Minggu, 19 Mei 2024 | 09:15
COMMUNITY

Momen Mesra Makhluk Gaib Bergandengan Tangan di Gunung Prau

Momen Mesra Makhluk Gaib Bergandengan Tangan di Gunung Prau
Makhluk tak kasat mata terekam kamera ponsel sedang bergandengan tangan. (Instagram @syd_januar)

ASKARA - Meski pesona keindahan alam di gunung menjadi daya tarik tersendiri bagi pendaki, namun di balik itu terdapat kisah misteri yang selalu membuat merinding dan ketakutan. 

Seperti dialami para pendaki asal Kedoya, Jakarta Barat ketika mendaki Gunung Prau pada Agustus 2016 silam. Mereka berangkat menggunakan kereta dan memilih via Patak Banteng sebagaimana jalur paling banyak dipilih para pendaki. 

Kesejukan wilayah Wonosobo, Temanggung, Jawa Tengah seakan menyambut kedatangan mereka. Dalam satu kelompok terdiri dari lima orang, mereka pun memulai pendakian pukul 15.00 WIB setelah mengisi Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (Simaksi).

"Kita packing segala perlengkapan dan isi tenaga terlebih dahulu. Baru mulai jalan sudah dikasih jalur bebatuan menanjak dekat permukingan warga," ujar salah satu pendaki Jodi Karaeng (26) melalui Instagram, Senin (8/6).

Menurut Jodi, warga setempat terlihat sudah pulang dari bekerja di lahan pertanian. Hamparan perkebunan dan pemandangan desa terlihat mengesankan. 

Menuju Pos 1 Sikut Dewo di tepi jalur pendakian yang sudah seperti tangga. Jika beruntung ada beberapa warung yang biasanya buka di sepanjang jalur. Kala itu kebetulan sudah dipenuhi oleh para pendaki yang telah muncak. 

"Ramai pendaki yang turun gunung memang ini sudah masuk akhir pekan. Tapi pendaki yang bareng dengan kita lumayan, ada beberapa," kata Jodi. 

Tidak terasa, waktu sudah masuk sore dan matahari mulai tenggelam. Setibanya di Pos 2 Canggal Walangan disuguhi jalur berupa lahan lapangan kecil yang didominasi pohon cemara dan pinus. 

Di depan terlihat jalur pendakian menanjak sepanjang mata memandang. Jalur menuju Pos 3 lebih terjal dan menanjak dibanding sebelumnya, juga didominasi akar-akar pepohonan. 

"Di Pos 3 Cacingan jalurnya tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Kita tiba maghrib di sini, akhirnya memutuskan untuk istirahat. Duduk, meluruskan kaki hingga bersandar di bahu teman," cerita Jodi. 

Ketika duduk sebentar, ada sepasang pria dan wanita berjalan berdua menghampiri mereka. Sang pria memilih beristirahat sejenak namun si wanita ingin tetap melanjutkan perjalanan. 

"Pria itu sudah sempat duduk bareng kita setelah adzan juga berkumandang. Kita sengaja istirahat memang waktu maghrib. Salah satu teman memotret ke arah kedua orang ini muncul," tutur Jodi.

Hasil foto tersebut disimpan dalam ponsel milik teman mereka bernama Janurdi. Sepanjang perjalanan mereka tidak membahas hasil jepretan foto itu. Mereka pun meyakini sepasang orang yang melewatinya adalah sesama pendaki. 

"Kita akhirnya lanjutin perjalanan, jalur menuju Pos Camp Sunrise sudah mulai berkelok-kelok. Kita bawa senter cuma empat tapi tidak nyala satu," kata Jodi. 

Jalur ini sangat berbeda di musim kemarau, mendaki Camp Sunrise jalur pendakian sudah landai dan terpampang area lapang yang biasanya dijadikan tempat camp. 

Camp Sunrise merupakan area favorit semua orang yang melakukan pendakian ke Gunung Prau. Spot ini tempat terbaik menyaksikan matahari terbit. 

"Kami pun mendirikan tenda di sana," kata Jodi. 

Setelah summit, menginap semalam kemudian turun keesokan harinya. Mereka kembali turun melalui jalur Patak Banteng. Setibanya di base camp dan kemudian berkemas pulang ke Jakarta. 

"Satu minggu setelahnya si Janu ngajak kumpul. Tiba-tiba membuka galeri hand phone-nya dan memperlihatkan hasil foto ketika di Pos 3 Cacingan. Seperti dua sosok makhluk gaib bergandengan tangan," cerita Jodi. 

Satu makhluk itu terlihat besar, sementara satunya terlihat kecil. Jika ingin melihat lebih jelasnya pengaturan cahaya di gawai bisa diatur lebih terang. 

Jodi menambahkan, kebetulan ketika itu salah satu temannya bernama Astri Listyani sedang mengalami rutinitas datang bulan. 

 

Komentar