Kamis, 25 April 2024 | 05:15
TRAVELLING

Catatan Perjalanan

Berpetualang di Kepulauan Seribu, Stand Up Paddling di Pulau Harapan

Berpetualang di Kepulauan Seribu, Stand Up Paddling di Pulau Harapan
Dok Wariani Krishnayanni

ASKARA - Dua minggu yang lalu Onaria Fransisca sempat ke Pulau Macan yang berada di Kepulauan Seribu. Karena melihat kecantikan pulau-pulau yang berada di sini, maka liburan 1 Muharram pada 20 Agustus 2020 diajaklah saya mengunjungi Pulau Harapan yang letaknya di bagian utara.

Mengingat masa pandemi yang belum usai, kami berangkat hanya bertiga, yaitu saya, Onaria Fransisca dan Florida. Mencoba cari tempat wisata yang tidak terlalu ramai. Biasanya kami ke gunung, karena sangat penuh, kali ini ubah jalur main air saja.

Pulau Harapan bisa ditempuh antara 1 jam hingga 1,5 jam via dermaga Marina. Melewati beberapa pulau, sempat menurunkan beberapa penumpang di Pulau Pramuka dan Pulau Kelapa

Menurut data 2017, Pulau Harapan sendiri ada 2.343 jiwa. Entah saat ini berapa jumlahnya.

Kami sampai di Pulau Harapan sekitar pukul 10.30 WIB, dan langsung menuju penginapan. Istirahat sejenak sekalian makan siang.

Pukul 13.00 WIB kami kembali jalan kaki ke dermaga naik perahu bertiga ditemani Komar membelah lautan dan berhenti di dekat Pulau Putri untuk snorkling. Kedalaman tempat ini sekitar 3 hingga 4 meter. Hemm... cantik sekali keindahan bawah laut Indonesia ini.

Setelah kami puas, perjalanan kami lanjutkan mengunjungi Pulau Perak yang tidak seberapa jauh. Di pulau ini tersedia warung yang menjual makanan ringan dan kopi. Ada beberapa ayunan dari tali tampar yang sudah disediakan. Kalau mau snorkling di pinggir-pinggir saja ya, arus cukup besar. Tetap hati-hati.

Menjelang sore kami pindah mengunjungi Pulau Bulat dengan pasir putihnya sembari menantikan sunset. Pulau ini tidak berpenghuni, ada satu rumah besar yang sudah mulai rusak. Kabarnya, pemiliknya adalah keluarga alm Soeharto (Presiden ke-2 kita). Ada beberapa outdoor AC yang terlihat sudah mulai berkarat. Ada beberapa jendela yang terlepas. Setelah 30 menit kami di sini, mulai datang 5 pengunjung lain dengan niat yang sama. Setelah Sunset menghilang, kamipun segera kembali ke perahu menuju Pulau Harapan tempat menginap kami.

Suasana malam yang sepi di seputaran penginapan. Ada 5 kamar tersedia. Hanya 2 kamar lain yang terisi dengan penghuni masing-masing 2 orang.

Hari kedua 21 Agustus 2020, pagi-pagi kami kembali jalan kaki menuju dermaga, menaiki perahu yang sama. Karena kami membawa alat snorkling sendiri, maka kami snorkling lagi lah. Pokoknya nggak mau rugi menikmati keindahan bawah laut di pulau-pulau sekitaran Kepulauan Seribu ini.

Perahu berhenti tidak jauh dari Pulau Macan di seberang pembatas untuk melakukan snorkling. Arus cukup besar, tapi di sini lebih indah dan banyak sekali ikan menyambut saat kami turun. Betul-betul luar biasa pokoknya. Biasanya kami menikmati hijaunya hutan pegunungan dengan hamparan awan bak samudera, ini sungguh berbeda. Kami menikmati hutan bawah laut yang tidak kalah mengagumkan. Keindahan karang, binatang laut, ikan warna-warni.

Ssttt... omong-omong namanya Pulau Macan, tapi nggak ada Macan-nya. Pulau Macan ini ecoresort eksklusif. Tanpa penerangan, cottage yang dibuat dari kayu tanpa plitur apalagi cat. Kamar tanpa pintu cukup dengan gorden, semua dibiarkan alami. Makanannya juga organik bebas pestisida, sehatlah katanya. Di pulau ini bisa snorkling di pinggirannya, tapi hati-hati pasang mata yang jeli, ada banyak bulu babi yang durinya sangat tajam dan sakit, pedih, panas bahkan bisa bengkak kalau tidak sengaja menyentuhnya. Ada beberapa alat stand up paddling yang bisa digunakan dan gratis mengunjungi pulau-pulau yang berdekatan dengannya.

Puas menikmati kami lanjut perjalanan menuju Pulau Dolphin. Kami bawa bekal makan siang, dan kami makan di pulau ini. Ada beberapa warung yang menyediakan makanan ringan, mie goreng, mie kuah, kopi, kelapa muda. Sayangnya ini bukan weekend, kelapa muda disediakan hanya Sabtu dan Minggu yang memang biasanya lebih banyak pengunjung. Nasiblah, kami hanya bisa menikmati kopi saja, tapi lumayanlah. Naah sama nich, namanya pulau Dolphin, nggak ada satu Dolphin pun terlihat. Entah penamaan pulau-pulau ini berdasarkan apa.

Setelah merasa cukup berfoto, kami melanjutkan ke destinasi terakhir hari kedua ini menuju penangkaran penyu. Terasa sangat jauh sekali, dan kebetulan ombak cukup bergelombang tinggi menghantam ujung perahu, membuat kami harus berpegangan dengan erat sambil beberapa kali air naik nyiprat membuat tubuh kami basah. Ngeri-ngeri sedap. Saya tengok pengemudi perahu tetap dengan tenangnya. Kapan nyampeknya nich.

Hingga pikiran saya melayang-layang membayangkan bahwa hidup kita pun demikian, harus pandai-pandai mengikuti dan menghindari ombak yang tiba-tiba datang. Kalau memaksakan arah perahu dengan melawan ombak yang menghadang di depan maka bisa saja perahu terbalik dan kami semua terlempar dan jatuh.

Banyak sekali pulau-pulau yang kami lewati, sayangnya saya tidak tahu pulau apa saja itu, beberapa kali saya salah mengira begitu melihat gundukan pulau di depan mata, eeh ternyata bukan itu. Jauh amat, mana ombak mulai besar. Mungkin karena kami sedikit kesorean. Beberapa kali salah menduga, akhirnya sampai juga. Aah legalah rasanya.

Kami segera turun, di sini ada petugas jaga yang mengharuskan kami cuci tangan dan setelahnya memeriksa suhu tubuh kami satu persatu. Ada satu bangunan berisi beberapa kotak penangkaran penyu hijau dan penyu sisik. Setelahnya kami coba lebih masuk lagi meniti jalan jembatan terbuat dari kayu yang di cat warna-warni di antara mangrove yang tinggi. Kira-kira sepanjang 30 meter. Ternyata tidak nyambung kemana-mana lagi, cukup melihat hamparan laut luas. Penangkaran Penyu ini berada di Pulau Kelapa 2 dan berpenduduk seperti di Pulau Harapan dan Pulau Kelapa.

Selesai kunjungan ini, kami kembali ke perahu menuju penginapan, yang ternyata tidak terlalu jauh. Sekitar 10 menit sampailah kami di Pulau Harapan. Masih sore banget sih, dan panasnya luar biasa. Kami istirahat bebersih diri, ngobrol bertiga di kamar saja.

Menjelang matahari menghilang kami coba keluar, dan waow ternyata dari pintu penginapan kami temukan sunset yang lebih indah daripada di pulau Bulat kemarin. Dari sini matahari terlihat besar dan luar biasa. Yaah bonus yang tidak terduga. Malam hari diadakan acara barbeque, sayangnya menu yang kami dapat hanya ikan bakar. Biasanya ada cumi-cumi, mungkin para cumi-cumi pada berlibur jauh, jadi nggak ketangkep deh.

Hari ketiga 22 Agustus 2020, pagi-pagi kami sarapan dan bersiap main stand up paddling yang sudah kami bawa, dan satu kano yang sudah disediakan. Awal saya menggunakan paddle, Ona menggunakan Kano. Kami hanya main di depan penginapan, airnya tenang dan tidak terlalu dalam.

Berjarak sekitar 10 meter dari pinggiran ada satu tempat terbuat dari kayu sudah sedikit lapuk dan reot, entah dulu itu digunakan untuk apa. Kami berdua berhenti di situ, duduk ngobrol. Jadi ingat menteri perikanan ibu Susi, yang dengan santainya menikmati kopi di atas papan paddle-nya. Di tempat ini kami tambatkan kano, lalu kami menaiki Paddle berdua dan berputar di antara lorong tanaman mangrove pembatas, dan sedikit jauh ke tengah. Ona sempat snorkling lagi, dan saya tetap berada di atas paddle. Puas deh pokoknya, semua hari mampat kami gunakan. Waktupun hampir habis, Kapal menuju Dermaga Marina akan datang pukul 2, itu artinya kami harus menyudahi petualangan kami di Kepulauan Seribu ini. Hemmm entahlah, suatu saat kami akan kembali. Masih banyak yang belum kami kunjungi.

Alam Indonesia memang indah di setiap sudutnya, sekarang kami bukan hanya naik gunung, tapi juga turun menikmati indahnya dalam laut. Hidup itu memang sangat luar biasa. Keluarlah rumah, dan temukan segalanya.

Komentar