Jumat, 19 April 2024 | 18:18
NEWS

Ecobrick, Solusi Pembelajaran Selama Pandemi

Ecobrick, Solusi Pembelajaran Selama Pandemi
Pelajar di Kabupaten Purwakarta menerapkan pembelajaran ecobrick. (Diskominfo Kabupaten Purwakarta)

ASKARA - Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta menggulirkan kebijakan pelajar wajib mengumpulkan sampah plastik. Sampah tersebut bisa dimanfaatkan untuk membuat benda bernilai ekonomis. Salah satunya kursi ecobrick.

Kepala Disdik Kabupaten Purwakarta Purwanto mengatakan, selama pandemi Covid-19, pihaknya mendesain pembelajaran buat siswa. Selain pembelajaran dengan sistem luring dan daring, ada juga materi pembuatan ecobrick.

"Kegiatan ini merupakan upaya kita dalam mendesain pembelajaran berbasis proyek (project based learning)," ujarnya, Kamis (22/4).

Dalam pembelajaran itu siswa dituntut harus menghasilkan produk yang bermanfaat, baik untuk dirinya dan lingkungan. Selain itu, mereka juga harus belajar memecahkan masalah (problem solving) yang ada dalam diri dan lingkungan. Salah satunya masalah sampah plastik.

Selama ini, lanjut Purwanto, pendidikan di Indonesia sudah terlalu lama menjauhkan pembelajaran dari konteks masalah kehidupan. Karenanya, perlu ada terobosan pembelajaran yang berorientasi pada potensi dan masalah yang ada di sekelilingnya.

Karenanya, selama pandemi Covid-19, siswa di Purwakarta mengikuti pembelajaran pembuatan ecobrick. Salah satunya dibuat menjadi kursi dan meja. Ecobrick tersebut bahan utamanya adalah sampah plastik.

Kebijakan pembelajaran ini sudah diterapkan di sejumlah sekolah. Bahkan, ke depan akan diperluas lagi. Dengan demikian, sekolah-sekolah yang tak memiliki mebeler bisa memanfaatkan ecobrick untuk dijadikan kursi dan meja pengganti mebeler yang biasa digunakan sekolah.

Sehingga, dari pembelajaran ini, siswa bisa mendapatkan ilmu pokok seperti pelajaran matematika, Bahasa Indonesia dan lainnya. Tak hanya itu, mereka juga akan memiliki ketrampilan lain yakni membuat kursi ecobrick.

"Ilmunya dapat, lingkungan juga bisa terbebas dari sampah plastik yang saat ini kondisinya sudah cukup memprihatinkan," ujar Purwanto.

Purwanto menjelaskan, untuk membuat satu botol ecobrick ukuran 1,5 liter dibutuhkan sampah plastik minimalnya dua karung. Jika dalam satu kursi dibutuhkan minimalnya 10 botol maka berapa karung sampah plastik akan terserap. Dengan begitu, lingkungan bisa terbebas dari sampah plastik jika kebijakan ini bisa dijalankan dengan paripurna.

Selain itu, dengan menggunakan kursi ekobrick, keuntungan lain sekolah bisa menghemat biaya. Termasuk biaya dari APBD untuk pengadaan mebeler. Bahkan, kursi ecobrick ini bisa tahan sampai 100 tahun. (kesatu)

Komentar