Sabtu, 20 April 2024 | 14:48
NEWS

Kepala BAIS: Lawan Propaganda Separatis dengan Fakta Sejarah

Kepala BAIS: Lawan Propaganda Separatis dengan Fakta Sejarah
Ilustrasi. (Batamtoday/Ist)

ASKARA - Persoalan di Papua harus dipandang serius. Munculnya kelompok separatis menggunakan media sosial untuk melancarkan aksi perlu diwaspadai. 

Kuncinya bijak dan bisa memilah informasi yang diterima. 

Demikian disampaikan Kepala Badan Intelijen Strategis Letjen TNI Joni Supriyanto mengingatkan seluruh elemen tentang tanggung jawab besar meluruskan narasi atau propaganda yang dibentuk Organisasi Papua Merdeka (OPM). 

Pernyataan itu disampaikan Letjen TNI Joni Supriyanto dalam diskusi virtual dengan tema Sinergi Anak Bangsa dalam Menjaga Keutuhan Bangsa dan Negara dari Aksi Separatisme di Dunia Maya.

"Kelompok OPM di dunia maya terus melakukan propaganda. Kita harus meluruskan narasi yang mereka bentuk di dunia maya dengan memberikan fakta sejarah yang sebenarnya," ujarnya, Sabtu (21/11).

Menurut Letjen TNI Joni Supriyanto, narasi yang harus ditampilkan melawan propaganda adalah tentang kinerja pemerintah yang terus memajukan Tanah Papua, baik dari bidang fisik maupun sumber daya manusia. 
 
"Sampaikan apa yang sudah dilakukan pemerintah untuk memajukan Papua, khususnya saat pemerintahan Presiden Joko Widodo yang sangat besar jauh dari (pemerintah) sebelumnya," katanya.

Sehingga, mewujudkan Papua yang maju dan tetap damai menjadi narasi yang harus dibangun oleh masyarakat. Mengingat pemerintah telah berkomitmen terkait hal tersebut. 

"Kita bisa sampaikan bagaimana perkembangan Papua yang jauh lebih baik dan signifikan," kata Letjen TNI Joni Supriyanto.

Dia menegaskan, menjaga Papua agar tidak memisahkan diri dengan NKRI merupakan tugas semua pihak. Karenanya, masalah Papua tidak bisa hanya diselesaikan oleh TNI tapi harus bersama-sama. 

Propaganda Papua merdeka yang dilakukan oleh OPM melalui media online menjadikan pesan-pesan organisasi itu menyebar cepat dan luas ke masyarakat global. Sehingga mereka cenderung mendapat perhatian dan dukungan dunia.

Catatan Jurnal Kominfo, pada pertengahan hingga akhir tahun 2018, terjadi serangan oleh salah satu faksi bersenjata OPM terhadap warga sipil. Kasus tersebut diangkat dalam beberapa berita pada media online milik OPM.

Hasil penelitian menunjukkan OPM tidak henti-hentinya menggambarkan Indonesia dengan citra kurang baik. Sekalipun yang diberitakan adalah kekerasan dengan pelakunya OPM sendiri dan korbannya bukan orang Papua. 

Komentar