Cita Rasa Unik Koledo Stereo di Palu, Mertua Lewat Pun Tidak Disapa
ASKARA - Bagi para pecinta kuliner, saat berkunjung ke Sulawesi Tengah mencicipi Kaledo adalah sebuah keharusan. Kaledo atau Kaki Lembu Donggala menjadi salah satu daya tarik wisata kuliner di Sulawesi Tengah, di mana banyak wisatawan datang untuk mencicipi kelezatan hidangan ini.
Tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga hidangan ini bagian dari budaya dan tradisi suku Kaili, yang sering disajikan dalam acara. memiliki cita rasa yang unik dan telah menjadi salah satu ikon kuliner daerah tersebut.
Salah satunya RM. Kaledo Stereo di Jl. Pue Bongo No 22, Boyaoge, Kec. Tatanga, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Sum-sum tulang sapi merupakan menu khas dari Kaledo Stereo yang tak boleh dilewatkan. Kaledo racikan kedai ini memiliki ciri khas yang berbeda dengan kaledo lain. Penamaan Stereo karena cara makannya yang unik dengan menggunakan dua tangan.
Prof. Rokhmin Dahuri menikmati Koledo
Anggota DPR RI periode 2024 - 2029, Prof . Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS sebelum memimpin Rakerdasus PDI Perjuangan Sulbar di Pasangkayu, menyempatkan diri menikmati makanan ikonik Sulawesi Tengah ini di Koledo Stereo.
"Kaledo itu makanan khas hanya ada di Sulawesi Tengah, tidak ada di daerah lain. Menurut saya ini makanan endemik, ini sangat unik sekali," ujar Prof. Rokhmin Dahuri didampingi Abdul Halim Wakil Ketua DPRD Provinsi Sulbar, beberapa waktu lalu.
Ketua PDI Perjuangan ini mengaku setiap ke Palu sudah berpuluh puluh kali sejak tahun 80-an menikmati Koledo, makanan yang paling enak yang terbuat dari kikil sapi.
"Kalau pasangannya itu dengan singkong, tidak dengan nasi. Menurut saya sangat bagus sekali," katanya.
Menurut Pro. Rokhmin Dahuri, berdasarkan rekomendasi Kementerian Kesehatan, bahwa sehat itu tidak boleh lebih dari 60 kg per orang pertahun. "Kita 110 kg," tandasnya.
Ia mengimbau masyarakat seluruh Indonesia khususnya masyarakat Sulawesi Tengah, marilah kita konsumsi pangan lokal. "Kalau Koledo pasangannya itu singkong, mertua lewat pun tidak disapa. Marilah menikmati makanan khas yang ada di Palu," ucapnya.
Singkong pasangan Koledo
Mirip Sop Buntut
Kaledo dulunya adalah hidangan istimewa yang hanya disajikan pada acara-acara adat atau perayaan tertentu. Koledo berasal dari Kabupaten Donggala, yang juga menjadi salah satu daerah dengan mayoritas penduduk suku Kaili.
Ada juga yang mengatakan, bahwa Kaledo berasal dari bahasa Kaili, bahasa penduduk Palu. Ka artinya Keras, dan Ledo artinya Tidak, sehingga dapat diartikan "tidak keras".
Makanan ini mirip dengan sup buntut, bedanya tulangnya dari kaki lembu dan disajikan bukan dengan nasi melainkan dengan singkong. Tulangnya itu sendiri adalah ruas tulang lutut yang masih penuh dengan sum-sum.
Abdul Halim bersama Prof Rokhmin Dahuri
Etika Bisnis Islam
Dikutip dari jurnal ilmu ekonomi dan bisnis Islam, RM. Kaledo Stereo Palu menerapkan etika bisnis yang memberikan produk dan jasa yang berkualitas sesuai dengan tuntutan konsumen.
Memberikan harga yang sesuai dengan kualitas produk dan pelayanan yang terbaik cepat dan tepat Bersaing dengan cara sehat Bekerja sama dan tekun bekerja, dan membayar gaji karyawan tepat waktu.
Etika bisnis yang diterapkan telah sesuai dengan etika bisnis Islam seperti, membayar gaji karyawan sebelum kering keringat, menjalin silaturahmi dengan mitra kerja, menjual barang halal, dan menetapkan harga sesuai dengan kualitas produk.
Komentar