Jumat, 18 April 2025 | 21:09
OPINI

Fenomena Gunung Es Kasus Viral Guru SD di Jember: Guru Menjadi Role Model Bagi Muridnya

Fenomena Gunung Es Kasus Viral Guru SD di Jember: Guru Menjadi Role Model Bagi Muridnya
Dr. Elinda Rizkasari, S.Pd., M.Pd, Dosen Prodi PGSD Unisri Surakarta (Dok Pribadi)

Oleh: Dr. Elinda Rizkasari, S.Pd., M.Pd

ASKARA – Dunia pendidikan kembali tercoreng oleh ulah seorang oknum guru SD di Jember, Jawa Timur. Kasus yang melibatkan seorang guru bernama “S” ini menjadi viral di dunia maya dan menghebohkan insan pendidikan. Seorang guru yang seharusnya menjadi panutan bagi muridnya justru memberikan preseden yang kurang pantas.

Hingga kini, video viral yang melibatkan ibu guru “S” masih ramai diberitakan di berbagai media online, baik lokal maupun nasional. Informasi yang beredar menyebutkan bahwa seorang guru SD yang masih berstatus magang di Jember melakukan adegan vulgar di depan kamera sambil berjoget tanpa busana. Video tersebut menyebar luas setelah muncul di berbagai portal berita di Indonesia.

Dalam video yang beredar, tampak seorang ibu guru berhijab dan berkacamata melakukan aksi yang tidak pantas di depan kamera. Padahal, guru tersebut dikenal memiliki metode pembelajaran yang baik dan interaktif, dengan memanfaatkan media sosial seperti TikTok Live dalam proses belajar-mengajar. Pendekatan ini awalnya membuat siswa lebih antusias dalam belajar, tetapi penggunaannya yang berlebihan justru berujung pada permasalahan serius.

Cepatnya penyebaran video ini juga dipicu oleh aktivitas ibu guru “S” yang sangat aktif di media sosial, seperti Instagram dan TikTok. Bahkan, selama proses pembelajaran di kelas, ia kerap melakukan siaran langsung di TikTok dalam durasi yang cukup lama dan mengunggahnya di platform lain seperti YouTube.

Menanggapi viralnya kasus ini, Kepala Dinas Pendidikan Jember, Hadi Mulyono, memberikan klarifikasi. Dalam wawancara dengan Tribun News Jember pada Kamis (20/2), Hadi membenarkan bahwa guru tersebut memang mengajar di salah satu SD di Jember. Namun, ia masih berstatus guru honorer yang digaji oleh sekolah secara mandiri, bukan ASN. Hadi juga menyatakan bahwa pihaknya masih mendalami kasus ini, tetapi untuk saat ini guru yang bersangkutan telah mengundurkan diri dari sekolah terkait.

Dalam penelusuran lebih lanjut, muncul beberapa versi mengenai penyebaran video tersebut. Ada dugaan bahwa video itu disebarkan oleh mantan pacarnya yang sakit hati karena diputus, sementara versi lain menyebutkan bahwa ponselnya diretas oleh hacker. Hingga kini, guru “S” belum memberikan pernyataan resmi terkait kasus ini.

Kasus ini menjadi keprihatinan bagi dunia pendidikan. Seorang guru yang seharusnya menjadi teladan justru memberikan contoh buruk bagi muridnya. Kejadian ini harus menjadi pembelajaran bagi semua pihak, terutama bagi para pendidik. Guru yang menerapkan pembelajaran berbasis media sosial harus memahami batasan-batasannya agar tidak melampaui norma yang berlaku. Jika tidak, mereka bisa menjadi contoh yang tidak baik bagi siswa.

Fenomena Gunung Es dalam Dunia Pendidikan

Pertanyaan yang muncul, apakah kasus ini hanya satu dari sedikit yang terungkap? Ataukah masih banyak kasus serupa yang belum terekspos dan hanya menunggu waktu untuk terungkap? Fenomena ini seperti gunung es—apa yang terlihat di permukaan hanyalah sebagian kecil dari masalah yang lebih besar. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi semua pihak, termasuk sekolah, dinas pendidikan, serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Mereka memiliki tanggung jawab besar dalam mencetak calon guru yang berintegritas serta menyusun kurikulum yang mampu membentuk generasi beradab dan berakhlak.

Guru adalah role model bagi siswa. Mereka bukan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga membantu siswa memahami nilai-nilai moral dan etika. Sebagaimana dikatakan dalam penelitian Yudha (2020), anak-anak akan meniru apa yang diajarkan oleh orang tua dan guru mereka, dan nilai-nilai tersebut akan terus diwariskan ke generasi berikutnya.

Antisipasi di Era Digital

Di era digital yang berkembang pesat, semua pihak harus lebih berhati-hati. Salah satu langkah pencegahan adalah tidak menyimpan video atau konten yang tidak pantas di dalam ponsel. Jika perangkat tersebut diretas atau dijual, file yang telah dihapus masih bisa dipulihkan. Pakar IT, Profesor Rudolfo, menyarankan agar ponsel bekas yang tidak lagi digunakan sebaiknya dihancurkan daripada dijual, untuk mencegah penyalahgunaan data pribadi.

Tingginya kasus kejahatan siber pada tahun 2025 telah merugikan banyak profesi, mulai dari artis, pejabat publik, ASN, hingga guru. Oleh karena itu, semua pihak harus lebih bijak dalam menggunakan teknologi dan media sosial.

Solusi untuk Dunia Pendidikan

Untuk mencegah kasus serupa terulang, perlu dilakukan penataan ulang tenaga pendidik, terutama di tingkat dasar dan menengah. Peningkatan kompetensi akademik harus diimbangi dengan penguatan nilai-nilai moral dan etika. Selain memberikan ilmu pengetahuan, sekolah juga harus menciptakan lingkungan belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa.

Selain itu, nilai-nilai agama, etika, dan norma harus ditanamkan tidak hanya kepada siswa, tetapi juga kepada guru. Komunikasi yang lebih intensif antara orang tua dan guru juga diperlukan untuk memastikan pengawasan yang lebih baik terhadap anak-anak di sekolah.

Penerapan sanksi yang tegas bagi guru yang melakukan pelanggaran juga menjadi hal penting. Ini bertujuan untuk menegakkan budaya disiplin di kalangan tenaga pendidik. Jangan sampai guru, yang merupakan garda terdepan dalam dunia pendidikan, justru memberikan contoh buruk bagi murid-muridnya.

Penulis:
Dosen Prodi PGSD Unisri Surakarta

 

 

Komentar