Kamis, 25 April 2024 | 18:35
OPINI

Tradisi Makanan Tionghoa

Tradisi Makanan Tionghoa

Oleh: Mang Ucup - Nio Tjoe Siang *)

Hampir di seluruh Negara di dunia ini mengenal masakan China yang mudah diterima oleh lidah setiap orang. Masakan China dikenal dengan bumbu yang sederhana namun memiliki rasa yang khas.

Seni masak Tiongkok, konon memiliki lebih dari 40.000 jenis variasi makanan dengan resep dan cara memasak yang berbeda.

Pada saat malam tahun Baru banyak masyarakat Tionghoa yang menyelenggarakan New Year’s Eve Dinner (Nián yèfàn) atau Reunion Dinner (tuán niánfàn).

Pesta ini sangat penting bagi orang Tionghoa. Semua anggota keluarga wajib hadir, bahkan jika ada yang tidak bisa hadir, maka akan tetap disediakan satu tempat kosong. Namun pada saat pandemi Corona ini dibatalkan.

Makanan kekaisaran Tiongkok berasal dari sekitar Dinasti Zhou (sekitar abad ke-11 - 476 SM).  Kaisar menggunakan kekuatan mereka untuk mengumpulkan masakan terbaik dan koki terbaik dari seluruh negeri.  Oleh karena itu, dari sudut pandang orang Tionghoa, masakan kekaisaran mewakili masakan terbaik.

Pesta Kerajaan Manchu mengacu pada perjamuan besar yang diadakan sekitar di Dinasti Qing Tiongkok ( 1644–1911). Salah satu makanan termegah yang pernah didokumentasikan dalam sejarah kuliner Tiongkok.

Makanan terdiri dari enam jamuan makan selama tiga hari dengan lebih dari 300 hidangan. Secara keseluruhan dikatakan ada 196 hidangan utama dan 124 hidangan makanan ringan, dengan total 320 hidangan yang dicicipi selama tiga hari.

Misalnya ada "Delapan Makanan Gunung" mencakup hidangan seperti punuk unta, cakar beruang, otak monyet, bibir kera, janin macan tutul, ekor badak, dan urat rusa.

Sedangkan "Delapan Hidangan Darat" mencakup beberapa unggas dan jamur berharga. Dan "Delapan Hidangan Laut" mencakup teripang kering, sirip hiu, sarang burung, dan lain-lain.

Di zaman modern, istilah Cina "Manhan Quanxi" dapat digunakan sebagai ungkapan idiomatik untuk mewakili pesta apa pun dengan proporsi yang signifikan

Bebek Peking  dibuat dengan terlebih dahulu bebek pedaging khusus direndam pada cairan bumbu cabai yang bernama gochujang selama 24 jam.

Setelah itu bebek ditiriskan dengan cara digantung pada suhu ruangan selama 6 jam dan kemudian dipanggang dengan suhu 180 derajat celsius selama 45 menit. Bebek Peking dihidangkan dengan saus tiram, rasanya gurih dan lezat.

Yang khas dari Bebek Peking adalah penggunaan daging bebek khusus, yaitu bebek yang diberi makan bubur biji-bijian bergizi selama 20 hari sebelum dipotong.

Ayam Pengemis berasal dari Changshu, provinsi Jiangsu. Beberapa pengungsi (disebut juga pengemis) mencuri beberapa ayam dan menutupinya dengan lumpur dan memanggangnya.  Saat lumpur dipanggang hingga kering, ayamnya juga matang. 

Ini bukan hidangan yang elegan.

Dikatakan bahwa kaisar Qianlong mengenakan pakaian biasa untuk mengunjungi wilayah selatan Sungai Yangtze dan secara sembarangan menjelajahi alam liar.

Ada seorang pengemis yang merasa sangat kasihan padanya dan menghidangkan “Ayam Pengemis” yang dirasa enak itu sendiri. Kaisar Qianlong dalam status kelaparan dan kesulitan, dan secara alami merasa ayam ini sangat lezat.

Setelah memakannya, Kaisar Qianlong menanyakan nama hidangan ini, dan pengemis itu dengan malu menjawab "Ayam Pengemis". Jadi berbicara dengan tidak bertanggung jawab "Ayam keberuntungan". Kaisar Qianlong sangat memuji ayam ini.

Belakangan, pengemis itu tahu pengembara ini adalah Kaisar Qianlong, dan “Ayam Pengemis” ini berubah menjadi “Ayam Keberuntungan” dan berlalu sejauh ini dan telah menjadi hidangan yang elegan.

Banyak orang menduga minuman Sekoteng itu minuman wong Jowo yang merupakan singkatan dari “nyokot weteng” yang berarti “menggigit perut”,

Namun kenyataannya kata “sekoteng” ini berasal dari bahasa Hokkian, Su Ko Thung atau si guo tang yang bermakna sup empat buah-buahan.

Di negeri asalnya, minuman ini terdiri atas empat buah yang dikeringkan: Kacang amandel, buah jail, biji teratai, dan kelengkeng.

Soto babat juga pertama kalinya diperkenalkan di Semarang. Nama soto berasal dari bahasa Hokkian juga, Saoto hidangan ini merupakan bagian dari caoto tang atau sup babat. Soto ini akhinya di modifikasi sesuai dengan selera penduduk daerah masing-masing.

Bayangkan, Indonesia setidaknya memiliki 25 jenis macam soto di setiap daerah. Namanya pun turut terkena imbas juga; misalnya orang Makassar menyebutnya Coto, dan orang Pekalongan menyebutnya Tauto.

By Race I am Chinese and By Grace I am Christian. Liang Zi Xiang

*) Menetap di Amsterdam, Belanda

Komentar