Sabtu, 20 April 2024 | 00:31
OPINI

Sejarah Orang Tionghoa Di Indonesia

Sejarah Orang Tionghoa Di Indonesia

Oleh: Mang Ucup *)

Mengingat tidak lama lagi kami akan merayakan Tahun Baru Imlek atau perayaan terpenting orang Tionghoa. Maka mulai hari ini Mang Ucup akan menulis hal-hal yang berkaitan dengan sejarah maupun tradisi Tionghoa, walaupun saya sendiri tidak menguasai Bahasa Mandarin.

Namun dari sejak lahir sampai usia 18 tahun, kami tinggal di daerah Pecinan Pecinan atau Kampung Cina (唐人街) tepatnya di jalan Kelenteng di Bandung. Oleh sebab itu mohon petromaks maupun koreksiannya.

Orang Tionghoa Indonesia terkadang disebut Chindo. Mereka menamakan diri merela dengan istilah Tenglang (Bahasa Hokian) atau Tangren (Bahasa Mandarin 唐人 Orang Tang). Sedang kata Tionghoa itu diserap dari bhs Hokian Zhonghua yaitu bangsa yang berasal dari negeri Tiongkok (Bahasa Hokian).

Sejak ekspedisi Cheng Ho pada abad ke 15 para pedagang Tionghoa Muslim mulai menghuni kota-kota di Indonesia. Harian Sin Po koran Melayu Tionghoa. Harian inilah yang pada tahun 1920 mempelopori penggantian kata belanda Inlander bagi penduduk Indonesia menjadi Bumiputera.

Sebagai imbalan sejak saat itu Media LokaL mengganti kata Tjina menjadi Tionghoa. Maka dari itu suku Tionghoa merasa lebih nyaman dengan sebutan Tionghoa daripada Tjina. Jumlah etnis Tionghoa di Indonesia lebih dari 7,5 juta dan ini merupakan jumlah penduduk terbesar di daratan Tiongkok (Sumber BPS)

Kenapa kebanyakan orang Tionghoa menjadi Pengusaha? Hal ini sebenarnya disebabkan oleh kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang tidak mengizinkan orang-oang Tionghoa untuk memiliki tanah, serta menjadi pegawai birokrasi pemerintah atau pegawai negeri.

Sehingga orang-orang Tionghoa memfokuskan diri mereka menjadi pedagang, bidang usaha yang memang mereka diizinkan untuk itu.

Mereka tidak bisa menjadi pemilik perkebunan atau pertanian karena tidak diizinkan memiliki tanah. Mereka juga tidak bisa menjadi pegawai negeri karena jabatan ini hanya diberikan kepada golongan Eropa dan bangsawan pribumi.

Apa bedanya etnis Cina Totok dan Cina Peranakan. Penjelasannya sederhana, yang dimaksud dengan Cina Totok adalah kelompok orang-orang yang lahir di negeri Cina kemudian datang serta menetap di Indonesia. Sementara itu, yang dimaksud dengan Cina peranakan adalah orang-orang keturunan Cina yang lahir di Indonesia.

Beberapa dari Cina peranakan biasanya juga memiliki ibu yang merupakan warga pribumi. Pada saat itu Perempuan Tionghoa dilarang keluar dari daratan Tiongkok oleh sebab itu ketika mereka hijrah ke Indonesia, mereka menikah dengan perempuan pribumi.

Sebagai istri kedua maklum sebelumnya mereka hijrah ke Indonesia, mereka sudah punya istri di Tiongkok yang tidak mungkin diajak untuk turut hijrah ke Indonesia, karena adanya larangan tersebut.

Sejumlah sejarawan juga menunjukkan bahwa Raden Patah pendiri kesultanan Demak adalah CIna Peranakan. Kelompok Kasna atau Bekas Cina

Berdasakan KEPRES 1967 Orde Baru dimana orang Tionghoa dianjurkan untuk ganti nama menjadi nama yang tidak berbau Tionghoa lagi. Kebanyakan dari mereka yang telah mengganti nama Tionghoa dengan nama Indonesia.

Akhirnya menjadi OCBC  (Orang Cina Bukan Cina) lagi, karena mereka merasa sudah tidak ada lagi kerkaitannya dengan Cina, walaupun kulitnya masih tetap kuning. Maklum ganti nama mudah, namun ganti kulit mustahil terkecuali Michal Jackson. By Race I am Chinese and By Grace I am Christian. Liang Zi Xiang ( 梁 子 祥).

*) Menetap di Amsterdam, Belanda

Komentar