Ustad Yahya Waloni Wafat pada 6 Juni, Publik Sorot Ayat Ibrani 6:6

ASKARA – Ustad Dr. H. Muhammad Yahya Yopie Waloni, S.Th., M.Th., wafat dalam usia 55 tahun pada Jumat, 6 Juni 2025, usai menyampaikan khutbah Jumat di Masjid Darul Falah, Jalan Aroepala, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar. Kabar kepergiannya menyita perhatian publik, terutama karena rekam jejaknya sebagai mualaf dan tokoh yang cukup dikenal di dunia dakwah Indonesia.
Yahya Waloni dikenal luas karena perjalanan spiritualnya yang unik. Lahir dan besar dalam keluarga Kristen di Manado, ia pernah menjadi pendeta dan akademisi, sebelum memeluk Islam pada Oktober 2006. Sejak menjadi Muslim, ia aktif berdakwah dan menjadi figur publik lewat berbagai ceramah yang banyak tersebar di media sosial.
Namun, selama kiprahnya, gaya ceramah Yahya kerap memicu kontroversi karena dianggap menyinggung agama lain, terutama Kristen. Ia bahkan sempat dijatuhi hukuman penjara lima bulan pada tahun 2022 akibat pernyataannya yang dinilai mengandung ujaran kebencian. Meski demikian, Yahya juga sempat menyampaikan permintaan maaf kepada umat Kristiani pasca vonis tersebut.
Kepergian Yahya Waloni pada tanggal 6 bulan 6 (6 Juni) turut memicu refleksi dari berbagai kalangan, termasuk sebagian umat Kristiani yang menyoroti kesamaan tanggal tersebut dengan ayat dalam Alkitab, Ibrani 6:6, yang berbunyi:
"...dan mereka yang murtad, tidak mungkin dibaharui lagi untuk bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghinanya di muka umum."
Bagi sebagian orang, kesamaan angka ini dianggap sebagai kebetulan yang penuh makna, namun tidak sedikit pula yang menilainya sebagai hal yang tidak perlu ditafsirkan secara berlebihan. Tafsir atas ayat dan kejadian tersebut pun beragam, tergantung pada latar keimanan dan sudut pandang masing-masing individu.
Jenazah Ustad Yahya Waloni telah dimakamkan di Makassar pada hari yang sama. Kepergiannya meninggalkan jejak perdebatan, namun juga menjadi momen untuk merenung tentang toleransi, perjalanan iman, dan pentingnya menyampaikan dakwah dengan cara yang bijak di tengah masyarakat majemuk.
Komentar