Jumat, 25 April 2025 | 23:21
COMMUNITY

Malam Pertama di Alam Kubur: Renungan yang Menggugah Jiwa

Malam Pertama di Alam Kubur: Renungan yang Menggugah Jiwa

ASKARA - Malam itu adalah malam pertama kita berada dalam kubur, sendiri, sunyi, sepi, dan tak ada suara selain desau angin yang menelusup di antara celah tanah. Tidak ada lagi panggilan manja dari anak-anak. Tak terdengar lagi suara pasangan yang biasanya kita peluk di ranjang empuk. Tak ada lagi tawa sahabat yang dulu mengisi hari-hari. Yang ada hanyalah diri kita sendiri, terbujur kaku, ditemani oleh amal—itu pun jika kita punya amal.

Inilah malam pertama saat anak kita menjadi yatim. Istri kita menjadi janda. Atau suami kita menjadi duda. Air mata mereka mungkin menetes, tapi kita tak bisa menghibur. Mereka mungkin menangis, tetapi kita tak bisa lagi memeluk. Dunia terus berjalan, meski kita telah terhenti.

Inilah malam pertama yang menggusur kita dari tempat tidur yang hangat dan empuk. Kini kita tidur di tempat yang sempit, dingin, beralas tanah, berselimutkan kafan, tanpa lampu, tanpa bantal, tanpa pelukan. Tak ada AC, tak ada kipas angin, tak ada suara azan atau lantunan Al-Qur’an—kecuali doa-doa yang tulus dari anak-anak shalih yang kita tinggalkan.

Inilah malam pertama yang memaksa kita keluar dari rumah mewah dan megah, berpindah ke liang lahat yang sempit dan gelap gulita. Tak peduli dulunya kita tinggal di istana atau di gubuk reyot. Di sini, semua sama. Gelar dan pangkat luruh bersama tanah. Kekuasaan dan ketenaran terkubur bersama jasad.

Inilah malam pertama di mana tubuh kita menjadi jamuan bagi serangga tanah, belatung, dan cacing. Padahal baru semalam kita masih menikmati jamuan mewah bersama keluarga, tertawa di meja makan, memotret momen, membagikannya ke media sosial. Kini, tak satu pun dari semua itu menyusul kita. Yang menyertai hanyalah catatan amal yang telah kita tulis sepanjang hidup.

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam:

فَإِنَّهُ لَمْ يَأْتِ عَلَى القَبْرِ يَوْمٌ إِلاَّ تَكَلَّمَ فِيهِ فَيَقُولُ : أَنَا بَيْتُ الغُرْبَةِ وَأَنَا بَيْتُ الوَحْدَةِ ، وَأَنَا بَيْتُ التُّرَابِ ، وَأَنَا بَيْتُ الدُّودِ

"Tidak terlintas suatu hari di alam kubur melainkan ia (kubur) akan berkata: 'Aku adalah rumah pengasingan, rumah kesendirian, rumah dari tanah, dan rumah belatung.'" (HR. At-Tirmidzi, no. 2460)

Itulah sabda Rasul kita, yang selama hidupnya selalu mengingatkan umatnya akan akhir perjalanan. Namun kita terlalu sibuk. Terlalu mengejar dunia. Terlalu membanggakan jabatan, mengejar ketenaran, menimbun kekayaan, menumpuk properti, membeli kendaraan. Kita merasa kuat, merasa hidup masih panjang. Padahal, setiap detik membawa kita mendekat ke liang lahat.

Al-Qur'an telah mengingatkan kita:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan." (QS. Al-‘Ankabūt: 57)

Maka malam itu, malam pertama di alam barzakh, adalah malam pertama kita merasa benar-benar menyesal—jika amal kita kosong. Ketika mulut sudah tak bisa berkata, mata tak bisa menangis, tubuh tak bisa bergerak. Penyesalan pun tak ada artinya. Tak ada penangguhan, tak ada negosiasi. Yang tersisa hanya hisab.

Allah berfirman:

وَأَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ

"Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, 'Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?'" (QS. Al-Munāfiqūn: 10)

Namun, semua akan sia-sia jika kita menunda amal, menunda tobat, menunda kembali kepada Allah. Maka sebelum malam itu benar-benar datang, mari kita berhenti sejenak dari hiruk pikuk dunia. Mari kita tilik kembali hati kita. Apakah masih ada cinta pada dunia yang mengalahkan cinta kepada akhirat?

Mari siapkan malam itu sejak sekarang. Mari menata amal, memperbanyak istighfar, memperbanyak sedekah, menunaikan salat tepat waktu, menjaga lisan, menebar manfaat. Sebab semua itu akan datang menemanimu saat malam pertama yang mencekam itu tiba.

Semoga renungan ini menyadarkan kita. Semoga kita wafat dalam keadaan husnul khātimah, dan dibangkitkan kelak dalam barisan orang-orang yang dicintai Allah.

اللهم اجعل خير أعمالنا خواتيمها، وخير أيامنا يوم نلقاك، واجعل قبورنا روضةً من رياض الجنة، ولا تجعلها حفرةً من حفر النيران

"Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik amal kami adalah penutupnya, dan sebaik-baik hari kami adalah hari saat kami berjumpa dengan-Mu. Jadikanlah kuburan kami taman dari taman-taman surga, dan jangan jadikan ia lubang dari lubang-lubang neraka." (Dwi Taufan Hidayat)

Komentar