Gempar! Ditemukan Makam Nabi di Reruntuhan Tembok Besar Cina: Jejak Islam Kuno yang Tersembunyi

ASKARA — Sebuah temuan arkeologis mengejutkan mengguncang dunia. Dalam proses pemugaran dan penelitian arkeologi di salah satu bagian Tembok Besar Cina yang runtuh akibat longsoran tanah di kawasan barat daya Provinsi Xinjiang, para peneliti lokal bekerja sama dengan tim internasional berhasil menemukan sebuah kompleks makam kuno yang terpendam selama berabad-abad. Yang membuat gempar bukan hanya lokasi yang tak terduga, melainkan artefak dan bukti yang mengindikasikan bahwa makam tersebut diyakini milik salah satu nabi atau utusan besar yang selama ini tidak diketahui keberadaannya di wilayah Asia Timur.
Reruntuhan yang Berbicara
Longsor yang terjadi pasca hujan deras selama tiga pekan berturut-turut pada awal Maret 2025 membuka celah besar di sisi barat tembok kuno yang selama ini dianggap tertutup dan tidak signifikan. Saat tim peneliti mulai melakukan evakuasi tanah, mereka menemukan struktur pintu lengkung setengah lingkaran dengan ukiran batu yang rumit dan tak lazim untuk arsitektur Dinasti Ming ataupun Qing.
Namun yang paling mencengangkan adalah ditemukannya kaligrafi Arab yang menghiasi dinding luar dan dalam bangunan batu itu. Kaligrafi tersebut bukan hanya dekoratif, melainkan potongan ayat-ayat Al-Qur’an—di antaranya Surah Al-Anbiya ayat 107 dan Surah Ya-Sin ayat 12. Beberapa bagian juga menampilkan pujian terhadap sosok bernama "Nabi dari Barat" dalam bentuk syair Arab klasik yang ditulis dalam gaya kufi.
Di bagian dalam, ditemukan pula mihrab sederhana yang menghadap ke arah barat daya (kiblat dari Cina), serta selembar kain berdebu namun masih utuh, bertuliskan lafaz "Allahumma shalli 'ala sayyidina..." dalam sulaman emas halus. Kain itu menutupi sebuah nisan batu putih yang tak biasa.
Siapakah Penghuni Makam Ini?
Dugaan sementara dari para ahli sejarah Islam dan arkeolog menyebutkan, makam tersebut bisa saja merupakan tempat peristirahatan terakhir salah satu nabi yang tidak disebutkan namanya dalam Al-Qur’an secara eksplisit, tetapi dikenal dalam catatan hadis dan tradisi lisan Timur Tengah, atau bisa pula seorang wali besar dari awal penyebaran Islam di wilayah Asia Tengah dan Timur.
Beberapa hipotesis menyebut nama Nabi Dzul-Kifli yang diyakini oleh sebagian ulama sebagai nabi yang pernah bermukim di wilayah timur. Ada pula teori lain yang menyebutkan kemungkinan makam tersebut milik Sayyid Ajjal Shams al-Din Omar, gubernur Muslim pertama di bawah Dinasti Yuan pada abad ke-13, yang menyebarkan Islam di Tiongkok, namun versi lain dari sejarahnya telah terhapus oleh rezim saat itu.
Namun yang paling menghebohkan adalah munculnya teori minoritas dari naskah tua dinasti Tang, ditemukan di perpustakaan Xi’an beberapa tahun lalu, yang menyebutkan tentang “Orang Suci dari Barat yang datang membawa kitab dari Tuhan dan dikebumikan di tempat rahasia untuk melindungi makamnya dari pembakaran.” Catatan ini pernah diabaikan karena dianggap mitos rakyat, tetapi temuan baru ini membuka kembali diskusi yang selama ini tertutup.
Reaksi Dunia dan Pemerintah Tiongkok
Pemerintah Tiongkok awalnya menutup informasi ini secara ketat. Lokasi temuan langsung dikelilingi aparat militer, dan hanya tim khusus arkeologi negara yang diberi akses. Namun dalam bocoran foto dan video yang berhasil disebarkan melalui saluran independen, terlihat simbol-simbol Islam yang kuat dan ukiran aksara Arab yang jelas terbaca.
Reaksi dunia Islam pun segera menyebar. Dari Timur Tengah, Afrika Utara, hingga Asia Tenggara, para cendekiawan dan ulama meminta transparansi dan keterlibatan internasional dalam proses identifikasi dan konservasi situs tersebut. Mufti Agung Al-Azhar menyebutnya sebagai “kemungkinan jejak sejarah yang selama ini tersembunyi akibat penulisan sejarah yang tak adil”.
Sementara itu, media sosial penuh dengan teori dan diskusi: apakah ini benar-benar makam nabi? Jika iya, mengapa tidak diketahui sebelumnya? Dan bagaimana bisa tersembunyi di balik tembok yang dibangun ribuan kilometer dari pusat dunia Islam?
Bukti Tambahan dan Jejak Islam Tua di Tiongkok
Temuan ini juga memperkuat teori bahwa Islam telah masuk jauh lebih awal ke wilayah Tiongkok daripada yang selama ini diyakini. Selama ini, penyebaran Islam ke Tiongkok diyakini dimulai dari masa Khalifah Utsman bin Affan (abad ke-7 M), lewat jalur dagang Laut Cina Selatan. Masjid tertua di Cina, Masjid Huaisheng di Guangzhou, diyakini dibangun oleh sahabat Nabi, Sa’ad bin Abi Waqqash. Namun, keberadaan makam di pedalaman barat laut Cina dengan arsitektur kuno dan kaligrafi yang sangat awal memperluas kemungkinan: mungkin penyebaran Islam melalui Jalur Sutra sudah dimulai bahkan sebelum Islam menjadi kekuatan besar di Jazirah Arab.
Penutup: Jejak yang Membuka Luka dan Harapan
Temuan makam ini bukan hanya mengguncang dunia sejarah dan arkeologi. Ia adalah tamparan halus pada penulisan sejarah yang sering kali dikendalikan oleh politik dan kekuasaan. Ia juga menjadi pengingat bahwa agama, budaya, dan peradaban pernah menyatu dalam harmoni bahkan di wilayah yang saat ini dikenal penuh kontrol ketat terhadap keyakinan.
Jika benar ini makam nabi atau wali besar, maka dunia telah kehilangan jejaknya selama berabad-abad. Namun kini, jejak itu kembali muncul, memanggil kesadaran manusia untuk kembali menelusuri siapa kita, dari mana kita berasal, dan nilai apa yang selama ini terlupakan di balik tembok kekuasaan. (Dwi Taufan Hidayat)
Komentar