DPR Dorong Vaksin Nusantara Segera Diproduksi Massal
ASKARA - Hasil uji klinis tahap awal Vaksin Nusantara telah memenuhi aspek keamanan karena tidak menimbulkan efek samping yang berarti, juga dianggap menghasilkan peningkatan antibodi pada tubuh.
Vaksin Nusantara pertama kali digagas mantan Menteri Kesehatan dr. Terawan Agus Putranto kemudian dikembangkan oleh Universitas Diponegoro dan RSUP Dokter Kariadi, Semarang.
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Emanuel Melkiades Laka Lena menyebut, antibodi atau daya kekebalan tubuh dari vaksin yang dikembangkan menggunakan pendekatan dendritik itu mampu bertahan sangat baik.
"Uji klinis tahap satu bagus, tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya. Kemampuan imunitas ini tinggi. Antibodi yang dihasilkan tinggi sekali," katanya dalam Beranda Ruang Diskusi bertajuk "Setahun Pandemi, Apa Kabar Vaksin Anak Bangsa?" yang digelar secara virtual, Jumat (26/2).
Maka dari itu, DPR mendorong Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk meneliti lebih jauh keunggulan Vaksin Nusantara. Tentu DPR memberi dukungan penuh terhadap pengembangan vaksin dalam negeri.
"Bukan cuma menunggu laporan dari tim, jadi BPOM menjadi tim yang terlibat. Misalnya kurang prosedur, untuk itu kami terus mendorong sesuai ketentuan yang berlaku," jelas politisi Partai Golkar itu.
Vaksin Nusantara diklaim cocok diberikan pada individu dengan komorbid. Sehingga menjadi solusi bagi yang tidak bisa mendapatkan vaksin biasa. Selain menjadikannya sebagai hasil penelitian yang membanggakan Indonesia.
"Jika ini benar, penemuan ini tentu akan mengubah metode vaksin dunia. Kita membuat negara yang disegani dan akan membuat jasa besar," ujar Melkiades Laka Lena.
Kini Vaksin Nusantara dikabarkan telah memasuki uji klinis tahap kedua. Tentu harapannya dalam waktu dekat vaksin tersebut dapat diproduksi secara massal.
"Kami Komisi IX akan tetap mengawal penanganan Covid-19, salah satunya melalui metode vaksin. Harapannya bulan Juni bisa diproduksi (Vaksin Nusantara)," tandas Melkiades Laka Lena.
Komentar