Setelah Lengser, Jokowi Diduga Alami Gejala NPD?
Ini Analisis Receh Tapi Serius

ASKARA - Setelah resmi melepas jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo kembali jadi topik panas. Bukan soal warisan kebijakan, bukan pula soal siapa pengganti yang ia ‘bantu’, tapi soal... kepribadian.
Di jagat X (dulu Twitter, sekarang tempat curhat orang dewasa galau), mulai ramai yang mempertanyakan: apakah Jokowi selama ini mengidap Narcissistic Personality Disorder alias NPD?
Sebuah utas dari akun bernama @dokterghibah menulis:
"Kalau suka tampil, butuh pujian, dan nggak bisa dikritik, itu masih karisma atau udah narsistik? Tanya aja ke mantan presiden kita.”
Blusukan atau Branding?
Selama satu dekade, Jokowi dikenal dengan gaya “merakyatnya”. Naik motor trail, makan di warteg, dan bagi-bagi sembako di kolong jembatan. Tapi belakangan, publik mulai bertanya: itu spontanitas, pencitraan, atau ketiganya sekaligus?
Pengamat perilaku publik dan mantan dosen psikologi yang kini jadi Youtuber, Dr. (Hampir) Psikolog Sukarman, angkat bicara.
“Kalau setiap kegiatan didokumentasikan dengan kamera tiga angle dan drone, itu bukan blusukan, itu produksi film pendek,” ujarnya sambil tertawa setengah serius.
Sindrom “Saya Adalah Negara”
Pasca lengser, publik makin jeli melihat pola lama: penempatan keluarga dalam jabatan publik, ekspansi proyek warisan seperti IKN, dan glorifikasi peran tunggal Jokowi dalam pembangunan.
“Di titik tertentu, itu mengarah ke narsisme institusional,” kata pengamat politik Imaji Palsu.
“Kalau negara terasa berhenti setelah satu orang mundur, mungkin yang dibangun selama ini bukan sistem, tapi kultus.”
Psikolog Resmi: Belum Ada Diagnosa
Sampai hari ini, tak ada satu pun laporan medis atau evaluasi psikologis resmi yang menyatakan bahwa Jokowi mengidap NPD. Tapi dugaan publik terus bergulir—maklum, rakyat butuh hiburan pasca pemilu.
Di satu sisi, mantan presiden tetap sibuk. Kadang terlihat di kebun, kadang di proyek IKN, kadang di podcast selebritas. Kalau ini narsistik, maka seluruh influencer negeri ini juga butuh terapi.
Kesimpulan yang Tidak Penting Tapi Menghibur
Jokowi belum tentu NPD. Tapi Indonesia mungkin sedang mengalami sindrom: narsistik pasca pemimpin. Saat pemimpinnya terlalu sering tampil, rakyat jadi ketagihan nonton. Begitu dia pergi, rakyat bingung: ini negara, atau reality show?
Jadi, apakah Jokowi narsistik?
Jawaban paling jujur: kita semua... mungkin juga.
Komentar