Jumat, 26 April 2024 | 23:38
FILM

Sang Prawira, Kisah Perjalanan Pemuda Desa Jadi Polisi

Sang Prawira, Kisah Perjalanan Pemuda Desa Jadi Polisi

JAKARTA: Film Sang Prawira bercerita menceritakan sosok Horas, pemuda yang memiliki cita-cita ingin membanggakan keluarganya bangkit dari kemiskinan.

Untuk melawan takdir garis kemiskinan, Horas pun mendaftar ke akademi kepolisian (akpol). Keinginan menjadi polisi pun terwujud. Horas berhasil menjadi seorang polisi yang mampu membanggakan dan membangkitkan garis kehidupan keluarganya.

Namun, dibalik kesuksesannya itu, kehidupan Horas terbilang tak mulus.Dalam perjalanan hidupnya, Horas kehilangan orang tua, kekasih, dan sahabat.

Ponti Gea tak hanya menceritakan tentang perjalanan Horas menjadi polisi, integritas dan kehidupan kepolisian, melainkan keindahan Danau Toba. Bersama Mabes Polri dan Polda Sumatera Utara, Ponti Gea juga memperlihatkan keindahan budaya dan wisata dari Sumatera Utara. Film Sang Prawira merupakan karya Ponti Gea bersama Mabes Polri dan Polda Sumatera Utara. Sang Prawira mengisahkan tentang perjalanan pemuda bernama Horas yang menjadi polisi.

Kabid Humas Polda Banten, Kombes Pol. Edy Sumardi P S.I.K M.H menyebutkan kepada awak media, Minggu (24/11/2019) bahwa telah dilaksanakannya gala primiere film Sang Perwira di XXI Epicentrum Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (23/11/2019).

Dijelaskan Edy, dalam Film ini pemeran Horas merupakan seorang polisi yakni Ipda Dimas Adit S.Skip.

Anggika Bolsterli pemeran Nauli, gadis desa asal Danau Toba, Sumatera Utara, dalam film Sang Prawira, mengaku geregetan melihat akting perwira polisi tersebut yang menjadi lawan mainnya.

“Cukup bikin geregetan. Maaf bukannya merendahkan, tetapi ketika aku sampai lokasi, ya memang bakat aktingnya kurang,” kata Anggika Bolsterli.

Rasa jengkel itu karena adegan yang penuh emosional harus dimainkannya bersama Iptu Dimas seperti dalam skenario film.

“Memang prosesnya cepat ya. Cuma aku sebagai yang lebih dulu di akting, aku mencoba mengarahkan dan memancing emosinya Dimas,” ucapnya.

Meski begitu, bukan maksud aktris kelahiran Jakarta, 21 Juni 1995, itu untuk menggurui sang polisi berakting.

Namun, dia ingin tampil total dalam film yang dibintanginya dan memberikan karya terbaik.

“Kayaknya kalau mereka ikut perintah, aku orang awam yang berani marahin polisi karena aku memberikan pembelajaran. Aku hanya mancing dan marahin Horas supaya bisa menangis dan memainkan emosinya,” ucapnya.

Menurut dia, kualitas berakting seseorang itu butuh waktu dan jam terbang. Dia juga memberi saran kepada anggota polisi yang nantinya ingin meneruskan bakat aktingnya itu.

“Walaupun semua dapat perintah, akting itu soal perasaan enggak mesti ikut perintah aja. Apa pun itu harus pakai perasaan,”ujar Anggika Bolsterli.

Komentar