Jumat, 25 April 2025 | 23:07
NEWS

Lonjakan Penumpang Kereta Cepat Whoosh Saat Lebaran 2025 Kontras dengan Ancaman Kerugian Finansial

Lonjakan Penumpang Kereta Cepat Whoosh Saat Lebaran 2025 Kontras dengan Ancaman Kerugian Finansial
Kereta Cepat Whoosh

ASKARA - Meski ekonomi nasional belum sepenuhnya pulih, Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) mencatat lonjakan signifikan jumlah penumpang selama periode libur Lebaran 2025. PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) melaporkan lebih dari 310.000 penumpang telah menggunakan layanan ini selama masa mudik dan balik.


Peningkatan jumlah penumpang tersebut mencerminkan antusiasme masyarakat terhadap moda transportasi modern ini. Selama periode libur Lebaran, KCIC meningkatkan jumlah perjalanan harian dari 52 menjadi 62 kali untuk mengakomodasi lonjakan permintaan. Rata-rata penumpang harian mencapai 21.000 orang, bahkan sempat menembus angka 23.500 orang dalam satu hari.

Eva Chairunisa, General Manager Corporate Secretary KCIC, mengungkapkan bahwa tren positif ini menunjukkan Whoosh semakin diterima masyarakat sebagai moda transportasi andalan untuk perjalanan antarkota cepat dan nyaman.

Namun, di balik pertumbuhan operasional tersebut, keberlanjutan finansial proyek kereta cepat ini menjadi sorotan tajam dari kalangan pengamat ekonomi. Direktur Pelaksana Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan, menilai bahwa KCIC belum mencetak keuntungan dan justru dibayangi oleh potensi kerugian besar.

Menurutnya, biaya pembangunan proyek membengkak hingga mencapai 7,22 miliar dolar AS, jauh melampaui estimasi awal. Sebagian besar pendanaan berasal dari pinjaman besar kepada China Development Bank, dengan beban bunga tahunan yang mencapai hampir Rp2 triliun.

Di sisi lain, pemasukan dari tiket masih sangat terbatas. Selama tahun 2024, KCIC tercatat menjual sekitar 6,06 juta tiket dengan rata-rata harga sekitar Rp250.000. Dari penjualan itu, pendapatan kotor yang dihasilkan sekitar Rp1,5 triliun. Namun, angka tersebut belum mencakup berbagai komponen biaya operasional seperti listrik, perawatan, dan gaji pegawai.

Kondisi ini, menurut Anthony, berpotensi menyebabkan defisit keuangan yang berkelanjutan. "Risikonya sangat tinggi. Kalau terus begini, bisa-bisa KCIC terpaksa menambah utang lagi untuk menutup kerugian," ujarnya. Ia mengkhawatirkan proyek Whoosh dapat menyerupai skema keuangan yang tidak berkelanjutan jika tidak segera ditangani secara serius.


Sejumlah pakar ekonomi mendorong pemerintah dan pemangku kepentingan agar segera mengevaluasi aspek finansial proyek secara menyeluruh. Restrukturisasi utang, efisiensi operasional, serta ekspansi jalur dan segmen pasar menjadi opsi yang tengah dipertimbangkan agar kereta cepat tidak hanya menjadi simbol kemajuan teknologi, tetapi juga model bisnis yang sehat dan mandiri.

Pemerintah sendiri tetap menunjukkan dukungan terhadap keberlanjutan proyek kereta cepat. Namun, tekanan untuk meningkatkan efisiensi dan akuntabilitas keuangan semakin tinggi, seiring dengan makin kompleksnya beban biaya yang harus ditanggung dalam jangka panjang.

Dengan lonjakan jumlah penumpang yang terus terjadi, tantangan selanjutnya adalah bagaimana menjadikan Kereta Cepat Whoosh tidak hanya cepat secara teknis, tetapi juga tangguh dan berkelanjutan secara finansial. (Dwi Taufan Hidayat)

Komentar