Jumat, 25 April 2025 | 21:52
OPINI

Dinilai hanya Perpanjangan Tangan Jokowi, Jeffrie Geovanie Tak Layak jadi Menteri BUMN

Dinilai hanya Perpanjangan Tangan Jokowi, Jeffrie Geovanie Tak Layak jadi Menteri BUMN
Jamiluddin Ritonga

Oleh: Jamiluddin Ritonga *)


ASKARA - Tersebar rumor yang mengagetkan publik, yakni Menteri BUMN Erick Thohir bakal diganti dedengkot PSI Jeffrie Geovanie. Ada 2 faktor mengapa hal itu bisa terjadi. 

Pertama, Jeffrie Geovanie itu loyalis Joko Widodo (Jokowi). Kalau ini benar terjadi, maka semakin banyak loyalis Jokowi yang berada di kabinet Prabowo Subianto.

Secara politis itu mengindikasikan, Prabowo terkesan masih dalam kendali Jokowi. Persepsi ini menguatkan penilaian banyak pihak, pemerintahan Prabowo rasa Jokowi.

Hal itu tentu tidak menguntungkan bagi Prabowo. Sebab, Prabowo hanya dinilai sebagai perpanjangan tangan Jokowi.

Ekstremnya, Jokowi akan dinilai tetap sebagai pengendali republik ini. Prabowo hanya pelaksana atau wayangnya Jokowi.

Secara politis hal itu tentu membahayakan posisi Prabowo. Prabowo berpeluang digeroti dari internal kabinetnya yang hingga saat ini masih loyalis Jokowi.

Di lain pihak, di mata publik, Prabowo bisa saja akan dinilai bonekanya Jokowi. Hal ini akan menjatuhkan reputasi dan kredibilitas Prabowo. 

Dalam jangka pendek, kepercayaan masyarakat akan turun drastis kepasa Prabowo. Hal ini tentu akan mempengaruhi dukungan masyarakat kepada Prabowo.

Dua, Jeffrie Geovanie dinilai tidak kompeten untuk menduduki posisi menteri BUMN. Latar belakang Jeffrie Geovanie tak cukup meyakinkan untuk menduduki posisi tersebut.

Kalau tetap dipaksakan, ada kesan Prabowo memilih menteri bukan atas dasar kapasitas, tapi lebih pada pertimbangan politis. Hal ini akan menguatkan penilaian sebagian masyarakat bahwa kabinet Prabowo gemuk tapi bongsor.

Jadi, kalau Jeffrie Geovanie nantinya benar menggantikan Erick Thohir, maka kesan banyak menteri Prabowo yang KW makin sulit dibantah. Menteri seperti ini tentunya bukan membantu meningkatkan kinerja Kabinet Prabowo, tapi justru menjadi beban.

Karena itu, kalau pun menteri BUMN akan diganti, diharapkan kapasitasnya yang lebih baik dari Erick Thohir. Dengan begitu, reshuffle menteri semata untuk meningkatkan kinerja Kabinet Prabowo, bukan untuk mengakomodir kepentingan sempit. 

Celakanya, bila reshuffle kabinet hanya untuk mengakomodir kepentingan Jokowi. Ini akan membahayakan posisi Prabowo ke depan, baik jangka pendek maupun menengah dan panjang.


*) Penulis adalah Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul dan Dekan Fikom IISIP 1996-1999

Komentar