Senin, 16 Juni 2025 | 08:15
LIFESTYLE

Silaturahmi Keluarga, Obat Hati yang Tak Tersedia di Apotek

Silaturahmi Keluarga, Obat Hati yang Tak Tersedia di Apotek
Nina Nathalia dan keluarga di Malaysia (Dok Achin)

ASKARA - Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang penuh kesibukan dan distraksi digital, satu hal yang perlahan-lahan mulai terabaikan adalah silaturahmi antar keluarga. Padahal, menjaga hubungan dengan saudara, sepupu, paman, bibi, hingga kerabat jauh bukan hanya bagian dari tradisi leluhur—tetapi juga kebutuhan jiwa yang tak ternilai.

Silaturahmi tak melulu soal kumpul di meja makan atau hadir di momen perayaan. Ia adalah jembatan kasih sayang, ruang berbagi cerita, tempat saling menguatkan di kala letih, dan pengingat bahwa kita tidak pernah benar-benar sendiri. Dalam keluarga yang hangat dan saling terhubung, energi positif tak hanya mengalir—tetapi menyembuhkan.

Psikolog keluarga menyebut, orang yang rutin menjalin silaturahmi cenderung memiliki kondisi mental yang lebih stabil dan bahagia. Mereka merasa lebih dicintai, dihargai, dan aman secara emosional. Bahkan, anak-anak yang tumbuh dalam ikatan keluarga yang solid, umumnya lebih percaya diri dan memiliki empati yang tinggi.

Menariknya, silaturahmi tidak harus menunggu momen besar seperti Lebaran atau pernikahan. Cukup dengan menelpon, video call, atau kunjungan spontan tanpa acara formal, bisa menjadi pelepas rindu yang tak ternilai. Dan di era teknologi yang makin canggih, tak ada lagi alasan untuk tak terhubung.

“Di era digital ini, alasan sibuk sudah mulai usang. Justru kemajuan teknologi seharusnya jadi alat untuk merajut kembali koneksi yang mungkin pernah renggang. Karena seperti kata pepatah, keluarga bukan hanya penting, tapi segalanya,” kata Nina Nathalia usai mengunjungi paman dan bibi di Malaysia, Jumat (15/5).

Nina bercerita, keluarganya datang dari berbagai belahan dunia: Rochester (AS) dan Canberra (Australia). Karena abang mereka yang tertua, Peter (88 tahun), tinggal di Ipoh, Malaysia, mereka memilih bertemu di lokasi yang lebih mudah dijangkau: Kuala Lumpur. “Karena usia abang tertua kami sudah 88 tahun, jadi lebih bijak jika kami yang mendatanginya,” kata Nina.

Ia menambahkan, rasa kasih yang besar dari adik-adiknya, Andrew (82 tahun) dan Rose (81 tahun), membuat mereka tetap meluangkan waktu untuk bertemu abang mereka. “Sebelum pandemi, pertemuan ini jadi agenda tahunan. Tapi setelah Covid-19, memang agak berkurang. Namun kasih itu tetap ada, tak pernah pudar,” ujarnya penuh haru.

Zaman boleh makin maju dan generasi muda sekarang boleh merasa lebih hebat karena teknologi. Tapi satu hal yang mereka harus teladanin dari generasi sebelumnya yaitu rasa KASIH, kasih yg selalu mengikat persaudaran, kasih yang tanpa pamrih

Jadi, yuk luangkan waktu. Jangan tunggu kehilangan atau penyesalan datang lebih dulu. Kadang, satu pelukan dari keluarga bisa lebih menyembuhkan dari seribu kata bijak. Karena silaturahmi itu sederhana, tapi menyentuh jiwa secara luar biasa.

 

Komentar