Sabtu, 18 Mei 2024 | 10:29
NEWS

Negara Tidak Boleh Berbisnis Dengan Rakyat

Politisi PDIP Ribka Tjiptaning Tolak Divaksin Covid-19, Pilih Bayar Sanksi

Politisi PDIP Ribka Tjiptaning Tolak Divaksin Covid-19, Pilih Bayar Sanksi
Politisi PDIP Ribka Tjiptaning

ASKARA - Anggota Komisi IX DPR RI Ribka Tjiptaning dengan tegas menolak untuk untuk divaksin Covid-19 yang akan dilakukan pemerintah mulai Rabu (13/1). Politikus PDI Perjungan itu lebih memilih untuk membayar denda dengan keluarganya ketimbang harus menerima vaksin.

Penegasannya itu disampaikan langsung dalam rapat kerja Komisi IX DPR di depan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, pihak BPOM dan PT Bio Farma, Selasa (12/1).

“Saya tetap tidak mau divaksin maupun sampai yang 63 tahun bisa divaksin, saya sudah 63 tahun nih, mau semua usia boleh tetap. Misalnya pun hidup di DKI, semua anak cucu saya dapat sanksi lima juta mending gue bayar, mau jual mobil kek,” kata Ribka dalam Raker dan RDP di Komisi IX, Kompleks Parlemen, Selasa (12/1).

Menurut Ribka, belum ada satupun pihak yang dapat memastikan keamanan vaksin Covid-19 jenis Sinovac yang berasal dari perusahaan China. Karena mendengar pernyataan dari PT Bio Farma yang menyebut belum melakukan uji klinis tahap ketiga. "Bagaimana orang Bio Farma juga masih bilang belum uji klinis ketiga dan lain-lain," lanjutnya.

Ribka mengingatkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk berhati-hati terkait pemberian vaksin. Dia mendesak Pemerintah untuk tidak bermain-main masalah vaksin. Ribka kemudian membandingkan vaksin Covid-19 dengan vaksin untuk penyakit lain yang sudah ada di Indonesia sebelumnya.

"Ini pengalaman saya saudara menteri (Budi Gunadi Sadikin), vaksin polio untuk antipolio malah lumpuh di Sukabumi, terus anti kaki gajah di Majalaya mati 12 karena di India ditolak, dia di Afrika ditolak. Masuk di Indonesia dengan 1,3 triliun waktu saya ketua komisi," ujarnya.

Berkaca dari pengalamannya ketika menjabat ketua komisi IX pada periode 2009-2014, Ribka mengatakan sejumlah kasus justru muncul usai diberikan vaksin. “Saya ngomong lagi nih di rapat ini ya, vaksin untuk anti polio malah lumpuh layu di Sukabumi terus anti kaki gajah di Majalaya mati 12 (orang). Karena di India ditolak, di Afrika ditolak, masuk di Indonesia dengan (anggaran) Rp 1,3 triliun waktu saya ketua komisi. Saya ingat betul itu, jangan main-main vaksin ini, jangan main-main,” tuturnya.

Ribka pun kembali menegaskan kalau ia bakal menolak untuk menerima vaksin. Kalau misalkan ia dipaksa maka menurutnya hal tersebut sudah masuk ke dalam pelanggaran HAM. “Saya pertama yang bilang saya menolak vaksin, kalau dipaksa pelanggaran HAM. Enggak boleh maksa begitu,” ungkapnya.

Ia mencurigai ujung dari pengadaan vaksin tersebut adalah untuk kepentingan dagang. Ribka mengingatkan kembali bahwa negara tidak boleh berbisnis dengan rakyat.

"Dari maret lalu saya sudah ngomong dalam rapat ini begitu covid ini ujung-ujungnya jualan obat, jualan vaksin. Habis ini karena sekarang udah bukan masanya APD, nanti habis ini obat ramai, habis obat nah ini kan jago ekonomi nih menterinya nah ayo wamennya BUMN pasti ditaro buat begitu dah, abis ini stunting, udah tau nih, udah dipola kaya begitu kesehatannya nih untuk dagang," kata dia.

Komentar