Sabtu, 20 April 2024 | 00:23
TRAVELLING

Misteri Hutan Baduy di Gunung Kendeng

Misteri Hutan Baduy di Gunung Kendeng

BANTEN: Gunung Kendeng terletak di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Disini hutan hijaunya masih sangat terjaga. Sungai-sungai, seperti Ciujung, Cisimeut, dan Ciberang, masih mengalir jernih. Kawasan hutan Gunung Kendeng di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, merupakan hulu air wilayah Provinsi Banten.

Di Pegunungan Kendeng terdapat Suku Baduy (Urang Kanekes) yang merupakan kelompok masyarakat adat etnis Sunda. Beberapa waktu lalu, kami berkunjung ke tempat ini dan mengalami peristiwa aneh ketika berada di sekitaran Gunung Kendeng.

Berawal ketika kami ke Baduy bertemu Kepala Suku Baduy Dalam yang biasa disebut Jaro, dan mendapat petunjuk untuk menuju ke tempat doa atau ritual di daerah seputar Gunung Kendeng. Kepala Suku Baduy Dalam menitipkan sejumlah barang untuk diletakkan di tempat ritual tersebut. Dengan dipandu empat penduduk lokal Baduy Luar, kami yang terdiri dari sembilan orang berangkat menuju lokasi yang ditunjuk.

Karena hari sudah menjelang sore, matahari akan tenggelam, kami dibimbing oleh dua pemandu lokal dan dua orang Suku Baduy Luar untuk melalui jalan pintas menuju lereng Pegunungan Kendeng agar lebih dekat ke lokasi yang dituju. Jalan setapak itu merupakan jalan yang biasa mereka lalui jika berkebun di pegunungan tersebut.

Medan yang kami lewati tidaklah mudah, karena cukup terjal dan banyak semak dan pohon berduri. Dengan peralatan seadanya dan bekal minum yang minim kami terus mendaki setapak demi setapak. Sesekali anggota tim terpeleset sehingga harus berpegangan pada pohon atau ranting di sekitar itu dengan resiko tangan terkena duri dari ranting-ranting pepohonan.

Tiba di salah satu lereng Gunung Kendeng hari sudah gelap, namun kami tetap melangkah perlahan dengan berbekal lampu senter. Setelah jalan beberapa jam, kami beserta pemandu baru tersadar dan merasa berputar-putar di hutan itu tanpa dapat menemukan arah. Jalanan semak belukar membuat kami harus merasakan gigitan semut hutan yang rasanya pedas dan sakit sekali.

 

Setelah merasa berputar putar dan tidak menemukan jalan, pemandu menyarankan kepada ketua rombongan untuk berkumpul dan berdiam di satu tempat. Sementara empat orang pemandu berbagi tugas menyebar keempat penjuru untuk mencari arah di kegelapan malam dengan berbekal lampu senter.

Setelah berupaya mencari jalan, keempat orang pemandu itu kembali dan berkumpul bersama rombongan. Para pemandu meminta maaf kepada pemimpin rombongan karena tidak berhasil menemukan jalan ke lokasi tempat doa atau ritual tersebut.

Pemandu meminta maaf karena merasa bersalah tidak dapat menemukan jalan, padahal menuju ke lokasi tersebut selalu mereka lalui untuk berkebun. Menyadari bahwa kita semua tersesat, ketua rombongan memanggil saya untuk minta saran. Intuisi batin saya mengatakan bahwa kami harus berdoa bersama dan minta maaf karerna ada dua peserta dari kami yang dari awal perjalanan lebih banyak bersenda-gurau.

 

Mendengar saran itu, ketua rombongan memanggil dua orang tersebut dan memarahinya. Kami semua berdoa dan meminta maaf atas semua kesalahan. Pada saat doa berlangsung tiba-tiba satu orang dari warga Baduy Luar jatuh lemas dan kesurupan, namun segera ditangani oleh pemandu lainnya. Sementara itu kami tetap melanjutkan doa.

Setelah doa dipanjatkan, saya memisahkan diri sejenak dari rombongan untuk membakar dupa yang sebelumnya sudah diberikan Kepala Suku Baduy Dalam. Sambil berkomunikasi dengan batin, sayapun minta diberi petunjuk. Usai berdoa, ketua rombongan minta arahan jalan mana yang akan dituju. Sayapun memberikan petunjuk sesuai intuisi batin, dan kami kembali melanjutkan perjalanan.

Setelah beberapa waktu berjalan, tiba-tiba kami menemukan batu berbentuk piramid yang sudah ditumbuhi lumut. Batu yang menyembul dari tanah itu agak besar, tingginya sekitar 1.5 meter. Kamipun tetap melanjutkan perjalanan hingga menemukan kembali batu berbentuk piramid yang jauh lebih besar dengan diameter lebih tinggi dengan sejumlah bulatan di batu itu, serta ada tulisan askara kuno.

Ternyata tempat inilah yang memang kami tuju. Di sini kami berdoa dan meletakkan beberapa benda yang telah dititipkan Kepala Suku Baduy Dalam. Keempat orang pemandupun kaget bukan kepalang karena baru kali ini melihat batu piramida, padahal lokasinya tidak jauh dari kebun yang mereka garap setiap harinya.

Setelah cukup lama melakukan ritual doa, kami melanjutkan perjalanan pulang. Tidak jauh dari batu berbentuk piramid tersebut, kamipun melewati kebun milik para pemandu sehingga membuat pemandu heran kenapa mereka bisa tersesat berjam-jam.

Ternyata alam Pegunungan Kendeng menyimpan misteri. Tanpa kami duga, di sana ada dua piramid yang tertimbun tanah. Mungkin dahulu akibat bencana alam hingga membuat piramida tersebut terkubur dalam tanah dan tersimpan di dalam hutan Baduy yang selalu terjaga keasriannya.

CAHAYA ADI WIBOWO

Praktisi Spiritual

Komentar