Selasa, 23 April 2024 | 19:14
NEWS

Pertama Kali, Banjir Lahar Dingin Gunung Merapi Menerjang Selama 1,5 Jam

Pertama Kali, Banjir Lahar Dingin Gunung Merapi Menerjang Selama 1,5 Jam
Banjir Lahar Dingin Gunung Merapi (Dok Radar Solo)

ASKARA - Banjir lahar dingin Gunung Merapi menerjang Kali Woro, Kecamatan Kemalang, Klaten selama 1,5 jam, setelah hujan deras di puncak Merapi, Senin (25/1) sore.

Konon peristiwa banjir lahar dingin ini menjadi yang pertama kali terjadi sejak status Gunung Merapi ditetapkan siaga mulai tanggal 5 November 2020. 

Terdapat satu unit sepeda motor milik Sukar, warga Desa Sidorejo yang terkena terjangan banjir lahar dingin hingga ringsek.

Namun nahas, motor milik Sukar justru terseret banjir hingga terbentur bebatuan di Kali Woro. Meski begitu, dipastikan tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.

“Hujan deras memang terjadi di puncak. Sedangkan di Desa Sidorejo sendiri hanya gerimis sejak pukul 15.30. Banjir lahar dinginnya sampai di Kali Woro yang berada di samping rumah saya sekitar pukul 16.30,” kata warga Desa Sidorejo, Jenarto (38) saat dihubungi Radar Solo, Senin (25/1). 

Pria yang akrab dipanggil Jack ini mengungkapkan, jarak antara rumahnya dengan Kali Woro sekitar 600 meter.

Dia melihat banjir lahar dingin kali ini membawa sejumlah material dari puncak Merapi, seperti pasir dan bebatuan.

Kemudian mengalir hingga melintasi Sabo Dam 1, Karangbutan. Saat peristiwa banjir lahar dingin terjadi, dipastikan tidak ada armada truk maupun penambang yang terjebak. Mengingat para penambang setempat telah menghentikan aktivitasnya usai mengetahui mendung di daerah puncak Merapi. 

“Memang tadi sempat ada dua truk dan beberapa penambang, mungkin karena ingin lembur. Namun setelah melihat cuaca di atas mendung, mereka balik kanan. Tidak jadi menambang,” ucap Jenarto. 

Salah satu penambang, Widodo (40) asal Desa Sidorejo menjelaskan, aliran banjir lahar dingin begitu deras. Terlebih lagi sudah melintasi Sabo Dam 2 yang menurutnya, menjadi berkah tersendiri bagi penambang. 

“Warga sekitar justru sudah turun ke Kali Woro. Istilah ngapling kalau orang sini, untuk besok pagi mulai bekerja (menambang),” jelas Widodo. 

Dia juga membenarkan jika banjir lahar dingin pertama kalinya terjadi di Kali Woro sejak meningkatnya aktivitas Merapi. 

Meski dipandang sebagai berkah untuk penambang, tetapi warga tetap meningkatkan kewaspadaannya. Mengingat Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Jogja telah menetapkan status siaga.

“Ini yang ngaling-ngapling, biasanya yang bekerja (menambang) di sini. Tentunya jumlahnya cukup banyak yang bekerja di sini,” tambahnya.

Sementara itu, usai terjadi banjir lahar dingin, Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten Nur Tjahjono Suharto langsung melakukan koordinasi dan komunikasi secara intensif dengan relawan, pemerintah desa, dan pelaksana tugas (Plt) camat Kemalang.

“Saya imbau kepada warga agar meningkatkan kewaspadaannya. Apabila ada kemungkinan potensi longsornya tebing,” ucapnya.

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Klaten Endang HS menambahkan, sudah sejak jauh-jauh hari pihaknya mengedukasi para penambang terkait status Gunung Merapi. Begitu juga bahaya lahar panas maupun banjir lahar dingin.

“Kami selalu berkoordinasi dengan relawan desa dan aparat desa serta kecamatan. Terkait dengan penambang, karena mereka lebih paham tetang hal itu, intinya harus tetap hati-hati dan waspada,” katanya.

Di samping itu, BPBD Klaten juga masih menerapkan aturan agr warga, terutama yang masuk kelompok rentan seperti lanjut usia, ibu hamil dan anak-anak di kawasan rawan bencana (KRB) III untuk sementara tetap mengungsi di tempat evakuasi sementara (TES). Meski bahaya erupsi Merapi saat ini lebih condong ke arah Barat. (jpnn)

Komentar