Minggu, 19 Mei 2024 | 20:23
COMMUNITY

Melestarikan Bibit Pisang Lokal yang Go Internasional

Melestarikan Bibit Pisang Lokal yang Go Internasional
Lasiyo Syaifudin (kiri), petani pisang asal Bantul, Yogyakarta. (Dok Lasiyo)

ASKARA - Petani pisang lokal, Lasiyo Syaifudin, asal Bantul, Yogyakarta mendedikasikan hidupnya dengan membudi daya tanaman pisang yang menyimpan segudang manfaat. 

Kecintaannya terhadap tanaman pisang dimulai sejak tahun 1990, namun skalanya tidak terlalu besar. Pada tahun 2006 pascagempa Bantul, Lasiyo membudidayakan tanaman pisang hingga membawanya ke luar negeri. 

"Saya melestarikan tanaman bibit pisang lokal. Pada 20 September 2016. Waktu itu berangkat dengan Slow Food Yogyakarta ada 14 orang dari Indonesia perwakilan," ujar Lasiyo kepada Askara, Senin (17/2).

Lasiyo berkesempatan ke Italia membahas tanaman pisang lokal dalam forum Salone del Gustro Terra Madre (SGTM). Selain itu, membahas pangan berkelanjutan dan ramah lingkungan.

"Kita mengirim materi yang akan disampaikan lewat film dibuatkan oleh Slow Food. Dari budi daya dan pelestarian tanaman pisang lokal," jelasnya. 

Kala itu, pemerintah belum tergerak membantu karena keberangkatan ke luar negeri merupakan undangan terhadap Slow Food Yogyakarta. Jadi lepas dari lembaga maupun yayasan. Slow Food merupakan pegiat pangan lokal. 

"Kebetulan dulu itu Kementerian Pertanian belum mendukung secara maksimal karena ini adalah kepedulian orang-orang Slow Food itu sendiri," ungkapnya. 

Kini sudah mendapat dukungan baik dari pemerintah pusat dan daerah. Melalui lembaga pelatihan pertanian yaitu Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) berperan aktif dalam pembangunan sumber daya manusia. 

"Pemerintah sudah mendukung termasuk akademisi dan lembaga yang lain membantu dan memberi dukungan," ucap Lasiyo. 

Lasiyo melestarikan beragam jenis pisang seperti pisang Raja Bagus, Raja Bulu, Raja Sere, Raja Jengkel, Kapok Kuning, Ambon Kuning, Ambon Lumut. 

Serta jenis pisang Raja Pulut, Raja Kidang, Pisang Susu, Raja Sewu, Pulut, Kluthuk, Mas Kirana, Gabu, dan Moro Sebo. Tentu jumlahnya semakin banyak. 

"Alhamdulilah, sekarang malah makin banyak. Melakukan pembibitan 5 ribu tanaman pisang ada penakaran bibit di rumah," tuturnya.

Harapannya, budidaya tanaman pisang dapat memberi manfaat kepada masyarakat. Dengan memanfaatkan olahan pisang dan tidak terlalu tergantung kepada makanan pokok. 

"Bisa menyejahterakan masyarakat. Tidak harus makan nasi tapi makan apa saja yang ada di lingkungan kita. Dengan halal, bergizi dan seimbang. Masyarakat juga adil makmur dan bahagia," harapnya. 

Komentar