Minggu, 19 Mei 2024 | 10:38
OPINI

Pandangan Islam Terhadap Cemburu

Pandangan Islam Terhadap Cemburu
Ilustrasi. (Youtube)

Cemburu pada istri dan wanita mahram adalah akhlak terpuji dan merupakan sesuatu yang dituntut secara syariat dan akal. Namun sebagian orang yang mengatasnamakan peradaban dan kemajuan menyalahkan pemahaman akhlak mulia ini. Mereka berpendapat bahwa kecemburuan lelaki terhadap perempuan merupakan kebodohan dan ketololan serta fanatisme yang bertentangan dengan pengetahuan dan kemanusiaan serta kepercayaan diri.

Pendapat itu adalah dugaan yang salah dan merupakan bisikan setan. Pandangan yang rusak serta pemahaman yang salah ini tiada lain kecuali dipengaruhi oleh etika Barat yang rendah, karena Eropa tidak menganggap penting pemeliharaan kesucian sehari-hari, bahkan tidak memelihara kesucian anak gadis.

Cukuplah bagi kita mengetahui perbandingan akhlak itu dalam sikap mereka terhadap perempuan. Kita tidak menemukan dalam bahasa mereka suatu kalimat yang menggambarkan pentingnya pemeliharaan dan kelurusan dalam perilaku seksual, yaitu kalimat kehormatan yang mengandung makna keutamaan seksual dan penjagaan orang Mukmin, dengan cemburu terhadap kehormatannya. Bahkan orang Eropa menganggap keji semua makna itu dan tidak membenarkannya.

Dr. Nuruddin al-'Itr mengatakan dalam bukunya Madza 'an al-Mar'ah (h. 14), "Saya membaca kisah-kisah dan sandiwara sastrawan mereka yang menyimpangkan fitrah kemanusiaan yang luhur ini dan menyerangnya dengan berbagai macam tata bahasa. Ia adalah kumpulan sandiwara dari buku Prancis yang diterjemahkan oleh sebagian sastrawan kita yang pembicaraannya mencakup penolakan pada tokoh-tokoh Arab dan penggambaran mereka sebagai orang-orang yang diliputi oleh kecemburuan dari setiap ucapan dan pemikiran. Padahal mereka sendiri tunduk pada segala bisikan dan dugaan serta melakukan segala bentuk kejahatan, lalu salah satu dari mereka bunuh diri untuk melarikan diri dari neraka Jahanam."

Itulah yang dipilihkan bagi kita oleh penerjemah yang berupa etika asing, dan inilah yang mereka suguhkan kepada umatnya berupa peradaban negara-negara lain. Mereka menyuguhkan kepada umatnya apa yang diinginkan musuhnya berupa bentuk-bentuk etika dan peradaban, kebiasaan rumah yang jelek dan maksiat, kebodohan penghalalan yang meruntuhkan dan menyebabkan manusia yang luhur jatuh ke tingkat hewan yang rendah.

Sesungguhnya kecemburuan pada kesucian kehormatan adalah akhlak yang penting di kalangan bangsa Arab pada masa Islam maupun Jahiliyah, karena kecemburuan adalah tabiat fitrah manusia yang bersih lagi suci dan tabiat jiwa yang merdeka. Karena itulah 'Antarah, seorang penyair Jahiliyah, merasa bangga dengan akhlak yang mulia dan keutamaan yang tepuji ini, bahwa ketika akhlak itu menetap dalam dirinya dan merasakan maknanya, maka dia menjadi cemburu sampai pada kehormatan tetangga perempuannya karena hawa nafsunya sendiri. 

'Antarah bersyair:

Aku menutup kedua mataku,
ketika tetangga perempuanku tampak olehku,
sampai ia menimbun rumahnya.

Dan Hatim ath Tha'i juga bersyair:

Bila aku menginap, pastilah aku mengganggu istri tetanggaku.
Kegelapan akan menyembunyikanku,
tetapi aku tidak tersembunyi.
Apakah aku mengungkapkan aib tetangga perempuanku
dan mengkhianati tetangga laki-lakiku?
Demi Allah, aku tidak akan melakukan hal
yang membuatku malu!

Kecemburuan yang benar adalah menjaga perempuan dari sikap tidak merasa malu, bercampur dengan lelaki, segala hal yang diharamkan, dicela, dicaci dan diaibkan; berusaha agar tidak ada seorang pun melecehkannya. Inilah kecemburuan yang disukai Allah dan Rasul-Nya, yang ditanamkan Islam pada orang-orang Muslim dan diajarkan kepadanya. Maka dalam hadist sahih dan marfu' disebutkan, "Apakah kalian heran dengan kecemburuan Sa'ad, padahal aku lebih pencemburu, dan Allah lebih pencemburu daripada aku". (HR al-Bukhari).

Dalam hadist Rasul shalallaahu 'alaihi wasallam lainnya diriwayatkan bahwa beliau bersabda, "Tidak seorang pun yang lebih pencemburu selain Allah. Karena itulah (kecemburuan-Nya), Allah mengharamkan segala perbuatan keji." (HR al-Bukhari dalam kitab an-Nikah).

Dalam hadist lain Rasul shalallaahu 'alaihi wasallam bersabda, "Hai umat Muhammad, tidak seorang pun yang lebih pencemburu selain Allah bila melihat hamba-Nya atau umat-Nya berzina. Hai umat Muhammad, kalaulah kalian mengetahui apa yang aku ketahui, maka pastilah kalian sedikit tertawa dan banyak menangis." (HR al-Bukhari).

Diriwayatkan dalam hadist marfu', "Sesungguhnya Allah cemburu dan Allah cemburu bila seorang Mukmin melakukan apa yang diharamkan Allah." (HR al-Bukhari).

Dalam hadist tentang dayyuts yang kehilangan keberaniannya -yakni, laki-laki yang tidak cemburu ketika melihat keburukan pada keluarganya- disebutkan bahwa ia tidak akan masuk surga, seperti sabdanya, "Tiga orang yang diharamkan Allah atas surga-Nya: peminum arak, anak yang mendurhakai kedua orang tuanya, dan dayyuts yang membiarkan keburukan tetap ada pada keluarganya" (HR Ahmad).

Bahkan, membela kehormatan pun termasuk jihad yang karenanya darah ditumpahkan. Disebutkan dalam hadist sahih bahwa Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa terbunuh karena mempertahankan agamanya, maka ia mati syahid. Barangsiapa terbunuh karena mempertahankan nyawanya, maka ia mati syahid. Barangsiapa terbunuh karena mempertahankan hartanya, maka ia mati syahid. Dan barangsiapa terbunuh karena mempertahankan keluarganya, maka ia mati syahid." (HR Abu Dawud).

Jika ada orang yang meremehkan kecemburuan karena kebodohannya atau karena kesalahpahaman tentang manfaat dan hasilnya, maka ada pula orang yang salah menggunakannya sehingga sampai pada tingkatan menuduh keluarganya tanpa suatu keraguan pun dan selalu tidak mempercayai seluruh perbuatan mereka. Disebutkan dalam sebagian riwayat bahwa Nabi Dawud mengatakan kepada anaknya, Nabi Sulaiman, "Hai anakku, janganlah memperbanyak cemburu pada keluargamu tanpa suatu keraguan pun sehingga engkau menuduhnya (yakni istri) berlaku buruk padamu, padahal ia tidak melakukannya."

Maksudnya adalah bahwa bila lelaki dikenal terlalu tidak percaya, banyak menuduh, dan terlalu mengawasi keluarganya dengan cara yang tidak biasa menurut orang yang memiliki akal sehat, maka orang itu fasik dan pelaku kemaksiatan akan berkata, "Kalaulah bukan karena ia melihat adanya hal yang buruk pada diri istrinya, tidaklah mungkin ia amat tidak percaya padanya."

Disebutkan dalam hadist suatu penjelasan makna kecemburuan dan perintah untuk bersikap fair di dalamnya secara hati-hati dan benar, sehingga dapat menjaga segala kehormatan dan mencapai tujuan tanpa mengurangi kemuliaan atau menyebarkan fitnah. Nabi bersabda, "Di antara kecemburuan ada yang disukai Allah dan ada yang dibenci Allah. Yang disukai Allah adalah kecemburuan dalam keraguan, sedangkan yang dibenci Allah adalah kecemburuan tanpa suatu keraguan." (HR Abu Dawud dalam kitab al Jihad, bab "al-Khaila' fi alHarb"; HR Ibn Majah dalam kitab an-Nikah bab "al-Ghirah").

(Sayyid Muhammad bin 'Alawi al-Maliki, dari bukunya Surga Bernama Keluarga-Membina Rumah Tangga Islami)

Komentar