Desak Asesmen Nasional Ditunda, Kemendikbud Diminta Benahi Sengkarut PJJ
ASKARA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) sedang fokus menyiapkan pelaksanaan Asesmen Nasional (AN), sebagai pengganti Ujian Nasional (UN) yang dijadwalkan Maret 2021.
Hal itu tentu disesalkan, karena seharusnya Kemendikbud melakukan evaluasi pembelajaran jarak jauh (PJJ) di masa pandemi. Sebab persoalan PJJ sudah 8 bulan berjalan masih relatif sama.
Terlebih ada berita bahwa seorang siswa SMA di Goa, Sulawesi Selatan bunuh diri, karena diduga stres, merasa terbebani tugas belajar selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) selama pandemi.
Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G) sangat berbelasungkawa atas kejadian itu. Di sisi lain, kebijakan Kemendikbud melaksanakan AN dinilai sangat tidak bijak.
"Terkesan tergesa-gesa, dan tidak tepat momentumnya di masa pandemi dan PJJ yang masih banyak kendala." kata Satriwan Salim selaku Koordinator P2G dalam keterangannya, Selasa (20/10).
Ada persoalan kendala sosialisasi oleh Kemdikbud yang jauh dari kata maksimal dalam konteks ini. Dalam hal waktu,terlihat terburu-buru, saat ini bulan Oktober, sedangkan AN dijadwalkan Maret 2021.
"Persiapannya singkat. Dan yang mesti diinsafi adalah kondisi siswa masih dalam pembelajaran metode PJJ, pelaksanaannya jauh dari kata optimal dalam konteks kualitas pembelajarannya," kritik Satriwan.
Kemdikbud hendaknya berlandaskan sense of crisis. Sebab selama pandemi ini, pembelajaran yang dilakukan guru masih belum maksimal dan mengalami berbagai macam kendala.
Baik yang menggunakan PJJ daring (dalam jaringan) maupun PJJ luring (luar jaringan). Peristiwa siswa bunuh diri karena bebab belajar PJJ, harus dijadikan momentum reflektif mengevaluasi secara komprehensif pelaksanaan PJJ selama 8 bulan ini.
"Bagaimana pelaksanaan berbagi macam regulasi termasuk Kurikulum Darurat yang sudah ditelurkan Kemdikbud. Ini sangat mendesak dan penting dilakukan ketimbang AN," harap guru swasta di Jakarta Timur itu.
Maka itu, P2G meminta Kemendikbud menunda pelaksanaan AN. Pasalnya belum ada perbaikan signifikan, bantuan solusi khususnya PJJ luring juga belum dirasakan kecuali tayangan pembelajaran TVRI dan RRI.
"Persoalan siswa dan guru tak punya gawai, susahnya sinyal internet, akses ke rumah siswa (home visit) yang sulit dijangkau guru/faktor jarak dan transportasi," ucap Kepala Bidang Advokasi P2G Iman Z Haeri.
Selain itu, P2G menilai kondisi semua ini merupakan akibat langsung dari pandemi yang masih belum bisa dipastikan akan berakhir kapan. "Pendekatan sense of crisis harus diutamakan, karena PJJ adalah infrasturktur utama ketika AN akan dilaksanakan," cetus Iman.
Komentar