Rabu, 24 April 2024 | 09:40
NEWS

Pembela HAM Sebut Penembakan Guru di Papua Keji, Harus Dibentuk Tim Investigasi

Pembela HAM Sebut Penembakan Guru di Papua Keji, Harus Dibentuk Tim Investigasi
KKB bakar sekolah (Dok Puspen TNI)

ASKARA - Direktur Eksekutif Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua (Pembela Ham Sedunia), Theo Hesegem mengatakan, perlu dibentuk tim gabungan yang melibatkan berbagai pihak untuk investigasi penembakan terhadap guru sekolah dasar (SD) di Papua.

Guru bernama Oktovianus Rayo (42) itu ditembak kelompok kriminal bersenjata di Kampung Julukoma, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua, Kamis (8/4) pagi. 

Sebagai pengajar, kata Theo, para guru di Papua khususnya harus diberikan kebebasan dan penghargaan karena mereka juga adalah bagian dari masyarakat sipil yang sama sekali tidak punya senjata dan tidak tahu masalah apa-apa.

"Saya sebagai pembela HAM sangat menyesal tindakan brutal yang diduga dilakukan oleh OPM, yang mengorbakan kedua guru, yang sama sekali tidak tahu masalah apa-apa? Apa untungnya menembak warga masyarakat sipil yang nota benenya tidak tahu masalah? Sebagai warga negara mereka juga punya hak hidup yang sama dengan kita, sebagai warga negara mereka juga punya hak hidup di seluruh Indonesia termasuk Tanah Papua," tegas Theo dalam keterangan tertulisnya, Minggu (11/4). 

Para guru tersebut, kata Theo, datang untuk membangun sumber daya manusia di Tanah Papua. Dengan adanya guru, masyarakat dapat menjadi pintar dan hebat di untuk membangun Papua.

"Seharusnya guru diberikan kebebasan sehingga bebas menjalani tugas dan tangung jawab mereka sebagai guru. Oleh karena itu mereka harus dihargai dan dihormati oleh semua orang termasuk OPM. Kedatangan mereka di Beoga, mereka ingin membangun sumber daya manusia, pendidikan di Tanah Papua, khususnya di Kabupaten Puncak, Ilaga," tuturnya.

Tanpa adanya guru, kata Theo, pendidikan di Papua tidak bisa maju. Lantaran itu, semua orang punya kewajiban untuk menjaga dan melindungi mereka sekalipun mereka adalah masyarakat non Papua, sehingga hubungan masyarakat asli Papua dan masyarakat warga non Papua sangat harmonis dan dapat membangun peradaban di tanah Papua.

"Menurut saya kalau memang penembakan itu diduga dilakukan oleh OPM/TPNPB adalah tindakan yang tidak terukur dan merugikan anak-anak sekolah. Karena tanpa guru sekolah tidak akan berjalan dengan lancar, semua murid akan menjadi bodoh karena tidak belajar dengan baik. Seharusnya guru-guru tidak perlu ditembak dan menurut saya, tindakan ini, tindakan tidak manusiawi," tegasnya.

"Saya melihat dan membaca bahwa penembakan ini, diduga dilakukan oleh OPM/TPNPB, dan menurut saya kalau misalnya itu betul dilakukan oleh OPM atau TPNPB sangat mencitrai perjuangan mereka yang selama ini berjuang untuk  Papua merdeka di mata internasional," tambahnya.

Sebagai pembela HAM, Theo mengaku sangat menyesal dengan tindakan yang disebutnya dilakukan oleh aparat TNI/Polri dan OPM/TPNPB yang selalu sangat tidak profesional. "Menurut saya seluruh tindakan ini harus dipertangung jawabkan secara hukum sesuai undang-undang yang berlaku," ujarnya.

Pelaku penembakan, lanjut Theo, harus ditangkap dan diproses sesuai hukum yang berlaku. Polda Papua harus mempersiapkan langkah-langkah hukum.

Dia mengatakan, pemerintah juga harus membuka diri dan mencari format baru untuk menyelesaikan pertumpahan darah yang terjadi di Tanah Papua, sehingga kekerasan yang terjadi selama ini dapat diakhiri.

"Pemerintah harus membuka mata dan telinga, jangan menjadi bisu dan tuli terhadap peristiwa-peristiwa di Tanah Papua. Silakan buka ruang dialog yang bermartabat dan berwibawa," tuturnya.

Ditambahkan Theo, perlu ada tim investigasi yang dikendalikan Pemerintah Provinsi. 

"Sehingga hasil investigasi hasilnya dibawa ke Jakarta. Agar ada upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah pusat. Tim yang dimaksud dibentuk secara independen dan profesional, sehingga melibatkan pihak gereja, LSM, Komnas HAM, termasuk pemerhati HAM. sehingga kerja juga dapat terukur dan profesional," tandasnya. 

Komentar