Jumat, 19 April 2024 | 13:35
JAYA SUPRANA

Mengintip Sains

Mengintip Sains
Jaya Suprana (Dokumentasi pribadi)

Judul “Mengintip Sains” sengaja saya pilih akibat apa yang disebut sebagai sains terlalu luas untuk secara vertikal, horizontal, diagonal, sentrifugal diterawang dengan kedangkalan daya-pikir yang saya miliki. Maka saya membatasi diri untuk hanya "mengintip" saja. Dengan penuh resiko keliru.

Science

Konon kata sains merupakan terjemahan bahasa Indonesia terhadap kata bahasa Inggris = science. Beranekaragam definisi science, satu di antaranya menurut Encyclopedia Britannica adalah “any system of knowledge that is concerned with the physical world and its phenomena and that entails unbiased observations and systematic experimentation. In general, a science involves a pursuit of knowledge covering general truths or the operations of fundamental laws”. Akibat bangsa-bangsa Eropa memang terbukti berjaya menjajah Amerika, Asia, Afrika dan Australia maka peradaban sains versi Barat memang de facto menjajah dunia. Meski bangsa Nusantara sudah sejak dahulu kala menguasai sains sehingga terbukti mampu membuat perahu yang mampu berlayar sampai ke pantai utara Australia bahkan nun jauh ke pantai selatan Afrika serta membangun bangunan monumental spektakular seperti Borobudur sebagai bangunan Buddhisme terbesar atau Prambanan sebagai bangunan Hinduisme terindah di planet bumi namun masyarakat Barat meyakini sains adalah hak monopoli mereka berdasar keyakinan bahwa sains dilahirkan di bumi Yunani kuno oleh para pemikir sebelum Sokrates seperti Thales dan Anaximander. 

Karakteristika

Menarik adalah polemik tentang matematika termasuk sains atau bukan. Pada kenyataan sains mustahil eksis apabila tidak ada apa yang disebut sebagai ukuran untuk secara tepat mengukur berbagai unsur sains. Albert Einstein sebagai tokoh saintis sejati mustahil bisa menciptakan rumus legendarisnya e=mc2 yang pada hakikatnya bahasa matematika. Tanpa sains mustahil manusia mampu mendarat di rembulan yang didukung beranekaragam peralatan teknologi mustahil berfungsi tanpa dukungan bahasa matematikal. Segenap sel dan organ di dalam tubuh manusia bisa berfungsi akibat mampu saling berkomunikasi dengan menggunakan bahasa kimia dan elektronik yang pada hakikatnya merupakan bahasa matematikal yang melekat pada angka dan simbol. Meski pada hakikatnya segenap system of knowledge memiliki sifat, karakteristika serta bidang yang saling beda satu dengan lain-lainnya namun di masyarakat Indonesia sempat hadir keyakinan bahwa ilmu pengetahuan alam lebih bergengsi ketimbang ilmu sosial atau ilmu budaya. Siswa SLTA yang masuk bidang IPA sempat dianggap lebih cerdas ketimbang yang ilmu sosial dan ilmu budaya. Ironis, ilmu filsafat yang jelas tidak masuk kategori IPA malah dianggap sebagai mahkota ilmu segala ilmu. Secara arif-bijaksana tokoh pemikir sains, Lukas Suwarso mengurai benang ruwet pembenturan sains versus spiritual dengan pencerahan bahwa kita mustahil bersikap spiritual jika mengabaikan sains. Saya mohon ijin menambahkan: dan sebaliknya. 

Kategori

Berdasar kesepakatan kaidah pemikiran Barat, sains terbagi menjadi physical sciences yang melipuri astronomi, fisika, kimia, geologi; biological sciences meliputi biologi dan kesehatan; social sciences yang meliputi antropologi, sosiologi, psikologi, paedagogik, ekonomi dan berbagai aspek sosial dan kultural perilaku manusia. Maka Universitas Indonesia memisah matematika dari ilmu pengetahuan alam. Akibat pengkotak-kotakan jenis ilmu pengetahuan, kerap kali terjadi kelalaian dalam pengejawantahan misalnya ilmu pengetahuan kesehatan mengabaikan unsur kultural, sosial, mau pun individual. Pada kenyataan kesehatan setiap masyarakat bahkan setiap insan beda satu dengan lain-lainnya namun terjadi penyeragaman sosial, kultural bahkan indivisual yang an sich mustahil diseragamkan. Teori psikoanalisa yang diterapkan Sigmund Freud pada para pasiennya di Wina dan New York jelas tidak relevan diterapkan begitu saja pada pasien di Sabang dan Merauke. Kaidah kesehatan masyarakat Skotlandia beda dari masyarakat Nusa Tenggara Timur akibat latar belakang sosial, ekonomi, etnis dan kultural saling beda satu dengan lainnya. Saintifikasi jamu beda dengan saintifikasi obat tradisional China atau India apalagi saintifikasi obat tradisional Eropa yaitu obat farmasi. Masing-masing memiliki kaidah masing-masing.

Seni

Ada pula kesenian yang disainskan seperti musikologi dan logi-logi lain-lainnya Sama halnya kelirumologi bukan ilmu membuat kekeliruan maka musikologi bukan ilmu membuat musik. Ilmu kesenian yang di Jerman disebut sebagai Kunstwissenschaft juga bukan ilmu membuat karya seni namun ilmu yang mempelajari berbagai aspek kesenian seperti gaya, aliran, sejarah, estetika sampai filsafat kesenian. Saya punya beberapa teman doktor musikologi tidak mahir memainkan alat musik apa pun. Secara filosofis memang dapat diyakini bahwa sains sama halnya dengan seni, agama, etika, akhlak, budi-pekerti, kemanusiaan dll merupakan bagian hakiki melekat tak terpisahkan dari apa yang disebut sebagai kebudayaan dan peradaban umat manusia sebagai bagian melekat pada apa yang disebut sebagai kehidupan di marcapada. Peradaban mustahil sempurna karena manusia mustahil sempurna sehingga dengan sendirinya sains juga mustahil sempurna maka seyogianya jangan diberhalakan. Andaikata tetap ingin diberhalakan mohon dijaga jangan sampai mengulang kesalahan Adolf Hitler yang tega menyalahgunakan sains demi membantai jutaan manusia. 


Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan

Komentar