Jumat, 26 April 2024 | 03:59
OPINI

Surga di Kaki Ibu, Benarkah?

Surga di Kaki Ibu, Benarkah?
Ilustrasi. (Hipwee/Net)

Sering kita dengar dari kecil bahwa surga berada di kaki ibu. Lalu bagaimana bila kebetulan kita punya ibu yang galak, pemarah, sering memukul dan sebagainya. Bikin kita bete juga sedih. Apakah surga tetap berada di kakinya?

Suatu hari kita menjadi seorang anak dalam kehidupan, lain hari bisa menjadi seorang ibu atau ayah. Bisa saja kita terlahir dari orang tua miskin, buruk akhlak, apakah Tuhan yang salah? Karena kita tidak bisa memilih lahir dari rahim dan keluarga semacam apa.

Pernah saya tuliskan bahwa kita dilahirkan dimana itu adalah tempat kita berguru menempa diri. Tuhan mengirimkan kita ke dunia dengan suatu maksud dan tugas hidup masing-masing sesuai porsi. Jadi jangan pernah iri, apalagi menyalahkan keadaan.

Bila kita bisa menghadapi apapun yang terjadi pada kehidupan dengan sabar, berawal lahir dari keluarga miskin misalnya, tanpa keluhan dan tetap berusaha menjalaninya dengan sebaik-baiknya. Dan berusaha menjadi lebih baik dari orang tua kita, maka kita memang dipersiapkan menjadi orang yang punya tanggung jawab besar bila dewasa. Bisa saja dipersiapkan menjadi seorang pemimpin negara, pemilik perusahaan dan lain sebagainya.

Orang tua miskin, orang tua tidak berakhlak tidak akan selalu membuat seorang anak akan sepertinya, semua tergantung pada diri kita sendiri. Jadi jangan pernah menyalahkan orang tuamu, bagaimanapun keadaannya. 

Sudah ada banyak buktinya, orang-orang hebat terlahir dari latar belakang keluarga yang buruk, keluarga miskin dan kekurangan. Seperti Jack Ma (Alibaba), Colonel Harlan Sanders (KFC), Pak Ci (Ciputra), Chairul Tanjung dan mungkin Presiden Jokowi juga bisa menjadi contohnya.

Orang tua, terutama ibu. Adalah guru yang pertama kali kita kenal, sebagai wakil Tuhan. Karena Tuhan telah mempercayakan dan menitipkan kita padanya. 

Hidup adalah sekolah, tiap hari dari orok sudah menerima pelajaran hal baik dan buruk dan kita memang harus belajar memilih dan memilah, lalu datanglah saatnya ujian, berulang seterusnya hingga kita dianggap lulus dalam kehidupan, hidup adalah perjuangan untuk penyempurnaan diri yang berujung pada kematian.

Perjalanan hidup bagaikan permainan ular tangga, begitu kita salah perhitungan, terjerumus maka harus turun dan mengulang perjalanan, seperti halnya dalam sekolah formal, kalau gagal maka harus mau mengulang untuk tahun depan.

Kembali pada seorang ibu, ibu adalah gambaran wakil Tuhan kita di dunia. Sebelum ada istilah Tuhan, orang Jawa menyebut Pengeran. Orang Jawa menganggap Ibu dan ayah adalah Pengeran katon (Tuhan yang bisa kita lihat) sebagai Tritunggal (Tuhan-Ayah-Ibu) Yang wajib kita hormati dan junjung tinggi.

Lalu kenapa surga ada dikaki ibu? koq tidak pada ayah? Seburuk apapun seorang ibu, dialah yang dipercaya oleh Tuhan menyimpan benih dari seorang ayah selama 9 bulan. Dan melahirkannya di dunia dengan taruhan nyawa. Memberi air kehidupan berupa susu, mengasuh, merawat, mendidik, menjaga, memperhatikan serta mendampingi kita.

Maka saat menjadi anak dengan ibu seperti apapun, tetap wajib menghormati, ibu sebagai "Tuhan" yang nyata pada kehidupan kita. Penghormatan pada ibu yang begitu besar sebagai simbol kehidupan, maka banyak digunakan dalam penyebutan misal ibu kota, ibu pertiwi, kok tidak bapak pertiwi?

Selain menghormati dengan berbuat baik pada ibu dan ayah sebagai yang utama dan terutama, maka pada orang lain sebetulnya adalah sebuah kewajiban juga. 

Tapi menjadi salah besar bila seseorang baik pada orang lain, tapi pada ibu dan ayahnya tidak demikian. Maka kebaikan yang  dilakukannya akan menjadi sia-sia belaka. Tuhan yang nyata dalam kehidupan, sudah kita sia-siakan. Bagaimana mungkin kebaikanmu pada orang lain bisa dikatakan suatu kebaikan?

Muliakan "Tuhan" di kehidupan nyatamu lebih dulu yaitu ibu dan ayahmu maka surga dunia itu benar-benar akan didapatkan. Akan banyak "kemudahan" diberikan dalam perjalanan mengarungi kehidupan dan tentunya jangan lupa juga berdoa pada Tuhan yang tidak bisa kita lihat, sebagai tritunggal yang tidak terpisahkan dan tidak boleh dilupakan untuk menemukan surga beneran. Ayah pemberi benih, ibu yang mengandung dan Tuhanlah yang memberikan Roh.

Percayalah, Tuhan tidak pernah salah menitipkan kita pada ibu yang manapun. Terima dan muliakan. Surga itu memang berada di kaki ibu.  

Komentar