Sabtu, 20 April 2024 | 00:20
COMMUNITY

Diteror Penunggu Gunung Lawu Saat Bulan Purnama

Diteror Penunggu Gunung Lawu Saat Bulan Purnama
Suasana horor dialami Dzawin dan temannya saat di Pos 4 Gunung Lawu. (Youtube Dzawin Nur)

ASKARA - Teror ketakutan di Gunung Lawu belum hilang dirasakan komika Dzawin Nur Ikram dan seorang temannya. 

Mereka masih melawan perasaan mistis saat memutuskan berkemah di Pos 4 Penggik. 

Dari mendengar suara menyerupai sinden, kereta delman hingga ada yang mengitari tenda di tengah keheningan malam di Gunung Lawu. 

"Di luar tenda seperti ada yang mengelilingi. Tiba-tiba tali tenda itu ada seperti nyangkut. Di situ makin diteror. Gue bilang ke si Toke (temannya) besok pagi kita balik lagi ajalah," kata Dzawin dalam Youtube Channel menceritakan pengalaman saat mendaki Gunung Lawu pada 24 September 2018. 

Teror-teror yang menimpa membuat mereka sempat putus asa untuk tidak melanjutkan perjalanan. Waktu terus berjalan, seketika Dzawin ingin tidur lebih cepat dan meski biasanya jika mendaki selalu tidur larut malam. 

Sesaat mau tidur hal aneh kembali terjadi, komika asal Bogor itu seperti mendengar suara di luar tenda. Suara itu terdengar setelah temannya menutup pintu tenda. 

"Akhirnya memutuskan untuk tidur, waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB. Dari sebelah tenda terdengar suara 'ngantuk apa takut' dan baru pertama kali dada terasa sesak," tutur Dzawin. 

Pukul 21.00 WIB Dzawin terbangun karena ingin buang air kecil. Meski sempat ditahan hingga 30 menit tapi tetap tidak bisa dan sempat terpikir untuk buang air kecil di dalam botol. 

"Gue keluar kencing lah. Sambil lihatin si Toke di belakang, pas masuk tidur. Ternyata tidak ada apa-apa. Bangun tidur pintu tenda sudah terbuka," kagetnya. 

Ketakutan yang menyelimuti mereka itu dianggap tak terlepas dari mitos Gunung Lawu yang tidak boleh memakai pakaian warna hijau. 

"Gue baru ingat mitos di Gunung Lawu tidak boleh menggunakan pakaian warna hijau. Flanel gue warna hijau dan tenda warna hijau," jelas Dzawin. 

Pagi pun tiba, suasana horor tidak terasa lagi. Mereka akhirnya bisa kembali saling bercanda dan bertemu dengan pendaki lain berjumlah empat orang. Mereka memutuskan menuju puncak bersama-sama. 

"Niat mau balik ketemu dengan pendaki lain akhirnya pergi ke summit bareng. Waktu itu kejadian malam Selasa dan tidak ada pendaki lain kecuali kita," ceritanya.

Menempuh perjalanan cukup panjang akhirnya mereka tiba di Puncak Hargo Dumillah. Kondisinya waktu itu sangat ramai oleh masyarakat yang bersemedi. 

Ketika berada di puncak mereka sempat membahas peristiwa yang dialaminya. Ternyata itu seperti penyambutan bagi mereka bahwa telah diterima datang ke Gunung Lawu. 

"Malam Selasa itu malam yang bulan purnama full. Jadi ada yang bilang sebenarnya yang datang malam bukan ganggu tapi mengucapkan selamat datang," kata Dzawin. 

Ada yang mengganggap itu bentuk keramahan yang diberikan oleh penunggu di Gunung Lawu. Namun hal itu membuat mereka sangat ketakutan. 

"Gue pikir mending enggak usah ramah kalau kayak gini caranya ramah," kesal Dzawin. 

Akhirnya mereka turun dari puncak setelah menanti sunset. Suhu udara hampir 6 derajat Celsius. Namun siapa sangka perjalanan turun mereka sempat mengalami hal horor kembali. 

Padahal sebelumnya turun jalan malam itu mereka saling bercanda. Tapi ketika tiba di Pos 4 untuk mengambil tenda semuanya terdiam. 

"Gokil suara Gunung Lawu di malam hari itu beda dengan suara gunung lain. Seperti suara pintu yang terbuka," kata Dzawin. 

Kemudian tiba di Pos 3 untuk beristirahat dan mengeluarkan makanan ringan di dalam tas ada suara teriakan pendaki. Karena beranggapan ada pendaki lain Dzawin membalasnya. 

"Gue mikirnya ada pendaki tuh tapi tidak ada yang balas. Pas kita turun ternyata enggak ada pendaki. Suara teriakan itu satu kelompok enam orang semuanya dengar," tandas Dzawin.  

Baca juga:
Kereta Delman Penunggu Gunung Lawu

Komentar