Si Kecil Suka yang Manis? Batasi dengan Mengetahui Kandungan Gula dalam Makanan Anak!

Oleh: Naira Dwishinta Ammara
Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
ASKARA - Anak-anak memang cenderung menyukai makanan dan minuman yang memiliki rasa manis. Selain rasanya yang menggoda, makanan tersebut sering dikemas dengan warna mencolok dan karakter kartun yang menarik perhatian mereka.
Namun, tahukah Anda bahwa di balik rasa manis yang menyenangkan itu, tersembunyi risiko kesehatan yang perlu diwaspadai? Ya, makanan dan minuman manis umumnya mengandung kadar gula yang tinggi. Konsumsi gula berlebihan pada anak dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti obesitas, gangguan metabolisme, hingga masalah gigi dan konsentrasi. Tantangannya, gula sering tersembunyi dalam makanan yang terlihat sehat, tidak hanya pada permen atau es krim, tetapi juga dalam sereal sarapan, yogurt, hingga jus kemasan.
Inilah alasan mengapa orang tua perlu lebih cermat dalam memilih makanan untuk anak dengan membaca label kandungan gizi pada kemasan, terutama kandungan gulanya. Dengan begitu, anak tetap dapat menikmati camilan favoritnya tanpa harus mengorbankan kesehatan.
1. Kandungan Gula dalam Kemasan Pangan
Dalam proses pengolahan makanan dan minuman kemasan, gula merupakan salah satu komponen yang hampir selalu ditambahkan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan rasa, memperbaiki tekstur, dan memperpanjang umur simpan produk.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melalui Peraturan BPOM Nomor 26 Tahun 2021 mewajibkan pelaku usaha mencantumkan informasi nilai gizi pada label kemasan. Namun, masih banyak masyarakat yang tidak membaca label ini sehingga tidak mengetahui kandungan gizi dari produk yang dikonsumsinya.
Perlu diketahui, kandungan gula pada label tidak selalu ditulis dengan kata “gula”. Ada banyak istilah lain yang digunakan dan kurang dipahami, seperti sukrosa, glukosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, dan dekstrosa. Hal ini sering menimbulkan salah persepsi bahwa produk tersebut bebas gula, padahal sebenarnya tidak.
Kadar gula yang tercantum pada label merupakan hasil dari analisis laboratorium sebelum produk dipasarkan. Biasanya, industri pangan mencantumkan “Gula Total (%)” sebagai hasil analisis kandungan gula pada produk.
2. Batasi Konsumsi Makanan dan Minuman Anak yang Tinggi Gula
American Heart Association (AHA) merekomendasikan batas maksimal asupan gula harian untuk anak usia 2 hingga 18 tahun adalah 25 gram atau setara dengan 6 sendok teh. Oleh karena itu, orang tua disarankan memilih makanan atau minuman dengan kadar gula yang rendah.
Salah satu langkah penting adalah membaca label gizi. Misalnya, jika suatu produk memiliki 5 gram gula per sajian dan terdapat 5 sajian per kemasan, maka total kandungan gula dalam produk tersebut adalah 25 gram, sama dengan batas maksimal konsumsi harian anak. Artinya, setelah mengonsumsi satu produk ini, anak sebaiknya tidak lagi mengonsumsi makanan atau minuman manis lainnya pada hari itu.
3. Bahaya Konsumsi Gula Berlebih pada Anak
Gula dan pemanis buatan yang terdapat dalam makanan dan minuman memiliki dampak besar terhadap kesehatan anak. Konsumsi berlebihan dapat menyebabkan kelebihan berat badan, obesitas, mengganggu pertumbuhan balita, serta meningkatkan risiko kerusakan gigi, terutama jika dikonsumsi setiap hari secara berlebihan.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa konsumsi makanan dan minuman manis secara berlebih sejak usia dini dapat meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti kanker dan diabetes mellitus di masa depan. WHO bahkan mencatat bahwa angka kematian akibat penyakit tidak menular terus meningkat, khususnya di negara berkembang. Sekitar 70% penduduk dunia berisiko meninggal karena penyakit yang muncul akibat pola makan tidak sehat, salah satunya karena terlalu sering mengonsumsi makanan dan minuman manis (Hidayat et al., 2019).
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk lebih selektif dalam memilih makanan dan minuman anak. Mengontrol konsumsi gula bukan berarti melarang sepenuhnya, melainkan memastikan anak tetap bisa menikmati camilan dengan aman tanpa risiko kesehatan jangka panjang.
Namun demikian, tetap perlu berhati-hati terhadap produk pangan berlabel “free sugar” atau “bebas gula”, karena hasil analisis sering menunjukkan masih terdapat kandungan gula di dalamnya. Untuk itu, produsen pangan diharapkan memberikan informasi nilai gizi yang akurat berdasarkan hasil analisis laboratorium, sehingga konsumen, khususnya orang tua, dapat memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan gizi anak-anak mereka.
Komentar