Senin, 20 Mei 2024 | 00:41
COMMUNITY

Strategi dan Basis Dukungan Pengembangan Pencak Silat

Strategi dan Basis Dukungan Pengembangan Pencak Silat
Diskusi membahas pencak silat Betawi (Askara/Dhika Alam Noor)

ASKARA - Setelah Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menetapkan pencak silat sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda (WBTB) Dunia makin membuka peluang untuk mengembangkan eksistensinya. 

Ketua Perkumpulan Betawi Kita Roni Adi mengatakan, perlu ada berbagai strategi dan basis pendukung agar pencak silat menjadi lebih maju dan dikenal. 

Sehingga butuh upaya bersama sejumlah pihak. Baik dari komunitas silat, pemerintah pusat dan daerah. Termasuk berbagai lembaga kebudayaan lainnya. 

''Terjadi sinergitas antara para praktisi silat, akademisi dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam meningkatkan pelestarian dan pengembangan Pencak Silat Betawi pasca penetapan Pencak Silat Indonesia sebagai WBTB Dunia oleh UNESCO,'' jelasnya di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Minggu (26/1).

Terlebih, pencak silat bukan saja sekadar olah raga bela diri tapi telah menjadi jalan hidup bagi para pelakunya.

''Pencak silat dipakai bukan untuk berbuat semena-mena, tapi mengajarkan untuk menahan diri dan menjaga harmonisasi dengan alam sekitar,'' ujar Roni yang juga ketua komunitas pegiat silat Betawi Sikumbang Tenabang. 

Menurutnya, banyak hal positif yang terdapat dalam pencak silat, seperti menghargai sesama maupun menghormati orang yang lebih tua. 

''Dalam beberapa gerakan pencak silat Betawi khususnya, terdapat gerakan yang digali dari ajaran agama Islam, seperti gerakan ketika orang berwudlu dan gerakan shalat. Para murid juga berdoa sebelum latihan rutin,'' kata Roni. 

Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) menyatakan bahwa sudah semestinya terjadi kerja sama seluruh elemen masyarakat dengan pemerintah. Karena akan sulit mengembangkan pencak silat jika berjalan sendiri-sendiri. 

''Memang harus begitu. Sekarang sinergi menjadi kebutuhan. Tidak bisa bergerak sendiri-sendiri. Semakin bersinergi, tentu dengan pemahaman dan idealisme yang sama, makin kuat,'' kata Wakil Ketua Bidang Pelestarian dan Pengembangan Lembaga LKB Yahya Andi Saputra. 

Pengembangan pencak silat juga harus diterima oleh kaum milenial. Mengingat Indonesia akan menghadapi bonus demografi yang dominan ialah jumlah mereka. Dalam hal ini peran media sosial sangat diperlukan. 

''Pertama, sinergi yang diperkuat dengan jaringan dan riset kecenderungan gaya hidup milenial. Kedua, memanfaatkan metode pengajaran ilmiah dan populer,'' terang Yahya. 

''Di sini political will dari pemerintah memegang peran penting karena melibatkan dunia pendidikan. Artinya ada kurikulum muatan lokal di sekolah. Ketiga, memanfaatkan media sosial,'' tambahnya. 

UNESCO sendiri menetapkan pencak silat sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda Dunia dari Indonesia dalam sidang Komite Warisan Budaya Takbenda UNESCO di Bogota pada 9-14 Desember 2019.

Pencak silat menjadi warisan dunia ke sepuluh yang ditetapkan UNESCO setelah wayang, keris, batik, angklung, tari saman, noken, tiga genre tari tradisi Bali, kapal phinisi, dan pelatihan batik.

Komentar