Jumat, 26 April 2024 | 13:38
NEWS

TNI: KKSB Terapkan Taktik Licik dengan Korbankan Masyarakat Sipil

TNI: KKSB Terapkan Taktik Licik dengan Korbankan Masyarakat Sipil
KKSB Papua (Dok Puspen TNI)

ASKARA - Setelah gagal mendapatkan perhatian dari Sidang Umum PBB pada tanggal 22-29 September 2020 lalu, Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) di Papua semakin beringas dan membabi buta menyerang aparat negara dan masyarakat sipil untuk menunjukkan keberadaannya yang semakin diabaikan masyarakat.  

Cara yang digunakan antara lain memprovokasi, meneror, mengorbankan masyarakat sipil kemudian memfitnah aparat TNI-Polri yang bertugas menjaga keamanan dan kedamaian di Papua. Tujuannya, agar masyarakat lokal tertekan dan terpaksa mendukung mereka serta mendapatkan perhatian dunia.

Seperti diketahui, serangan KKSB Papua terhadap aparat negara dan masyarakat sipil beberapa bulan terakhir semakin mengganas. Dimulai dari penembakan terhadap dua tenaga kesehatan penanganan Covid-19 yakni Almanek Bagau (luka tembak) dan Heniko Somau (tewas di tempat), Jumat (22/5) di Distrik Wandai, Kabupaten Intan Jaya.

Lalu, penembakan petani bernama Yunus Sani yang tewas, Jumat (29/5) di Kampung Magataga, Distrik Wandai, Kabupaten Intan Jaya; penembakan warga bernama Laode Zainudin (luka tembak) pada Sabtu (15/8) di Kampung Bilogai, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, penembakan 2 warga sipil berprofesi tukang ojek bernama Laode Anas (kemudian meninggal dunia) dan Fatur Rahman (luka tembak), Senin (14/9) di Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya.

Pembunuhan warga sipil berprofesi tukang ojek bernama Badawi dan penembakan anggota TNI bernama Serka Sahlan (tewas di tempat) pada Kamis (17/9) di Kampung Hitadipa, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya; penyerangan Koramil Persiapan Hitadipa, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Sabtu (19/9) yang menewaskan anggota TNI bernama Pratu Dwi Akbar Utomo, penembakan Pendeta Yeremia Zanambani (kemudian meninggal dunia) Sabtu sore (19/9) Kampung Hitadipa, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya dan penembakan polisi dan transportasi di sekitar Bandara Bilorai, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Jumat (18/9) dan Jumat (25/9).

Kemudian, penembakan ke arah Kodim Persiapan Kabupaten Intan Jaya, Senin (5/10); penembakan pos TNI di Pasar Baru Kenyam, Kabupaten Nduga, Selasa (6/10) yang menewaskan warga sipil bernama Yulius Wetipo; penyerangan terhadap rombongan TGPF di tanjakan Wabogopone, Kampung Mamba, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Jumat (9/10) yang mengakibatkan anggota Tim bernama Bambang Purwoko (Dosen UGM) dan tim pengamanan bernama Sertu Faisal Akbar menderita luka tembak.

Terakhir, Sabtu pagi (10/10), KKSB melakukan serangan ke Pos TNI di Kampung Koteka, Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga.

Kapen Kogabwilhan III, Kolonel Czi IGN Suriastawa mengatakan, rangkaian kekerasan yang dilakukan KKSB ini terlihat semakin brutal dan gelap mata, tidak lagi memperhatikan siapa yang menjadi korban. Hal ini sangat disesalkan karena sudah mengabaikan HAM dan nilai-nilai kemanusiaan. Menurut Suriastawa, masyarakat sipil adalah pihak yang perlu dilindungi oleh semua pihak.

Seperti serangan-serangan sebelumnya, serangan KKSB terhadap Pos TNI Sabtu pagi (10/10) di Kampung Koteka, Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga diduga untuk memprovokasi TNI agar membalas tembakan. Namun ternyata TNI bertindak profesional dengan tetap siaga dalam kedudukan pertahanannya dan terus mengintai arah datangnya tembakan. 

"TNI akan membalas tembakan dengan terbidik bila anggota KKSB yang melakukan tembakan telah teridentifikasi dengan pasti untuk menghindari jatuhnya korban sipil di sekitar tempat kejadian. Hal ini juga dilakukan personel TNI lainnya yang bertugas di setiap tempat di Papua," jelas Suriastawa, melalui keterangan tertulis, Sabtu malam (10/10).

Suriastawa menyampaikan, ada fenomena menarik dari taktik yang dimainkan KKSB akhir-akhir ini dengan berusaha memprovokasi TNI-Polri di setiap tempat, waktu dan  kesempatan dan menyerang di tengah-tengah keramaian masyarakat sipil. 

KKSB itu, disebutnya, berharap agar TNI-Polri membalas tembakan sehingga bila jatuh korban masyarakat sipil akan menjadi bahan fitnah dan berita bohong KKSB bahwa para korban dibunuh oleh TNI.

"Sepertinya cara ini merupakan pesanan dari pendukung mereka di luar negeri yang selalu berbicara tentang pelanggaran HAM. Mereka butuh bahan untuk memojokkan Pemerintah Indonesia di forum internasional, namun ternyata mereka lah pelakunya. Sudah beberapa kali kesempatan terbukti bahwa KKSB dan pendukungnya selalu memutarbalikkan fakta kejadian. Mereka tidak berkomentar bila korban yang terbukti mereka bunuh adalah warga sipil baik orang asli Papua maupun pendatang. Ini bukti bahwa mereka lah pelanggar HAM yang sebenarnya," terang Suriastawa.

Besar kemungkinan, tambah Suriastawa, karena TNI bersikap profesional, tetap tenang, tidak membalas tembakan dari serangan-serangan mereka, KKSB-lah yang akan menembakan dan berusaha membunuh warga sipil sebagai bahan fitnah kepada TNI-Polri. 

"Semoga warga masyarakat dan dunia internasional bisa paham akan situasi ini dan tidak mudah percaya dengan fitnah dan berita bohong yang selalu dimainkan KKSB beserta kelompok pendukungnya di luar negeri," kata Suriastawa.

 

Komentar